Sebelumnya :
      Setelah mengucapkan salam, Kasiran mengayuh sepedanya, sinar bulan yang temaram, cahayanya menyiram jalanan kebun yang berpasir. Menyelusuri jalan jalan diperkebunan pada malam hari, sudah merupakan kebiasaan baginya. Karena kebun adalah tempatnya untuk mencari rumput makanan sapi. Terkadang sampai tengah malam dia menghalau sapi sapinya dari dalam perkebunan. Â
Kemudian :
      Sedangkan dikampung sebelah Nafisah duduk dibangku dibawah pohon mangga didepan rumah Kasiran, telah berulang kali orang tua Kasiran menyuruh nya masuk, namun Nafisah tetap saja duduk dibangku itu. Dia mengatakan akan menunggu kepulangan Kasiran.
      Hubungan Nafisah dengan Kasiran semakin hari semakin dekat saja. Bila mereka sedang berdua, tidak ada yang tidak indah mereka rasakan, canda ria, gelak tawa mewarnai hari hari mereka. Kasiran begitu sabar menghadapi Nafisah, yang kadang kala muncul sipat kekanakannya.
      Terkadang muncul pula sipat sipat kedewasaannya, melebihi dari pada usianya yang baru menginjak lima belas tahun, jika keduanya sedang duduk berdekatan, muncul sipat sipat kemanjaanya, dia bergayut dibahu Kasiran, kadang pula dia tiduran dipangkuan Kasiran. Pernah suatu hari Kasiran mencium kening Nafisah, kemudian berlanjut kepada ciuman bibir diantara keduanya.
      Kedekatan Nafisah dengan Kasiran tidak berbanding lurus dengan kedekatannya dengan mandor besar Kasiran. Walaupun dia pernah hidup satu ranjang dengan mandor besar Kartijo, tapi tidak lebih dari keterpaksaan oleh kekuasaan yang tidak mampu untuk ditolaknya.
      Sedangkan kedekatannya dengan Kasiran, adalah kedekatan yang manusiawi, kedekatan bathin yang berbalut asmara, dan tidak pula kedekatan itu bertepuk sebelah tangan, tapi melainkan seperti layaknya gayung bersambut.
      Dari jauh Nafisah telah melihat bayangan orang disiram oleh cahaya rembulan, dia yakin kalau itu adalah Kasiran. Nafisah berdiri dari duduknya, Malam itu Nafisah kelihatan begitu cantiknya. Pakaian rombeng yang dibelikan oleh Kasiran dipasar loak, walaupun sederhana tapi begitu serasi dipakai oleh Nafisah.
      " Kau belum tidur juga?", Kasiran turun dari sepedanya, sekujur tubuhnya dibasahi oleh keringat.
      " Belum, saya mengkhawatirkan mas ", Disapunya keringat yang membasahi diwajah Kasiran dengan kain selendang yang dipakainya.