Sebelumnya :
      Suara lonceng dari gardu yang dipukul oleh centeng menyadarkan Nafisah dari lamunannya, dipandanginya kedua anaknya yang tertidur dengan lelapnya. Keristal keristal putih bagaikan salju jatuh membasahi bantalnya. Dipejamkannya matanya erat erat untuk menghilangkan bayangan kehidupan masa lalunya, namun baginya sulit untuk menghilangkan kenangan pahit masa lalu itu.
Kemudian :
      Suasana dilokasi rumah besar itu mulai temaram, sinar matahari telah condong keufuk barat, sinarnya terlindung rimbunan daun pohon sawit, dia berusaha untuk bangkit, namun rasa nyeri ditubuhnya membuat dia kembali terjatuh. Akhirnya dia berusaha untuk merangkak masuk kembali kedalam rumah besar untuk mencari pakaiannya.
      Suara suara berisik mulai terdengar memenuhi ruangan rumah besar, walaupun dia sempat bergedik namun diberanikannya dirinya untuk memasuki kamar dimana dia disiksa oleh mandor besar Kartijo. Dengan tergesa gesa dia kembali memakai pakiannya yang dibuang oleh mandor besar Kartijo dilantai kamar itu. Tenaganya hampir habis terkuras menanhankan rasa nyeri yang sangat.
      Nafisah terus merangkak kembali keluar dari dalam rumah besar, dihalaman rumah besar itu Nafisah kembali terjerebab ditanah lembab dan basah. Dia berusaha sekuat tenaganya agar bisa mencapai pondok sebelum mata hari terbenam, rasa perih disekujur tubuhnya menambah dendamnya semakin dalam terhadap mandor besar Kartijo.
      Dia lupa bahwa sesungguhnya dendam tidak akan pernah untuk dapat menyelesaikan persoalan. Hari ini , besok, lusa atau beberapa tahun lagi mungkin rasa dendam akan dapat terbalaskan. Walaupun dendam telah terbalaskan, tapi ia akan melahirkan dendam baru. Begitulah seterusnya, dendam akan tetap berputar pada sumbunya.
      Suara leguhan sapi, menghentikan rangkakannya. Matanya liar mencari cari asal suara itu, sesekali dia juga mendengar suara cambokan yang diiringi dengan suara hardikan manusia. Dari semak belukar diantara pohon pohon sawit dia melihat seorang laki laki muda menghalau tiga ekor sapi. Tapi Nafisah tidak mengenal laki laki itu.
      " Mas mas tolong saya " Panggil Nafisah, laki laki itu berhenti dipandanginya Nafisah yang duduk diatas tanah berumput dan basah.
      " Kamu kenapa?" , laki laki itu turun dari sepedanya dan mendekati Nafisah.
      " Saya mendapat siksaan dari mandor besar Kartijo ", Suara Nafisah melemah.