Mohon tunggu...
Win Wan Nur
Win Wan Nur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya adalah orang Gayo yang lahir di Takengen 24 Juni 1974. Berlangganan Kompas dan menyukai rubrik OPINI.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Gunung Leuser Bukan Gunung Tertinggi di Aceh!

13 Juni 2011   07:33 Diperbarui: 4 April 2017   18:15 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_116305" align="aligncenter" width="560" caption="Aku dan seluruh anggota tim EJSL 94, di posisi antara Puncak Leuser dan Puncak Loser"][/caption] Beberapa waktu belakangan ini saya membaca ada banyak perdebatan (lebih tepatnya kegusaran orang Gayo) di dunia maya menyangkut dengan status Gunung Leuser. Gunung yang namanya diadopsi menjadi nama taman nasional pertama di Sumatera. Kegusaran ini diawali dari sebuah berita yang ditampilkan sebuah media massa yang mengatakan bahwa Puncak tertinggi di Aceh itu bukan puncak Leuser, tapi puncak Syamsuddin Mahmud yang letaknya tidak jauh dari Leuser. Entah bagaimana ceritanya, kontroversi ini kemudian berlanjut dengan cerita ada yang mengatakan bahwa puncak tertinggi itu ada di bagian Aceh Selatan. Dan ini semakin membuat gusar orang Gayo yang merasa gunung Leuser adalah kebanggaan mereka. Hari ini harian-aceh.com, memberitakan bahwa tim ekspedisi bukit barisan berhasil menaklukkan puncak gunung Leuser dengan ketinggian 3.422 meter (siapapun yang merupakan anggota kelompok pecinta alam pasti sangat risih membaca istilah MENAKLUKKAN ini). Harian ini mengutip ucapan Wadanjen Kopasus Brigjen TNI Doni Monardo, yang mengatakan bahwa tim yang terdiri dari gabungan Kopasus, Kostrad, tim ahli geologi, kehutanan dan dan tim lainya juga menemukan puncak tertinggi terbaru di Gayo Lues. http://harian-aceh.com/2011/06/11/tim-ekspidisi-temukan-puncak-tertinggi-leuser Sebagai seorang anggota kelompok pecinta alam yang namanya mengadopsi gunung kebanggaan Aceh ini. Saya merasa sedikit perlu menjelaskan permasalahan ini berdasarkan apa yang saya ketahui. Kalau kita membuka peta topografi terbitan Jantop AD. Di kawasan puncak gunung tertinggi di provinsi Aceh ini, kita akan melihat tiga puncak gunung yang berjejer. Masing-masing puncak itu tingginya lebih dari 3000 meter di atas permukaan laut. Mulai dari puncak Leuser 3119 Mdpl, Loser 3404 Mdpl dan sebuah puncak tak bernama dengan tinggi 3445 Mdpl. Dari ketiga gunung ini justru LEUSER lah yang paling dekat ke arah Aceh Selatan. Jadi isu yang mengatakan bahwa puncak tertinggi ada di wilayah Aceh Selatan itu jelas sama sekali tidak memiliki dasar. Dan juga sama sekali tidak benar kalau dikatakan bahwa tim ekspedisi bukit barisan lah yang menemukan puncak tertinggi ini. Sebab sejak dulu sudah banyak sekali orang yang mencapai puncak ini. Tim kami dari UKM-PA Leuser Unsyiah termasuk salah satunya. Apalagi Bang Jali, pemilik "Tobacco Hut" penginapan bernuanasa alam di daerah Kute Panyang di Belang Kejeren sana yang sekaligus merupakan pemandu paling berpengalaman untuk urusan pendakian Leuser. Puncak tertinggi yang tidak memiliki nama di Peta itu membuat banyak orang jadi gatal ingin memberi nama. Mulai dari yang iseng, seperti Bang Jali,  yang kalau ada yang serius mencatat sepertinya akan terpilih sebagai orang yang paling sering mencapai puncak Leuser, Loser dan Puncak Tanpa nama yang secara berkelakar ingin menamai puncak gunung itu dengan namanya. Sampai ke para pendaki gunung yang bernuansa menjilat, ingin menamai puncak gunung itu dengan nama Gubernur untuk mendapatkan dana. Alasan terakhir inilah yang mencuatkan nama Puncak Syamsuddin Mahmud untuk disematkan kepada puncak gunung tertinggi di provinsi Aceh yang tidak memiliki nama di peta resmi ini. Tapi sejauh ini, nama-nama itu, baik yang iseng seperti Puncak Razali (mengambil nama Bang Jali) sampai Puncak Syamsuddin Mahmud itu bukanlah nama resmi. Itu hanya nama-nama yang dibuat-buat sendiri. Sampai hari ini, di peta resmi gunung tertinggi di provinsi Aceh ini masih belum bernama. Dari daerah Aceh Selatan, Leuser terlihat seperti sebuah gunung yang besar. Ini terjadi karena adanya patahan yang membentuk tebing melandai yang saya rasa lebih dari  500 meter tingginya dari dasarnya ke puncak tertinggi. Puncak tertinggi di tebing inilah yang di PETA tertulis sebagai puncak LEUSER 3114 Mdpl. Dari dalam tebing-tebing ini keluar setidaknya tiga buah air terjun besar. Semakin kita mendekat ke arah tebing, semakin keras terdengar suara jautuhnya air yang menggelegar. Pemandangan dahsyat seperti ini tidak terlihat kalau kita mendaki dari arah Aceh Tenggara. Karena itulah orang yang mendaki dari arah Aceh Tenggara, tidak akan bisa membayangkan bagaimana megahnya penampilan Gunung Leuser. Sebab kalau kita mendaki dari arah Aceh Tenggara, kita akan terlebih dulu sampai ke LOSER 3404 Mdpl. Tugu Trianggulasi, tugu beton setinggi kurang lebih 2 meter, yang biasa kita temukan di puncak-puncak tertinggi barisan sebuah gunung dibangun dengan kokoh dengan kode S 227, di puncak LOSER ini. Puncak LOSER sendiri sama sekali tidak mirip pucak gunung berapi. Dari Leuser, puncak Leuser hanya terlihat seperti sebuah bukit yang kecil. Orang yang membayangkan puncak Leuser dan seperti layaknya puncak gunung berapi yang umum dilihat, seperti Seulawah Agam, Burni Telong, Burni Kelieten, Merapi dan gunung-gunung berapi lain di pulau Jawa pasti akan kecele. Sebab dari puncak gunung LOSER, Puncak Leuser cuma terlihat seperti sebidang padang rumput luas yang dihiasi beberapa gundukan kecil, dan salah satu dari banyak gundukan itu adalah Puncak Leuser. Dari puncak Leuser, justru yang benar-benar terlihat seperti sebuah gunung yang utuh itu adalah puncak tanpa nama. Melihat ini saya sendiri sempat heran, kenapa yang dinamakan  LEUSER itu adalah gundukan-gundukan kecil itu, bukan Puncak yang paling megah yang justru tidak diberi nama ini. Tapi waktu dipikirkan kembali, bisa jadi kenapa gundukan-gundukan kecil itu yang dinamakan LEUSER, itu karena seperti yang saya jelaskan di atas. Dari Aceh Selatan puncak ini tampak begitu megah. Sementara karena seringnya kabut menutupi puncak-puncak ini.  Saya sendiri hanya sempat melihat puncak ini selama 5 menit, selebihnya langsung tertutup kabut. Anggota tim yang sampai di belakang saya, malah sama sekali tidak sempat melihat puncak ini. Puncak tanpa nama  memang jarang sekali terlihat. Malah kalau dari puncak Leuser, secerah apapun cuaca, gunung ini tidak terlihat karena terhalang oleh puncak Loser. Jadi kemungkinan, tim ekspedisi Belanda yang membangun tugu Trianggulasi ini dulu sama sekali tidak melihat puncak yang paling tinggi ini. Wassalam Win Wan Nur Anggota Tim Ekspedisi Jalur Selatan Leuser (EJSL 94) UKM-PA LEUSER, Unsyiah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun