Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapkah Anda Mudik?

25 Mei 2017   22:52 Diperbarui: 25 Mei 2017   23:39 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kompas / Ferganata Indra Riatmoko

Mudik saat lebaran memang telah menjadi tradisi sebagian besar masyarakat Indonesia. Semula, mudik dikenal sebagai bagian perayaan Idul Fitri bagi umat Islam di Indonesia, yang melakukan perjalanan kembali dari perantauan ke kampung halamannya. Namun, lambat laun mudik bisa dilakukan siapa saja, terutama para perantau, untuk memanfaatkan libur lebaran yang cukup panjang. Mudik adalah sarana untuk menyambung silaturahmi dan saat yang tepat bagi sebuah keluarga untuk berkumpul di waktu yang sama.

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, mudik adalah sesuatu hal yang tidak bisa ditawar lagi. Sekali dalam setahun haruslah mudik, terutama saat lebaran. Menolak tradisi berarti tidaklah elok. Fenomena mudik ini memang tergolong unik, sekitar seminggu sebelum lebaran, para pemudik mulai berbondong-bondong melakukan perjalanan kembali ke kampung halaman.

Untuk menunaikan mudik sebagai sebuah tradisi, pemudik bahkan rela bermacet-macet di jalan hingga begadang demi antre mendapatkan tiket kereta api, kapal atau bis. Lelah dan resiko di jalanan seolah tak dihiraukan. Ketika pemudik mendapatkan pengalaman buruk saat mudik, belum tentu di tahun berikutnya ia kapok. Seolah mudik adalah kewajiban yang bagaimanapun kondisinya harus ditunaikan.

Foto : Kompas.com --- Grafis : widikurniawan
Foto : Kompas.com --- Grafis : widikurniawan
Lalu, benarkah mudik adalah hal yang memang harus dilakukan?

Menjawab pertanyaan tersebut ternyata tidak mudah. Banyak faktor dan alasan yang membuat seseorang justru memilih tidak mudik ketika lebaran. Beberapa faktor berikut bisa jadi menjadi pertimbangan utama ketika memilih tidak melakukan mudik saat lebaran.

1. Pekerjaan

Tidak semua jenis pekerjaan atau profesi mendapatkan jatah liburan panjang saat lebaran. Bahkan di beberapa sektor, ada pekerjaan yang tetap harus dilakukan saat lebaran sekalipun. Jajaran TNI, Polisi, perhubungan,  sektor kesehatan, komunikasi dan masih banyak lagi, justru dituntut untuk selalu siaga bekerja saat libur lebaran.

2. Biaya mudik yang mahal

Saya pernah mengalami situasi ketika tinggal di luar Jawa bersama anak dan istri. Saat menjelang lebaran, harga tiket pesawat sudah sangat gila-gilaan. Hitung-hitungan apabila melakukan perjalanan bertiga pulang pergi beserta biaya lain-lainnya tentu sangat mahal bagi ukuran kami, apalagi praktis libur yang didapat tidak lebih dari satu minggu.

3. Tidak kebagian tiket mudik

Sudah banyak diulas bagaimana susahnya mendapatkan selembar tiket mudik via kereta api. Tiket yang dijual online seringkali ludes begitu saja karena banyaknya peminat. Sementara tiket moda lainnya seperti pesawat sangat mahal dan perjalanan menggunakan bus bisa sangat melelahkan karena macet. Mau pakai mobil pribadi tidak punya, pakai sepeda motor pun beresiko tinggi. Maka orang-orang yang bernasib seperti ini hanya bisa pasrah untuk tidak mudik saat lebaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun