Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menikmati Musik Bambu Khas Sulawesi Tenggara

12 Maret 2011   10:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:51 3534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_93945" align="aligncenter" width="640" caption="Orkestra musik bambu anak-anak Desa Molinese"][/caption] Sebuah kebetulan yang menyenangkan dan menghibur. Itulah pengalaman saya hari ini, Sabtu (12/3/2011) ketika bertemu dengan Pak Silikama, Kepala Desa Molinese, Kecamatan Lainea, Kabupaten Konawe Selatan. Jarak yang saya tempuh untuk bertemu beliau adalah sekitar 50 kilo meter dari Kota Kendari, ibukota Sulawesi Tenggara. Desa ini pun terbilang masih tertinggal dibandingg desa-desa lain di sekitarnya yang memiliki jalan poros beraspal. Jalan desa Molinese nyatanya masih belum beraspal. [caption id="attachment_93939" align="alignleft" width="300" caption="Beragam bentuk alat musik bambu"]

12999265891887502818
12999265891887502818
[/caption] Pak Desa, demikian istilah untuk memanggil seorang kepala desa di Sulawesi Tenggara, ternyata sedang mengajar di SD-SMP Negeri Satu Atap Desa Molinese, ketika saya datang ke rumahnya. Saya pun segera menyusul ke tempat dimaksud demi sebuah urusan pekerjaan. Untungnya waktu beliau bisa "diganggu" dengan kedatangan saya. Selesai sedikit urusan dengan saya, Pak Silikama bermaksud memberikan sedikit kenang-kenangan untuk saya. "Ayo baris atur posisi! Kita mainkan hasil latihan kita!" Pak Silikama ternyata juga pembina kegiatan musik bambu di sekolah itu. Ia memberi komando kepada anak-anak didiknya yang semula berlatih upacara untuk mendemonstrasikan kebolehan mereka memainkan alat musik tradisional Sulawesi Tenggara yang disebut sebagai musik bambu. [caption id="attachment_93941" align="alignleft" width="300" caption="Musik bambu khas Sulawesi Tenggara, semua ditiup"]
12999266891196687185
12999266891196687185
[/caption] Anak-anak itu dengan sigap berbaris di halaman sekolah, di bawah sebuah pohon. Pak Silikama memberi aba-aba kepada mereka untuk berbaris rapi dan menenteng alat musiknya masing-masing dengan cara yang benar. Alat musik bambu rupanya bermacam bentuknya. Ada yang besar dan panjang, ada yang disusun dari beberapa potong bambu dan yang sudah kita kenal selama ini adalah jenis seruling. Begitu Pak Silikama memberi aba-aba mulai, serempak anak-anak yang berjumlah sekitar 50 orang itu mengalunkan harmonisasi nada menyanyikan sebuah lagu daerah Sulawesi Utara yang terkenal, Si Patokaan. Bermacam alat musik bambu itu ternyata ditiup semuanya. Nada bas yang muncul dari bambu berukuran besar dan panjang terdengar lebih dominan. Inilah yang membedakan dengan musik bambu yang berasal dari daerah Sulawesi lainnya, utamanya Sulawesi Utara, yang konon selain tiup ada jenis alat musik pukul semacam kolintang. [caption id="attachment_93942" align="alignleft" width="300" caption="Pak Silikama, pembina musik bambu"]
129992724730688354
129992724730688354
[/caption] Selesai satu lagu, Pak Silikama membubarkan anak-anak tersebut untuk kembali beraktivitas seperti semula. "Maklum Mas, mereka baru tahu satu lagu sebab baru dua hari latihan..." ujar Pak Silikama. Hmm, dua hari latihan saja sudah membuat saya kagum terhadap musik bambu dan anak-anak itu. Pak Silikama menerangkan bahwa mereka dilatih khusus untuk menghadapi Pekan Olahraga Daerah (Porda) tingkat Kabupaten Konawe Selatan. Sebuah langkah bagus dengan memasukkan sebuah seni yang bisa dikatakan hampir punah untuk dimasukkan dalam perlombaan setingkat Porda. Musik bambu yang konon dahulu dimainkan saat pesta adat, nyatanya saat ini hampir terlupakan di tengah gempuran musik-musik modern. Bahkan pesta pernikahan jaman sekarang telah dikuasai organ tunggal dan goyangan dangdutnya. Kiprah dan semangat Pak Silikama dalam membina musik bambu patut diacungi jempol. Pun kemauan dan kemampuan anak-anak Desa Molinese yang jauh dari hingar bingar kota, sangat membanggakan dalam ikut melestarikan seni tradisional musik bambu. Salut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun