Mohon tunggu...
Win Wan Nur
Win Wan Nur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya adalah orang Gayo yang lahir di Takengen 24 Juni 1974. Berlangganan Kompas dan menyukai rubrik OPINI.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Indahnya Sunrise di Gunung Batur

27 Desember 2013   15:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:26 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_311760" align="alignnone" width="800" caption="Kakak beradik asal Swiss memotret Sunrise di Batur"][/caption] Gunung Batur adalah satu dari tiga gunung berapi aktif di pulau Bali. Dua lainnya adalah gunung Agung dan Gunung Batu Karu (sebenarnya masyarakat Bali menganggap hanya ada dua gunung berapi di pulau ini, Gunung Batu Karu dianggap bukan gunung berapi, karena belum pernah meletus). Dalam kepercayaan Bali, Gunung Batur sebagaimana puncak-puncak gunung lainnya dipandang suci. Dalam kosmologi Bali, gunung Batur dipercaya sebagai istri dari gunung Agung. Gunung Batur adalah satu dari sedikit gunung berapi 'merah' yang maksudnya ketika meletus mengeluarkan lava yang meleleh. Di Indonesia kebanyakan gunung berapi bertipe 'abu-abu', yang ketika meletus mengeluarkan abu dan jangkauan bencananya sangat luas. Gunung Batur terletak di dalam kaldera yang luas. Sekilas mirip dengan gunung Bromo yang muncul di tengah lautan pasir kaldera Tengger. Bedanya, dalam Kaldera Batur ini bukan lautan pasir, tapi ada Danau Batur dengan Desa Trunyan yang terkenal dengan tradisi mayat yang tidak dikubur dan dibakar, terletak di satu sisinya. Satu pemandangan spektakuler terhampar di kaki gunung batur, berupa hamparan batu hitam yang terbentuk dari Lava yang mengering dari letusan terakhir gunung Batur pada tahun 1925. Turis-turis biasanya menikmati pemandangan spektakuler ini dari salah satu sisi kaldera Batur, terutama di Penanjakan. Di mana di sepanjang sisinya dipenuhi dengan restoran, sehingga pengunjung bisa menikmati indahnya pemandangan di tengah kesejukan alam pegunungan ini sambil makan siang. Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan mendaki puncak gunung ini. Untuk memulai pendakian di gunung ini, mulai ketika masih gelap, pada pukul setengah empat, dari salah satu titik pendakian di kaki gunung dekat tepi danau. Pendakian ke gunung Batur wajib untuk ditemani oleh pemandu yang merupakan penduduk setempat. Berbeda dengan gunung-gunung di Sumatera yang umumnya hanya didaki oleh para pendaki gunung betulan. Para pendaki gunung Batur umumnya adalah para turis. Dan waktu saya mendaki, pada bulan agustus, turis yang mendaki gunung ini sedang ramai-ramainya. Pemandu memimpin pendakian di depan, tiap pendaki mereka beri senter. Mendaki gunung ini benar-benar harus hati-hati, karena karakter tanahnya yang berbatu. Batu- batu yang kita injak di sepanjang jalur tidak jarang terlepas saat diinjak, jadi kalau tidak hati-hati. Kaki bisa terkilir. Di tengah pendakian, seorang Turis dari Perancis bergabung bersama rombongan kami, ternyata dia terpisah dari rombongannya dan khawatir akan tersesat kalau mendaki sendirian. Pemandu kami tidak keberatan, karena pemandu sang turis itu ternyata adalah temannya sendiri. Kira-kira dua jam mendaki, akhirnya kami tiba di puncak. Menyaksikan fajar merekah di ufuk timur, dalam cuaca dingin, serasa begitu indah dan menggetarkan. Hilang sudah rasa penat yang tadi begitu mengganggu sepanjang perjalanan. Turis dari berbagai negara, sibuk mengabadikan pemandangan yang jarang-jarang mereka saksikan ini. Setelah matahari terbit dengan sempurna, pemandu kemudian membawa kami untuk melihat Gua yang ada di puncak gunung Batur, di tepi salah satu kawahnya. Di gua itu ada air yang terus menetes sepanjang waktu. Oleh masyarakat Bali, air ini dianggap suci. [caption id="attachment_311762" align="alignnone" width="600" caption="Aku di tepi kawah Batur"]

1388132979768238932
1388132979768238932
[/caption] Kira-kira jam 7.30 kami pun turun, dan kemudian melanjutkan perjalanan ke salah satu pemandian air hangat yang ada di kaki gunung. Berendam di air hangat setelah badan letih melakukan pendakian, rasanya benar-benar menyegarkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun