Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tawuran Pelajar Kenapa ini sampai Terjadi?

27 November 2010   23:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:14 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1290901514522172166

Membaca berita di detik.com tentang berita tawuran antar pelajar hari Jumat, 26 November 2010 sungguh memiriskan hati saya. Sedih rasanya hati ini membaca berita itu. Seorang pelajar SMP tewas dibacok oleh celurit seorang pelajar SMP dari sekolah lainnya.

Sebagai seorang guru, sungguh saya sangat menyayangkan adanya kejadian tawuran antar pelajar. Sayapun berpikir, kenapa tawuran sampai terjadi? Dimana peran guru dan orang tua? Kenapa seorang anak SMP begitu tega membunuh sesamanya? Adakah yang salah dalam dunia pendidikan kita? Mengapa tawuran antar pelajar ini sampai terjadi?

Berjuta tanya ada dalam pikiran saya. Sudah begitu brutalkan anak-anak kita? Dimana pendidikan karakter yang digembar-gemborkan itu? Dalam postingan ini, saya ingin berdiskusi dengan anda bagaimana caranya agar tawuran pelajar tak ada lagi. Sebab bila ini terus kita biarkan, akan jadi apa anak-anak kita kelak?

Sebagai seorang guru, saya melihat bahwa anak-anak yang ikut tawuran itu adalah anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Kegiatan di sekolahpun kurang padat dengan kegiatan kesiswaan. Para siswapun kurang dibimbing untuk menyalurkan bakat dan minatnya dalam kegiatan ekstrakulikuler. Padahal banyak ektrakurikuler yang bisa dibuka tanpa harus mengeluarkan biaya, seperti ekskul pramuka, PMR, basket, pencak silat, dan lain-lain.

Pembinaan kerohanianpun nampaknya hanya sekedar pelengkap, dan kurang menempel dari lubuk hati para siswa. Wajar saja bila mereka akhirnya bisa saling membunuh. Tak ada rasa kasih sayang sedikitpun dengan sesama.

Bila anda melihat anak yang seperti ini, pastilah kondisi kejiwaan atau psikologis anak tersebut kacau, dan harus ditangani dengan segera. Namun sayangnya, hanya sedikit guru atau lembaga yang mau turun tangan menangani hal ini. Di samping itu ketidakpedulian orang tua terhadap perkembangan anaknya yang kurang, juga menjadi pemicu perkelahian antar pelajar ini. Banyak orang tua yang kurang perhatian kepada anaknya sendiri. Mereka terlalu sibuk mencari uang, dan menyerahan begitu saja proses pendidikan kepada sekolah. Padahal, sekolah bukanlah tempat penitipan anak, tetapi sebagai tempat untuk dilakukannya proses pendidikan. Namun pendidikan yang paling utama adalah pendidikan dalam keluarga.

Sungguh saya sangat menyayangkan kejadian ini. Sebab banyak pula anak yang baik menjadi korban. Terkadang mereka tak paham apa yang terjadi, tahu-tahu sekolah mereka diserang, dan mereka dipaksa untuk mempertahankan diri.

Kalau sudah begitu jelas peran guru dan orang tua sangat penting. Juga peran masyarakat untuk segera menginformasikan kepada pihak sekolah bila ada terjadi tawuran. Sekolahpun harus menindak tegas, pelaku tawuran, dan kalau perlu mengeluarkannya dari sekolah bila surat teguran dan pembinaan yang dilakukan sudah tak mempan lagi. Tetapi yang jelas pembinaan kepada peserta didk yang bermasalah harus menjadi perhatian serius agar mereka tak menjadi sampah masyarakat.

Kejahatan yang terjadi di masyarakat, seringkali diakibatkan oleh mereka yang memang ketika sekolahnya kurang mendapatkan perhatian, dan wajar saja bila mereka akhirnya menjadi orang jahat. Sebab bagi mereka, kejahatan seolah-olah sudah menjadi teman mereka. Perlu penanganan serius agar mereka menyadari akan kesalahannya.

jangan biarkan anak-anak muda itu menjadi jahat dengan nafsu membunuh. Guru dan orang tua harus segera memberi pengertian akan bahaya tawuran. Di sinilah komunikasi antara guru dan orang tua sangat diperlukan.

Akhirnya, saya copi paste saja berita tawuran di detik .com agar anda dan saya bisa berdiskusi panjang masalah tawuran pelajar ini. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun