Mohon tunggu...
WS Thok
WS Thok Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Lahir di Jawa-Timur, besar di Jawa-Tengah, kuliah di DI Yogyakarta, berkeluarga dan tinggal di Jawa-Barat, pernah bekerja di DKI Jakarta. Tak cuma 'nguplek' di Jawa saja, bersama Kompasiana ingin lebih melihat Dunia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Aku Suka Bola, Kau Suka Bakso

2 Mei 2010   17:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:27 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_131640" align="alignright" width="300" caption="Sumber Ilustrasi: http://mansatumagelang.wordpress.com"][/caption]

Pada umumnya wanita suka bakso, pria suka (sepak) bola. Entah berapa kali mendengar dan dari siapa, saya kurang memperhatikan apalagi mencatatnya. Saya percaya dengan pernyataan itu, karena menilik latar belakangnya, pria sering bermain bola ketika kecilnya, sedangkan wanita sering bermain masak-memasak sejak kecilnya. Tukang bakso dorong yang saya tanyai mengatakan langganannya kebanyakan wanita. Silahkan dibuktikan sendiri berapa persentase pria dan wanita penonton sepak bola dan pengunjung warung bakso.

Kesamaan dari kesukaan itu adalah berhubungan dengan benda berbentuk bulat yang harus masuk ke suatu lubang. Perbedaannya, yang satu memuaskan mata, yang lain lidah. Main atau nonton bola kurang lebih 90 menit, makan bakso bisa lebih dari itu, karena sambil ngrumpi membicarakan take home pay, eh maksudnya take him out atau take me out, acara stasiun televisi Indosiar yang sedang ngetop.

Banyak teman saya meski jarang main bola, namun keranjingan nonton bola. Tayangan pertandingan bola larut malam hingga dini hari pun jarang dilewatkan, hapal nama pemain bola dan tahu peringkat terakhir tiap-tiap klub liga Eropa. Banyak pemain top dunia non sepakbola, mengisi hobinya dengan bermain bola, jarang sebaliknya, saya kok belum pernah lihat David Beckham main bulutangkis. Bahkan mantan presiden kita yang (maaf) terganggu penglihatannya itu, piawai pula menjadi komentator bola.

Tentang bakso, mana saja warung bakso enak, bisa bertanya kepada teman-teman wanita. Penjual bakso kebanyakan pria, dan sudah biasa seorang penjual bosan makan dagangannya. Saya pernah melihat penjual bakso dan bubur saling bertukar makan dagangannya, indah dan mengharukan. Wanita akan lebih antusias bila diajak ke warung bakso daripada ke stadion nonton bola.

Adakalanya wanita menyukai bola dan pria menyukai bakso. (Maaf, tepatnya sih wanita menyukai pemain bola). Kekecualian itupun lebih untuk tenggang rasa atau alasan tertentu. Biasalah seseorang rela menemani dan menyenangkan orang yang dikasihinya menonton bola atau jajan bakso.

Lalu, apa istimewanya kesukaan itu?

Pertanyaan ini sebagai awal kesulitan saya mencari argumentasi terhadap hipotesa atau lebih tepatnya intuisi saya. Intuisi saya membisikkan: bola dan bakso menjadi indikator normal tidaknya pria dan wanita, yaitu maskulin tidaknya pria dan feminim tidaknya wanita. Batasan sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia: maskulin adalah bersifat jantan, dan feminim adalah bersifat kewanitaan. (jw: Lanang tenan, wedok tenan).

Saya kurang tahu apakah sudah ada penelitiannya, yang jelas membutuhkan tenaga dan waktu untuk melakukannya. Sambil berharap ada yang kurang kerjaan mau melakukannya, Anda pun bisa melakukan pengamatan sendiri, terutama yang menganggap penting atau mendambakan kemaskulinan dan kefeminiman pasangan atau buah hati (anak) Anda.

Hasil pengamatan Anda bisa mendukung atau bertentangan dengan intuisi saya. Kalau membenarkan intuisi saya, pernyataan di awal tulisan bisa diartikan: umumnya pria adalah maskulin dan wanita adalah feminim. Selanjutnya mudahlah mengetahui maskulin dan feminim tidaknya seseorang dengan memperhatikan (jangan menanyakan, boleh jadi ia membaca tulisan ini juga) kesukaannya.

Di acara Indosiar barangkali akan ada pria yang mensyaratkan wanita idamannya berhobi makan bakso, sebaliknya wanita mengidamkan pria yang berhobi sepakbola.

Juga, lembaga atau perusahaan yang membutuhkan karyawan dengan persyaratan maskulin atau feminim, akan mudah pula melakukan perekrutan. Program pembentukan karakter maskulin atau feminim pun akan lebih jelas dan fokus, tinggal latihan sepakbola dan membentuk komunitas pencinta bola ataupun bakso.

Andai hasil pengamatan Anda bertentangan dengan intuisi saya, terima kasih telah melegakan saya dan sekalian mohon maaf, lupakanlah tulisan tendensius dan egois ini, yang sebetulnya ditulis atas dasar kekawatiran pribadi terhadap kualitas kemaskulinan: jangan-jangan bisa menurun akibat mulai kurang menyukai bola?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun