Mohon tunggu...
Widodo Surya Putra (Mas Ido)
Widodo Surya Putra (Mas Ido) Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Arek Suroboyo | Redaktur renungan kristiani | Penggemar makanan Suroboyoan, sate Madura, dan sego Padang |Basketball Lovers & Fans Man United | IG @Widodo Suryaputra

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Setelah Ranieri Dipecat, Mampukah Leicester City Selamat dari Degradasi?

24 Februari 2017   12:20 Diperbarui: 24 Februari 2017   12:33 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Tinkerman (Daily Express)

Hidup memang (terkadang) terasa tidak adil. Turut bersimpati Mbah Ranieri. Terima kasih sudah memberikan pelajaran berharga musim lalu untuk setiap "tim kecil" berani bermimpi menjadi juara. Semoga segera mendapat tim baru dan bisa buktikan kapasitas Anda, Mbah! :-)

Itulah bunyi posting-an di akun Facebook saya pagi ini mengomentari berita pemecatan Mbah Claudio Ranieri. Berita yang sepertinya tak terlalu mengejutkan dan seakan bisa diprediksi seiring jebloknya prestasi Leicester City pada musim kompetisi 2016/2017 di berbagai ajang kompetisi. Setelah mengejutkan seluruh dunia dengan menjuarai Premier League musim 2015/2016, kehebatan The Foxes musim ini seperti menguap tak berbekas. Padahal, selain N'golo Kante yang hijrah ke Chelsea, kekuatan tim (eks) besutan Claudio Ranieri ini relatif tak banyak perubahan.

Suramnya masa depan Mbah Ranieri mulai terlihat saat Leicester City memasuki 2017 dalam kondisi siaga 1 karena jurang degradasi semakin mengintai. Apalagi, sejak ditahan seri Everton di kandang Middlesbrough (2/1) pada laga Premier League pekan ke-20, Leicester City selalu kalah dalam lima laga selanjutnya. Tragisnya lagi, Jamie Vardy, dkk bahkan tidak berhasil mencetak satu gol pun pada enam laga terakhirnya di Premier League. Gawang mereka dibombardir sebanyak 12 gol, tanpa berhasil membalas sekalipun ke gawang yang dijaga enam kiper yang berbeda. Tragis 'kan! 

Mampetnya lini depan Leicester City nampaknya turut memberikan andil untuk posisi Leicester City di klasemen sementara sampai pekan ke-25. Jamie Vardy yang musim lalu menempati posisi runner-up daftar top scorer Premier League bersama Kun Aguero dengan 24 gol, sampai pekan ke-25 baru mencetak 5 gol. Jumlah gol yang sama dicetak oleh Islam Slimani. Sementara Riyad Mahrez yang musim lalu begitu gemilang dengan torehan 17 gol, musim ini juga baru mencetak 3 gol di Premier League.

Kesuraman Leicester City semakin nampak ketika minggu lalu (18/2) Vardy, dkk ditekuk Millwall, klub dari Divisi Championship, yang mengakhiri kiprah Leicester di Piala FA. Nasib Leicester City juga semakin terancam setelah dikalahkan oleh Sevilla dengan skor 2-1 di babak 16 besar Liga Champions. Meskipun masih ada kesempatan pada leg 2 di kandang sendiri, tetapi kesabaran para petinggi klub nampaknya sudah habis. Mbah Ranieri pun dipecat tak lama setelah laga melawan Sevilla berakhir. Saking nggak sabarnya, Ranieri bahkan tidak diberi kesempatan untuk (setidaknya) menjalani laga terakhir di kandang melawan Liverpool pada 27 Februari mendatang.

Sejak direkrut pada Juli 2015, total 81 pertandingan dilakoni The Tinkerman bersama Leicester City. Pelatih berusia 65 tahun tersebut mencatatkan 36 kemenangan, 22 seri, dan 23 kekalahan (prosentase kemenangan 44,44%). Sementara, di Premier League sendiri, Ranieri mendampingi Leicester City sebanyak 63 kali, dengan catatan: 28 menang, 18 seri, dan 17 kalah. Ironisnya, 5 laga terakhir yang dijalani oleh Ranieri dijalani dengan kekalahan. 

Namun, seperti diakui oleh Mourinho, pelatih yang suka bersenandung "Dilly Ding Dilly Dong"—yang sempat dianggap layaknya mantra ajaib pada musim lalu—apa yang ditorehkan oleh Ranieri tak akan pernah terhapuskan dari catatan sejarah persepakbolaan dunia. Sayang sekali, nampaknya "mantra" ajaib dari senandung tersebut kali ini tidak bertuah. Begitu pula dengan godaan untuk makan pizza sepuasnya dari sang pelatih, nampaknya sudah tak lagi ampuh untuk menaikkan semangat juang dan kreativitas para pemain di atas lapangan hijau.

Omong-omong, dipecatnya Ranieri seperti mengulang pengalaman tragis Jose Mourinho, yang dipecat pada musim berikutnya setelah mengantarkan Chelsea menjuarai Premier League musim 2014/2015. Morinho bahkan sedikit lebih sial dibandingkan Ranieri, karena hanya diberi kesempatan 16 pertandingan sebelum di-PHK.

Mampukah Leicester selamat dari ancaman degradasi?

Posisi terkini di tabel klasemen, Leicester City menempati peringkat ke-17 dengan koleksi 20 poin, hanya setingkat di atas Hull City yang mengemas 1 poin lebih sedikit. Sementara dua peringkat terbawah dihuni oleh Crystal Palace dan Sunderland dengan selisih 2 poin lebih sedikit. Jika musim lalu publik menanti-nantikan dengan antusias apakah Leicester City dapat menjuarai Premier League, fakta sebaliknya harus diterima pada musim ini: "Apakah Leicester mampu selamat dari ancaman degradasi?"

Hingga siang ini (waktu Indonesia), pihak klub belum menentukan siapakah pengganti Mbah Ranieri. Kabarnya, Roberto Mancini, eks pelatih Inter Milan yang belum lama ini didepak dan masih menganggur, akan menjadi kandidat utama. Selain Mancini, masih ada beberapa nama yang diperkirakan akan menjadi suksesor Ranieri pada 13 laga terakhir musim ini, antara lain: Alan Pardew, Nigel Pearson, dan Martin O'neill. Dua nama terakhir pernah menukangi Leicester City beberapa tahun silam. Nama Mancini menjadi yang terdepan, setidaknya menurut bursa taruhan Sky Bet yang menempatkan pelatih flamboyan tersebut dengan koefisien tertinggi (11/10).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun