Mohon tunggu...
Widi Admojo
Widi Admojo Mohon Tunggu... Guru - Widiadmojo adalah seorang guru, tinggal di Kebumen

sedikit berbagi semoga berarti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lemah Literasi, Apa yang Harus Dilakukan?

5 Maret 2020   08:11 Diperbarui: 5 Maret 2020   08:24 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi penulis

  • Saat ini kementerian pendidikan dan kebudayaan sedang menggenjot penguatan literasi pada para peserta didiknya. Bahkan termasuk juga pada tenaga pendidiknya. Berbagai program diluncurkan, termasuk yang hari-hari belakang ini sedang dilaksanakan adalah, kementerian pendidikan dan kebudayaan sedang mencoba memetakan bagaimana sih kondisi kompetensi minimal para siswa maupun gurunya. Indikator-indikator yang dipergunakan untuk memetakan kondisi literasi peserta didik dan para pendidik tersebut adalah indikator-indikator yang bersinggungan dengan masalah kemampuan literasi dan karakter. 

Rupanya hal tersebut menjadi penting karena berdasarkan pemetaan kualitas pendidikan di Indonesia letak permasalahan yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan adalah karena masalah literasi yang kurang, kemampuan berpikir kritis, kreativitas yang rendah, masalah komunikasi serta masalah kemampuan inovasi yang rendah.

Kemampuan literasi tentang baca tulis, adalah kemampuan untuk membaca dan menulis, menganalisa, mencari dan menulusuri, mengolah dan memahami suatu informasi. Masyarakat kita termasuk tentu saja para peserta didik saat ini bila dikaitkan dengan kemampuan literasi baca tulis bisa jadi memang kurang dari harapan. Apalagi saat ini masyarakat sudah dininabobokkan dengan berbagai fasilitas modern seperti smartphone yang bisa dipastikan memiliki daya tarik lebih kuat dari pada membaca buku diperpustakaan. 

Modernitas smartphone yang tersaji di depan mata meninabobokkan masyarakat untuk lebih suka melihat tayangan medsos, dan aneka fasilitas hiburan yang kurang begitu relefan kemanfaatannya bagi dirinya. Seorang pelajar akan lebih banyak membuka game dari pada membuka materi ajar yang sebenarnya juga tersedia sangat cukup dan berlebih di internet. Belum lagi berapa banyak pula yang tergoda untuk menggunakan fasilitas internet ini untuk hal-hal yang asusila, melanggar hukum dan lain sebagainya.

Literasi digital, sejauh ini sebenarnya kemampuan pelajar atau peserta didik untuk mengembangkan literasi digital sudah cukup mumpuni.  Hanya saja kemampuan digital yang dimiliki peserta didik belum terarah pada dukungan yang positip sebagai kondisi untuk meningkatkan kualitas bagi peningkatan mutu pendidikan mereka. 

Sekolah, pendidik, maupun pihak terkait kadang kurang memunculkan pengkondisian untuk memanfaatkan potensi para peserta didik untuk dibawa ke pengembangan kemampuan literasi digital yang ada. Sehingga praktis setiap waktu anak-anak pelajar sudah mahir menggunakan fasilitas teknologi tetapi kemanfaatan bagi pengembangan dirinya kurang kelihatan.

Kemudian bila menyinggung literasi numerik, atau wawasan dan kemampuan yang berhubungan dengan angka-angka atau dunia matematik, pola pembelajaran yang selama ini ada barangkali lebih sering mengarah pada model hafalan rumus rumus matematika yang kurang implementatif dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar yang ada. 

Pembelajaran matematika sepertinya asing dan berada di luar dunia nyata lingkungan para peserta didik. Itulah sebabnya betapapun jam pembelajaran matematika cukup teralokasi dengan jumlah yang besar, tetapi kemampuan literasi penerapan ilmu matematika ke dalam kehidupan sehari-hari masih kurang dan belum membumi. Ini dapat juga dilihat dari bagaimana para pendidik dan para siswa yang merasa kesulitan dan kebingungan saat mengerjakan soal-soal numerik pada uji coba dan pengenalan AKM (Assesmen Kompetensi Minimal) para pelajar maupun pendidik.

Beberapa waktu lalu, ada tayangan di media yang cukup viral tentang seorang yang berprofesi sebagai bengkel sepeda motor, tetapi mampu membuat pesawat terbang hanya mengandalkan penelusuran dirinya di media internet. Dia sendiri tidak berpendidikan. 

Fenomena ini menunjukkan bahwa tan literasi sains dan digital telah membawa dirinya menjadi eksis dan memiliki kemampuan yang berlebih yang tidak kalah dibanding dengan orang lain betapapun ia mengantongi pendidikan yang lebih tinggi dari dirinya. Di sekolah agaknya diperlukan adanya peningkatan literasi sains dengan cara dan metoda yang tepat. Pembelajaran dan dukungan pendidikan terhadap pengembangan literasi sains ini menjadi penting agar anak memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya dengan lebih baik.

Kehidupan masyarakat yang konsumtif, banuak hutang, dan korupsi bisa jadi ini disebabkan oleh kemampuan literasi finansial yang kurang baik. Lierasi finansial mendorong munculnya sikap efisien terhadap keuangan, meniadakan sikap hidup foya-foya dan pemboros serta memiliki kemampuan memanage anggaran dengan efektif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun