Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Keteladanan adalah Cara Jitu dalam Memimpin

8 Oktober 2012   23:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:03 2962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://wijayalabs.com/wp-content/uploads/2012/09/IMG_1790.jpg

Bila anda menjadi seorang pemimpin atau anda mendapat amanah menjadi seorang pemimpin, maka anda harus mampu mawas diri. Tidak sombong, dan memiliki kerendahan hati. Harus berani dikritik, dan siap menerima kecaman dari bawahan. Tetapi yakinlah bila anda mampu memberikan keteladanan atau contoh yang baik kepada orang-orang yang anda pimpin, maka mereka pun akan sungkan dengan anda. Merekapun akan malu bila tak seide atau tak sependapat dengan pemimpinnya. Sebab keteladanan adalah cara jitu dalam memimpin.

[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="http://wijayalabs.com/wp-content/uploads/2012/09/IMG_1790.jpg"][/caption]

Sekarang ini, banyak pemimpin yang mau benarnya sendiri. Tak peduli dengan omongan orang bawahan. Padahal, seorang pemimpin itu harus lebih banyak mendengar, dan melayani dengan sepenuh hati orang-orang yang dipimpinnya. Bukan justru minta dilayani, dan banyak ngomongnya. Itulah yang saya lihat dari karakter pejabat saat ini.

Bila kita mampu memberikan contoh yang baik, dan satu kata antara perkataan dan perbuatan, maka orang yang dipimpin oleh anda akan takluk dan tunduk dengan kepemimpinan anda. Tetapi bila anda tak banyak memberikan contoh, lalu selalu menyalahkan bawahan anda, maka apapun yang anda katakan akan disepelekan. Orang betawi bilang, “Kagak Ngepek”. Artinya, omongan pemimpin sudah tidak didengar lagi oleh orang yang dipimpinnya. Kalau sudah begitu, seorang pemimpin harus instrospeksi diri. Bacalah istighfar memohon ampun kepada Allah.

Keteladanan seorang pemimpin saat ini mungkin menjadi barang langka di negeri ini. Menjadi pemimpin di negeri ini bukan untuk melayani, tetapi justru minta dilayani. Kalau ada urusan duit, maka pemimpin yang seperti itu akan berdiri di depan, dan bila tak ada duitnya dia akan lesu tak bernafsu.

Keteladanan seorang pemimpin sebenarnya ada dalam diri kita. Misalnya bila kita beragama Islam, maka setiap kali mendengar suara adzan dilantunkan dari rumah Allah, maka segeralah berhenti dari pekerjaan. Lalu lakukan sholat berjamaah. Dengan sholat berjamaah selain pahalanya berlipat ganda, di situ ada kedisiplinan soal waktu. Kita menjadi tepat waktu dalam menegakkan sholat. Bila pemimpin yang tak amanah, maka cuek saja bila suara adzan terdengar. Baginya, pekerjaannya adalah Tuhannya.

Contoh pemimpin yang baik adalah tepat waktu, dan tidak membiarkan orang lain menunggu. Baginya waktu bagaikan pedang. Bila tak tepat waktu, maka dia tak akan memberikan keteladanan yang baik. Itu baru soal waktu, dan belum soal lainnya. Tidak mudah menjadi seorang pemimpin yang tepat waktu.

Keteladanan adalah kunci pendidikan sepanjang masa. Siapa yang mampu memberikan contoh yang baik, maka dia akan menjadi seorang pemimpin yang sejati. Tak perlu banyak omong cukup keteladanan saja. Ajak orang lain dengan tindakan nyata dan bukan kata-kata.

Menjadi seorang pemimpin selain memberikan contoh dan tauladan yang baik, Dia juga sudah harus siap untuk mendapatkan masukan dan saran dari bawahan ke arah perbaikan kinerjanya. Bila ada bawahan yang mengkritiknya, justru dia bersyukur. Bukan justru mencari-cari kesalahan orang yang mengkritiknya.

Barang siapa yang memberikan contoh yang baik dalam Islam maka baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang yang mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa yang memberikan contoh yang buruk didalam Islam maka baginya dosa atas perbuatannya dan dosa orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang-orang yang mengikutinya” (HR Muslim).

Sungguh hadits ini mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dalam memberikan contoh, apalagi sebagai orang tua yang telah memiliki anak. Kita dituntut lebih hati-hati dalam memberikan contoh. Sengaja atau tidak, ada efek negatif maupun positif. Kesalahan dalam membentuk karakter anak misalnya tanpa sengaja dapat terjadi dengan keteladanan yang buruk. Akibatnya bisa fatal, yaitu membentuk karakter yang rusak. Anak kita pun tak menjadi anak yang sholeh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun