Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saling Memaafkan Tak Harus Saling Berjabat Tangan

22 Mei 2020   08:43 Diperbarui: 22 Mei 2020   08:39 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
madura.tribunnews.com

Hari Raya Lebaran atau Idul Fitri tahun ini bisa dipastikan masih dalam situasi tidak normal karena wabah Covid-19 masih ada, belum hilang dari negara kita. Artinya kita dalam merayakan lebaran masih tetap harus menjaga protokol kesehatan penanggulangan Covid-19.

Imbauan pemerintah untuk #diRumahSaja masih berlaku. Social distancing dan physical distancing pun tentu tetap harus dilaksanakan.

Dengan demikian kita tidak bisa secara normal, seperti biasanya. Kita tidak bisa berlebaran dengan saling mengunjungi kerabat, tetangga atau sahabat. Kita juga tidak bisa saling berjabat tangan untuk saling meminta maaf satu sama lain.

Jabatan tangan adalah budaya yang sudah berlangsung turun temurun sebagai simbol keakraban atau untuk mengakrabkan. Dalam suasana lebaran, jabatan tangan adalah simbol meminta dan memberi maaf atas segala kesalahan dan khilaf yang dilakukan.

Simbol bukanlah esensi dari sesuatu. Waktu berlebaran jabatan tangan adalah simbol. Sedangkan esensinya adalah saling memaafkan, bukan jabatan  tangan itu sendiri.

Saling memaafkan, dengan demikian tidak selalu harus berjabat tangan karena hal itu hanya simbol. Saling memaafkan bisa dilakukan dengan tanpa berjabat tangan sekalipun.

Tidak sedikit orang yang meminta maaf kepada orang lain dengan mengajaknya bersalaman, sementara hatinya tidak ikhlas. Hatinya masih menyimpan rasa marah, dendam, atau dengki. Hal demikian tentu tidak hakiki, tidak sejati.

Akibatnya orang-orang yang seperti itu baikan atau akur dengan yang lainnya hanya sementara, hanya  waktu  itu  saja. Setelahnya tidak berdampak  lagi, karena kembali seperti sebelum "saling bermaafan". Mereka tetap bermusuhan, dendam, dan dengki.

Hal yang terpenting sewaktu kita saling meminta maaf adalah adanya rasa ikhlas dan tulus dari dalam hati kedua belah pihak. Hal itu tentu saja bisa dilakukan tanpa berjabat tangan sekali pun. Kemajuan teknologi bahkan memungkinkan  hal itu dilakukan dari jarak jauh sekali pun.

Idealnya tentu saja, ketika saling meminta maaf disimbolkan pula dengan berjabat tangan. Akan tetapi ketika hal itu tidak bisa dilakukan seperti saat ini karena harus melaksanakan protokol kesehatan pencegahan wabah Covid-19, tentu tidak masalah.

Kalau kita tidak disiplin dalam melaksanakan imbauan pemerintah untuk #diRumahSaja, melakukan social distancing dan physical distancing, tentu akan sangat beresiko. Apalagi ada prediksi, bahwa kalau orang-orang tidak disiplin, tidak mengindahkan imbauan pemerintah dalam melaksanakan protokol kesehatan, maka gelombang kedua penyebaran Covid-19 akan terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun