Apa yang Anda pikirkan setelah melihat data statistik pada gambar artikel ini? Heran, bertanya-tanya, sebel, atau malah senang? Silakan tentukan sendiri respons Anda. Namun, data statistik pada laga Celtic melawan Barcelona pada November 2012 silam membuktikan bahwa penguasaan bola terkadang tak cukup untuk membuat sebuah tim memenangkan pertandingan sepak bola.Â
Ya, setidaknya Barcelona sudah pernah merasakannya, tepatnya pada laga Grup G Liga Champions Eropa musim 2012-2013. Sangat dominan penguasaan bola (ada yang menghitung hingga 89%) tetapi Barcelona tetap kalah. Gol hiburan bagi Barcelona pun lahir pada injury-time melalui Lionel Messi.Â
****
Ya, tak ada yang lebih menjengkelkan dalam bermain sepak bola, atau dalam olahraga beregu lainnya yang dibatasi oleh waktu, ketika tim kesayangan kita terlihat menguasai jalannya pertandingan, tetapi akhirnya gagal menang, tersingkir dari kejuaraan, atau gagal menjadi juara! Rasanya ingin protes tetapi kok agak gimana gitu karena faktanya tim kesayangan kita tetap gagal menang, tersingkir, atau gagal juara, karena hanya "menguasai pertandingan", bukan memenangkan pertandingan.
Nah, bagi kita para fans sepak bola sejati yang nyaris tak pernah melewatkan laga-laga yang dimainkan oleh tim kesayangan kita atau Timnas Indonesia (yang belum lama ini berhasil menyegelposisi ketiga di Piala AFF U-18 di Myanmar), mungkin kita akan merasa sesak di dada melihat statistik di bawah ini:
Jika penguasaan bola tak cukup, lantas hal apa yang membedakan sekaligus akan menentukan hasil akhir suatu pertandingan? Jawabannya mudah: jumlah gol yang dicetak oleh satu tim, satu gol lebih banyak dari jumlah gol yang bisa dicetak oleh tim lawan!
Nah, sebelum sebuah tim dapat mencetak gol, tentu diperlukan upaya untuk membuat kesempatan untuk mencetak gol (sering disebut goal attempts). Percuma menguasai bola hingga 80% selama 90 menit pertandingan, tetapi hanya mampu menciptakan peluang mencetak gol sebanyak dua kali, itu pun semuanya off-target alias meleset dari sasaran!
Kembali pada data statistik melawan Myanmar pada perebutan tempat ketiga Piala AFF U-19 lalu. Secara statistik total goal attemptskita memang "hanya" berjumlah 16 kali (9 kali lebih sedikit dibandingkan tim lawan), tetapi dari 16 kali kesempatan itu, ada 11 peluang yang berhasil on-target (tepat sasaran), lalu 7 peluang di antaranya berbuah gol. Sementara saat melawan VIetnam, dari 9 tembakan ke gawang yang berhasil dibuat, hanya 3 yang tepat sasaran dan tidak ada yang berbuah gol.
Jadi, biasanya memang ada korelasi antara banyaknya jumlah goal attemptsdengan attempts on target (shot on target), yang bila dimaksimalkan dapat menjadi peluang demi peluang untuk mencetak gol. Meskipun teori ini terkadang tak dapat terwujud di atas lapangan karena ada tim yang memiliki goal attempts cukup banyak, tetapi hampir semuanya off-target sehingga tak ada gol yang tercipta hingga pertandingan usai. Selain berupaya menguasai bola sebanyak dan selama mungkin, sebuah tim yang ingin memenangkan pertandingan harus mampu mengonversi peluang yang ada menjadi gol---bahkan, kalau bisa setiap peluang tendangan on-target berbuah gol!