Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bank Benih Lokal Satu Jalan Kedaulatan Pangan

27 Agustus 2015   05:24 Diperbarui: 27 Agustus 2015   07:21 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah mendengar mengenai bank benih/bank of seeds/gene bank? Ya, bank untuk sekumpulan benih tumbuhan baik buah maupun sayuran. Aku pertama kali membaca mengenai bank benih saat menemukan sebuah artikel tentang Kubah Kiamat di sebuah pulau tandus 1.100 km dari Kutub Utara. Bill Gates sebagai konglomerat internasional menginvestasikan sejumlah dana besar untuk bank benih, bekerjasama dengan yayasan Rockefeller, Monsanto corporation, yayasan Sygenta dan pemerintahan Norwegia. Bank benih tersebut dikatakan akan mampu menampung sampai 3 juta benih berbeda dari seluruh dunia untuk kepentingan 'mempertahankan keanekaragaman benih' kehidupan manusia jika terjadi sesuatu di masa depan, misal bencana alam dahsyat yang menghancurkan seperti oleh ledakan meteor, banjir bandang zaman Nabi Nuh, kehancuran akibat perang dan sebagainya. Tapi, kita tidak pernah tahu apa sih maksud mereka membuat bank benih sebegitu besar sampai-sampai bekerjasam dengan Monsanto, sebuah perusahaan agrokimia internasional yang banyak mendapat perlawanan dari petani di seluruh dunia.

Singkatnya, bank benih merupakan tempat dimana benih sebagai materi biologi dikumpulkan, disimpan, didaftar, dan dimungkinkan untuk di distribusikan ulang. Fungsi utamanya adalah melestarikan keanekaragaman genetik tanaman dalam bentuk biji kering atau stek yang berguna untuk penelitian dan pemuliaan tanaman. Ya, intinya sih untuk menyelamatkan bumi dan makanan manusia dan hewan.

Dalam sebuah artikel di website FAO, organisasi PBB untuk pangan dan pertanian ada sebuah artikel berjudul "World's most important gene bank now must under international plant genetic treat" pada 2006 menyebutkan bahwa dibuat sebuah perjanjian antara pusat-pusat penelitian internasional yang memegang 600.000 sampel genetik tanaman terpenting di dunia untuk pertanian dan pangan. Sampel-sampel tersebut akan diteliti melihat semakin besarnya ancaman kepunahan terhadap keberlangsungan mereka akibat perubahan lingkungan, perubahan iklim dan penyakit tanaman aneh sebagai dampak modernisasi pertanian dan pertambahan jumlah penduduk yang pesat. 

Peta domestikasi tanaman-tanaman penting di seluruh dunia

The World Agroforestry (ICRAF) sebagai organisasi internasional yang berfokus pada isu kehutanan memiliki bank benih di Nairobi, Kenya dimana salah satu pusat hutan tropis dunia berada selain Indonesia dan Brasil. Bank benih ini memegang 4. 473 aksesi dari 150 jenis pohon dalam sistem agroforestri. ICRAF juga memiliki bank benih dengan 700 aksesi yang mewakili 120 jenis pohon ke bank benih Slavabard di Norwegia. Pemuliaan jenis-jenis pohon dari kepunahan akibat kerusakan hutan dan perubahan iklim tentu saja sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Bagaimanapun pohon berperan penting dalam menjaga ketersediaan air, udara bersih dan penjaga kestabilan iklim dunia. Kalau nggak stabil kan bikin gerah.

Ada satu contoh lain, perang sipil di Syria yang menewaskan sekitar 300.000 jiwa, membuat 3 juta penduduk lainnya sebagai pengungsi dan menghancurkan banyak tempat membuat sekelompok ilmuwan Syiria yang tergabung dalam International Center for Agricultural Research in Dry Areas (ICRDA) berupaya menyelamatkan hingga 80% benih wilayah kering agar tidak punah akibat perang. Mereka mengirim sebanyak 150.000 sampel tanaman wilayah kering ke bank benih Slavabard di Norwegia yang telah mereka kumpulkan selama lebih dari 40 tahun dari pusat penelitian benih dan tanaman pangan di Allepo. Wilayah tandus seperti Syria, Palestina, Mesir, Libanon dan Irak merupakan lokasi domestikasi tanaman-tanaman khas seperti lentil, barley, dan beberapa jenis tanaman purba seperti varietas durum dan wheat untuk membuat roti. 

International Center for Agricultural Research in Dry Areas (ICARDA) - See more at: http://www.greenprophet.com/2015/05/icarda-scientists-save-80-of-a-priceless-trove-of-syrian-seeds/#sthash.IjxpUjuX.dpuf

 

Wah, ternyata setiap bank benih di seluruh dunia memiliki cerita dan alasan masing-masing. Bagaimana dengan Indonesia? Para petani di Indonesia hingga saat ini masih dijajah oleh setidaknya 3 perusahaan benih yang mendominasi penjualan benih yang telah dipatenkan yaitu sebagaimana dunia yang dikuasai 10 perusahaan pemuliaan Benih. Pada 2008 saja misalnya 3 perusahaan benih di Indonesia mengusaai hingga 71% jenis jagung, 40% jenis padi, 70% jenis tanaman holtikultura. Karena itu pada 2010 di Bogor telah dilakukan deklarasi Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI) sebagai alat komunikasi dan pembelajaran petani di Indonesia dalam melindungi benih-benih lokal dari perampasan oleh perusahaan pemuliaan tanaman.

Sebagian besar petani Indonesia dipaksa menanam benih hibrida dan transgenik milik perusahaan. Dengan iming-iming bahwa benih hibrida dan transgenik dapat membantu petani menghasilkan panen melimpah, perusahaan memaksa petani membeli benih mereka. Dalam beberapa kasus, petani tak boleh menanam benih hasil pemuliaan sendiri dan sering dijadikan tersangka pencurian benih yang telah dipatenkan oleh perusahaan agroindustri. Jika mereka melawan akan berakhir di Penjara. Padahal benih hibrida memiliki dampak negatif karena menambah ongkos produksi petani seperti membeli benih, disertai pupuk dan pestisida, juga merusak lingkungan karena penggunaan bahan-bahan kimia. Perusahaan untung dan petani buntung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun