Mohon tunggu...
Winda Ari Anggraini
Winda Ari Anggraini Mohon Tunggu... Guru - A novice writer

Terus belajar untuk menantang semua ketidakmungkinan. Jika ada pertanyaan tentang kuliah di Birmingham/ Pendidikan/ Bahasa Inggris/ Beasiswa, silahkan menghubungi: http://pg.bham.ac.uk/mentor/w-anggraini/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dilarang Sakit Gigi di Inggris

28 Juni 2017   09:08 Diperbarui: 28 Juni 2017   19:33 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau jodoh takkan ke mana...

Pepatah di atas benar-benar menghampiri. Saat sakit gigi ingin menjadi bagian catatan perjalanan menjadi mahasiswa di negeri orang. Sebelum berangkat, sudah mewanti-wanti diri agar mengecek kesehatan hingga tidak harus berjumpa dengan dokter, terutama dokter spesialis. Alasannya sederhana: mahal..hehe. Sepertinya di negara sendiri juga mahal kalau sudah menyangkut para ahli ini.

Sempat ke dokter gigi sebelum berangkat dan percaya diri karena tidak ditemukan apa-apa, semua sehat wal afiat. Namun apa daya, takdir memang ingin mempertemukan dengan Sang Dentist yang rupawan setengah British setengah India. Kejadiannya berlangsung saat kosentrasi tinggi sangat dibutuhkan. Dimulai dengan panas tinggi, pegal di area mulut, lalu kemudian bengkak di pipi. Karena tidak mempunyai sejarah sakit gigi maka saya mulai berasumsi yang tidak-tidak. Sempat berkonsultasi ke mahasiswa kedokteran yang dari Indonesia, lalu dia menyarankan ke GP saja. GP alias geneal practitioner aka dokter umum. Untuk ke GP hanya dibutuhkan nomor NHS (National Health Service) semacam ASKES. Berhubung di awal kedatangan sudah pernah diurus, karena memang wajib punya asuransi, jadilah saya datang langsung dengan kondisi menyeramkan karena tidak bisa tidur menahan sakit.

Sesampai di sana, tidak perlu menunggu lama, langsung dipanggil seorang dokter yang juga keturunan Sri Devi tampaknya, dan dialek Bahasa Inggrisnya yang sangat kentara. Saya pun dicek lalu disarankan menuju dentist terdekat (yang tidak sama tempatnya dengan praktek dokter umum ini). Jadilah saya masih harus menahan sakit karena harus membuat appointment. Oh ya jangan lupa, di sini semua memakai sistem perjanjian jika ingin selamat. Karena beberapa pusat kesehatan tidak menerima pasien datang langsung, kecuali sudah emergency tingkat tinggi.

Hari yang dinanti tiba. Dengan berbekal G Map, saya ke dental centre istilahnya. Lokasinya ternyata di depan kampus yang jarang saya lewati. Disambut dengan ramah, saya memasang muka memelas ingin meminta walk in service. Dengan ucapan please yang nelangsa, sang resepsionis pun tergugah. Saya diberikan slot emergency case meski sedang ramai-ramainya. Meski harus antre cukup lama karena saya datang tanpa appointment, saya akhirnya dipertemukan dengan sang pangeran berjubah biru. Haha dia jadi hero dalam kisah ini karena kondisi saya yang mengenaskan.

Setelah dideteksi, ternyata masalahnya sangat sederhana, gigi geraham (wisdom teeth) terakhir saya tumbuh. Kiri dan kanan, saya mengingat kapan terakhir persoalan gigi tumbuh ini. Sudah vocabulary menyangkut kesehatan gigi sangat terbatas, saya masih harus berbahasa Inggris di tengah nyut-nyut tak ada habisnya. Sang dentist memeriksa dengan ekspresi yang sumpah ramah abis. Dia terus menyemangati saya kalau ini bukan apa-apa. Setelah beberapa waktu dan diselingi kata-kata bijak tentang gigi, saya akhirnya dituliskan resep dan disarankan konsultasi lebih lanjut beberapa minggu kemudian.

Sesampai di kasir, saya setengah shock karena jumlah yang dibayar sangatlah tinggi. Biaya konsul lalu biaya pembuatan resep yang lumayan, termasuk di dalamnya biaya pembuatan appointment berikutnya. Well, okay karena terpaksa, saya harus merelakan beberapa jatah makan siang enak saya untuk ini. Saat menebus resep, saya terkejut karena harga obatnya yang tidak seberapa...hadeeh.

Setelah disarankan cek rutin, saya pun memutuskan untuk mendaftar sebuah dental plan. Sebuah program asuransi berjangka khusus tempat ini. Dengan membayar 10 pounds tiap bulan, saya bisa merasakan benefit yang lumayan. Jika biasanya konsul harus bayar, maka dengan terdaftar saya tidak perlu membayar. Beberapa kali ronsen gigi pun tidak harus dibayar. Oh ya, di pertemuan berikutnya gigi saya harus bertemu kembali dengan x-ray karena kompleksitas lainnya. 

Jika bisa memilih, saya akan bilang dengan lantang: dilarang sakit gigi di Inggris.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun