Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Money featured

Pedagang Petualang, dari Terompet Hingga Cangkul

31 Desember 2010   14:28 Diperbarui: 30 Desember 2016   00:02 1346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kfk.kompas.com

Wajahnya terlihat lusuh dan gelap. Kumisnya agak lebat tak tertata rapi. Kepalanya tertutup sebuah topi kumal berwarna merah. Demikian juga kemeja putih gombrongnya, sudah jauh dari kesan bersih. Pria itu beranjak berdiri dari posisi duduknya di tanah ketika aku datang menghampirinya.

“Berapa harga terompetnya, Pak?” tanyaku.

“Yang mana Mas? Yang itu lima ribu, yang ini sepuluh ribu...” jawabnya menunjuk terompet kertas berbentuk memanjang.

“Kalau yang bentuknya seperti keong ini?”

“Oh, yang itu dua puluh lima ribu, coba saja ditiup Mas, nyaring kok... atau kalau mau yang paling bagus ada juga kok, nih... lima puluh ribu saja.” Tangannya kemudian lincah membuka-buka plastik pembungkus terompet. Sebuah terompet pendek terbuat dari pipa dan karton tebal, ia sodorkan kepadaku.

Sore itu, Rabu (29/12/2010), di pinggir Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara, memang mulai terlihat beberapa pedagang terompet memajang dagangannya. Namun, entah kenapa aku lebih tertarik menghampiri pria dengan kisaran umur 40 tahunan ini. Mungkin karena gerobaknya yang unik, atau mungkin karena rasa iba muncul melihatnya duduk lesehan di atas tanah tanpa alas.

“Buatan mana Pak ini?” tanyaku.

“Dari Jawa Mas, langsung dari pabriknya..” jawabnya cepat.

“Lho, berarti Bapak dari Jawa juga? Bisa bahasa Jawa dong?”

“Saget Mas.. nggih...” (Bisa Mas... iya...)

Kemudian Sahir, nama pedagang itu, bercerita bahwa ia berasal dari Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Sahir termasuk dalam 30 orang pedagang yang berombongan membawa ribuan terompet untuk dijual di Kota Kendari dan sekitarnya, menyambut tahun baru 2011. Mereka naik kapal laut dari pelabuhan Semarang menuju Bau-Bau dan berlanjut ke Kendari dalam perjalanan yang memakan waktu empat hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun