Mohon tunggu...
Winda Rachelina
Winda Rachelina Mohon Tunggu... -

Pengamat Politik dan Sosial Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Senyuman Indah Hari Buruh

30 April 2014   05:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:02 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap tahunnya “May day” terjadi di seluruh negara di dunia. Hal ini bermula pada tahun 1800 –an, jam kerja buruh mencapai 12 jam, namun upah yang diterima tidak sepadan dengan waktu kerja mereka, serta perlakuan yang tidak layak dari majikan atau pemilik modal. Dengan kondisi tersebut para buruh di berbagai negara mulai memberontak dengan cara melakukan mogok kerja. Aksi pemogokan itu kemudian mencapai puncaknya pada 1 Mei 1886 di AS. Permasalahan terpenting adalah tuntutan dari buruh dari segi ekonomi yang berkaitan dengan kepentingan mereka. Kepentingan tersebut yang kemudian dijadikan alternatif menuju kegiatan politik.

Pada 1 mei 2013 di Jakarta, sebanyak 200 ribu buruh berunjuk rasa, para buruh yang tergabung dalam Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) mengajukan tujuh tuntutan, diantaranya, menolak kenaikan harga bahan bakar minyak, upah minimum, hapus outsorcing, cabut RUU Ormas dan ganti dengan RUU Perkumpulan, sediakan transportasi murah untuk buruh, angkat pegawai dan guru honorer menjadi pegawai negeri sipil, jalankan jaminan kesehatan. Pemahaman yang sempit mengenai hari buruh menjadikan mereka berpikir bahwa pekerjaan mereka lebih berat daripada yang lain. Menurut teori kemakmuran umum, anggota pimpinan serikat buruh beranggapan bahwa yang baik bagi serikat buruh maka baik juga bagi bangsanya.

Sebenarnya buruh bukanlah pekerjaan yang hina. Dibandingkan menjadi penganggur yang dapat menumpulkan daya nalar dan mengaktifkan otak kriminal. Terbukti adanya pernyataan Karl Marx bahwa sejarah umat manusia terdapat dua kelas, yakni kaya dan miskin. Konflik tersebut yang menjadi sorotan utama. Dimana ‘kaya’ berusaha mempertahankan statusnya sedangkan ‘miskin’ berupaya meningkatkan statusnya.Kaum buruh berupaya menaikan kelasnya menjadi golongan kaya, namun bukan dengan revolusi anarki melainkan revolusi cara berpikir untuk tidak mau menjadi buruh seumur hidup. Sesungguhnya perubahan terdapat dalam diri tiap individu yang akan menentukan nasib dan terlepas dari tekanan. Semoga kaum buruh di Indonesia dapat semakin makmur dan sejahtera seiring dengan kemajuan bangsa Indonesia yang lebih baik lagi.



Winda Rachelina

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun