Mohon tunggu...
Wildan Hakim
Wildan Hakim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen I Pengamat Komunikasi Politik I Konsultan Komunikasi l Penyuka Kopi

Arek Kediri Jatim. Alumni FISIP Komunikasi UNS Surakarta. Pernah menjadi wartawan di detikcom dan KBR 68H Jakarta. Menyelesaikan S2 Manajemen Komunikasi di Universitas Indonesia. Saat ini mengajar di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta dan Peneliti Senior di lembaga riset Motion Cipta Matrix.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Reuni Bani Roekan Manan

27 Juni 2017   17:04 Diperbarui: 28 Juni 2017   02:16 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hal wajib saat reuni ialah foto bersama. Sebisa mungkin semuanya bisa difoto.

Setelah buka bersama (bukber), reuni dan halal bil halal menjadi dua kosakata penting saat merayakan Lebaran. Reuni dan halal bil halal menjadi perekat ikatan emosional yang mengendur akibat sekat-sekat.

Kesibukan kerja, mengurus rumah tangga, hingga alasan klise 'tak sempat berkunjung', menjadikan banyak orang hidup dalam sekatnya masing-masing. Beruntung ada hari raya Idul Fitri. Libur dua hari yang hanya setahun sekali ini memang selalu dinanti. Perbincangan di grup-grup WhatsApp pasca ramadan takkan pernah jauh dari rencana menggelar halal bil halal maupun reuni.

Ide menggelar reuni ini sudah jauh-jauh hari diperbincangkan anggota keluarga Bani Roekan Manan di grup WhatsApp 'Keluarga Bani Manan'. Meski keturunan Bani Roekan Manan sebagian besar tinggal di Jawa Timur, namun untuk urusan tanggal reuni, tak semuanya langsung akur.

"Kita sepakati ya, reuni pas hari raya kedua," tulis Mien Anwariyah di grup WA. Mbak Mien -- demikian saya menyapa -- menjadi sosok vital di grup Keluarga Bani Manan agar rencana reuni bisa dilaksanakan.

Mbak Mien - berjilbab merah di tengah - menjadi orang penting yang selalu mengingatkan rencana reuni keluarga.
Mbak Mien - berjilbab merah di tengah - menjadi orang penting yang selalu mengingatkan rencana reuni keluarga.
Saat sebagian besar anggota grup sepakat, tetiba ada yang mengajukan keberatan dengan pilihan tanggal reuni.

"Kalau hari raya kedua nggak bisa. Biasanya di hari raya kedua saya berlebaran dengan keluarga Padangan," tulis Khusnul, kakak sepupu saya yang lain.

Penentuan tanggal reuni memang jadi masalah tersendiri. Musababnya sederhana, tiap orang punya urusan dan terikat dengan agenda keluarganya sendiri-sendiri. Padahal, sang tuan rumah yakni Masykur, sudah dengan suka cita membuka pintu rumahnya demi terselenggaranya reuni.

"Ditunggu kehadirannya," tulis Masykur penuh harap di grup WA. Saya bisa menangkap harapan itu karena dialah sosok yang 'dituakan' di antara cucu mbah Roekan Manan. Lahan di depan rumahnya yang disulap menjadi kolam renang Tirta Ria siap menerima kehadiran adik-adiknya.

Foto tuan rumah yakni mas Masykur wajib tayang.
Foto tuan rumah yakni mas Masykur wajib tayang.
Alhamdulillah, reuni sederhana Keluarga Bani Roekan Manan terselenggara pada Senin 26 Juni 2017 kemarin. Tamu berdatangan, jajanan disuguhkan. Dari tujuh anak laki-laki mbah Manan, tinggal tiga orang yang tersisa yakni Ladjumono, Kholik, dan Subeki (mohon maaf jika ada kesalahan tulis). Sebagian besar peserta reuni adalah cucu serta cicit Bani Roekan Manan.

Mbah Manan memiliki tujuh anak laki-laki. Kini tinggal tiga anak lelaki mbah Manan yakni pakpuh Ladjumono (duduk di tengah) dan paklik Subeki (berdiri paling kanan).
Mbah Manan memiliki tujuh anak laki-laki. Kini tinggal tiga anak lelaki mbah Manan yakni pakpuh Ladjumono (duduk di tengah) dan paklik Subeki (berdiri paling kanan).
Pakpuh (bapak sepuh) Ladjumono menjadi sosok yang paling dituakan di acara reuni kemarin. Sebagian besar keponakan meluangkan waktu untuk berfoto bersamanya.

Sama halnya dengan mudik atau pulang kampung, reuni adalah jeda yang mempertemukan. Dalam menjalani hidup, masing-masing dari kita butuh mengambil jeda atau istirahat sejenak. Jeda dibutuhkan agar jarak yang memisahkan keturunan Bani Roekan Manan sedikit dilupakan. Berkumpul, berbincang, bersalaman, hingga makan dalam suasana kekeluargaan menjadikan kita tak lagi berjarak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun