Mohon tunggu...
Swidan
Swidan Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

Penulis Muda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak Indonesia Menatap Dunia

14 September 2017   12:03 Diperbarui: 14 September 2017   12:14 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari yang selalu pagi aku temui di dunia anak anak. Ini bukanlah kali pertama berjibaku dengan dunia kecil mereka, melainkan sudah kesekian kalinya sejak jatuh cinta kepada dunia anak anak. Dunia yang selalu menawarkan warna yang berbeda disetiap harinya. Harapan, ceria, tangis, canda tawa bahkan tingkah polah anak anak ini selalu meninggalkan kerinduan sekaligus juga kecemasan yang esok hari seolah selalu menuntunku untuk kembali.

Anak merupakan aset masa depan sebuah bangsa, karena itu sepenuhnya harus dipersiapkan sejak dini untuk menjalani kehidupannya sesuai hak hak dasar yang dimiliki anak, yaitu dalam hal kesehatan, pendidikan, dan perlindungan anak. Dalam kondisi normal, lingkungan terdekat anak adalah keluarga yang dalam kondisi ini kesempatan terpenuhinya hak hak mereka tentu lebih besar dibandingkan anak anak dengan keterbatasan kondisi.

Lalu bagaimana terpenuhinya hak anak yang memiliki keterbatasan kondisi? Disinilah peran besar kita dibutuhkan, tugas dan tanggung jawab sebagai mediator antara anak dan kehidupannya. Melihat begitu banyak realitas keterbatasan kondisi anak anak disekeliling kita yang menuntut perhatian inilah, kita coba mengambil peran besar itu demi terpenuhinya hak hak anak yang mutlak menjadi dasar perubahan kehidupan yang lebih baik.

Dimulai dari mengambil peran di lingkungan sekitar, yayasan dan komunitas anak, untuk bersama sama menjalani peran yang lebih besar dan luas, yaitu anak anak Indonesia agar siap menatap dunia. Bukan sesuatu hal yang mudah, tetapi juga bukan berarti kita harus berhenti sampai disini, karena kita adalah bagian penting untuk tumbuh kembang dan masa depan mereka.

"Anak anak disini memiliki latar belakang yang berbeda beda. Ada yang sengaja dititipkan oleh orangtua mereka karena tidak mampu,ada yatim piatu. Mereka dititipkan disini untuk menetap dan disekolahkan, dan setelah lulus SMA mereka harus kembali ke keluarga mereka, harus mandiri." begitulah penjelasan Pak Ahmad yang mengabdikan dirinya menjadi pengurus di sebuah yayasan panti asuhan di Tangerang.

Di yayasan ini banyak hal yang bisa dipelajari baik dari kondisi anak anak itu sendiri ataupun dari sebagian besar kemampuan yayasan untuk memberi binaan dan fasilitas bagi anak anak. Meski yayasan mendapatkan pasokan dana tetap dari pemerintah daerah setempat, namun kenyataannya kebutuhan pokok untuk anak anak ini masih jauh lebih besar. Selain kebutuhan sandang, pangan, masih ada kebutuhan lain yaitu buku buku untuk mengisi perpustakaan, dan lain lain.

Kondisi yang berbeda bisa kita temui disatu sudut kota, dimana anak anak dengan keterbatasan fisik (disabilitas)atau biasa kita sebut anak berkebutuhan khusus menjalani kehidupan mereka. Berbeda dengan sebagian yayasan yang mendapat pasokan dana, beberapa komunitas belum memiliki pasokan dana tetap, sehingga mengandalkan sukarela dari pengurusnya atau donatur.

Disudut sudut jalan juga masih banyak kita jumpai anak anak yang terlantar, menjadi pengemis, pengamen, bahkan dengan temperamen yang kadang sudah bukan lagi mencerminkan anak anak. Kerasnya kehidupan di jalan membuat sifat dan perangai mereka pun terbentuk keras. Hal ini juga sangat rentan akan pelanggaran dari perlindungan anak. Jelas, ini akan berdampak bagi kehidupan di saat mereka dewasa nati. Tentu dampak yang tidak positif.

Beberapa kondisi tersebut membutuhkan jawaban dari kita, dari hal yang sederhana dan dimulai dari diri sendiri. Bagaimana peran yang kita lakukan tidak hanya sebatas sebagai penyandang dana, tetapi ada interaksi kita terhadap anak anak seperti rutin memberikan pengajaran, membuat dan melaksanakan program keterampilan agar anak bisa mandiri kelak.

Dari sisi perlindungan anak, contoh aktualisasinya adalah pendekatan kepada anak anak jalanan yang intensif dilakukan, agar mereka bersedia masuk ke dalam komunitas atau yayasan terdekat sehingga bisa melindungi mereka dari ancaman kekerasan atau pelecehan di jalan. Tak kalah penting adalah pendidikan moral yang selalu ditanamkan kepada anak anak agar apapun kondisinya mereka memiliki pribadi yang baik dan bertanggung jawab.

Ketika peran kita di lingkungan, yayasan, atau komunitas terdekat sudah dilakukan, maka saatnya untuk mengambil peran yang lebih besar lagi dan luas. Contohnya bergabung dengan sebuah lembaga berskala nasional bahkan internasional agar kita memiliki jalan dan kesempatan yang lebih besar untuk menyuarakan hak hak anak. Memiliki program program yang intensif dengan support dana yang memadai dan mampu menjangkau seluruh anak anak di pelosok negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun