Mohon tunggu...
Inovasi Pilihan

Pemberdayaan Masyarakat Desa Asrikaton Melalui Hidroponik

19 Juli 2017   13:12 Diperbarui: 19 Juli 2017   14:04 1747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : dokumentasi pribadi

Senin, 12 Juni 2017, Mahasiswa KKN Universitas Negeri Malang memberikan penyuluhan dan pelatihan hidroponik kepada Kader Desa Asrikaton guna menanggulangi masalah yang sedang terjadi di Desa Asrikaton, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, yaitu kurangnya lahan pertanian yang berakibat pada berkurangnya lapangan pekerjaan.

Berkurangnya lapangan pekerjaan di Desa Asrikaton disebabkan oleh proyek pembangunan yang semakin besar, sedangkan sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Oleh karena itu, Tim KKN Universitas Negeri Malang melakukan pemberdayaan melalui penyuluhan dan pelatihan hidroponik.

Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Nutrisi yang dibutuhkan pada tanaman hidroponik adalah AB MIX yang terdiri dari larutan A dan larutan B. Nutrisi digunakan sebagai pengganti pupuk pada tanaman bermedia tanah.

Jenis tanaman yang dapat dibudidayakan menggunakan hidroponik adalah sayuran, toga, dan buah-buahan yang ukurannya tidak besar atau tidak berupa pepohonan, sehingga hidroponik kit dapat menyangganya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah waktu yang diperlukan untuk panen hanya sebentar atau dalam hitungan bulan.

Contoh tanaman yang dapat ditanam menggunakan hidroponik adalah (1) sayuran yang berbuah seperti tomat, cabai, mentimun, dan terong, (2) sayuran dedaunan, seperti seledri dan daun bawang, (3) sayuran bung, seperti brokoli, dan kembang kol, (4) jenis umbi-umbian, yaitu wortel, kentang, dan bawang, (5) buah-buahan yang berbatang kecil, seperti anggur, semangka, dan strawberry, (6) toga, seperti kumis kucing, daun dewa, daun mint, dan ketumbar, atau (7) jenis tanaman bunga, seperti anggrek, bunga krisan, dan bunga mawar. Adapun teknik hidroponik dibagi menjadi tiga, yaitu (1) teknik larutan statis, (2) teknik larutan air, dan (3) teknik agrerat media.

Pada teknik larutan statis digunakan media tertentu dengan bagian dasar terdapat larutan yang mengandung hara makro dan mikro, sehingga ujung akar tanaman akan menyentuh larutan yang mengandung nutrisi. Sedangkan pada teknik larutan air, digunakan media yang dialiri air secara terus menerus oleh larutan nutrisi dari tandon besar melewati akar tanaman. Dan pada teknik agregat media, digunakan media berupa kerikil, pasir, arang sekam, batubara, atau media lain yang disterilkan. Pemberian nutrisi dilakukan dengan cara mengairi media tersebut melalui pipa dari tandon.

Secara prinsip, hidroponik dibedakan berdasarkan cara pengaturan aliran air agar tanaman dapat menyerap nutrisi secara maksimal. Sehingga terdapat dua sistem pada hidroponik, yaitu sistem statis (sistem air diam) dan sistem dinamis (sistem air mengalir). Selanjutnya, pada referensi hidroponik terdapat beberapa istilah yang dibuat sendiri oleh pembuat hidroponik, seperti sistem wick, yaitu sistem paling sederhana dan merupakan sistem statis, karena tidak ada bagian-bagian yang bergerak, sehingga nutrisi mengalir pada media tanam dari dalam wadah menggunakan sejenis sumbu. Adapun media yang digunakan adalah aqua bekas, dengan media tanam rockwool. Sumbu yang digunakan pada "Penyuluhan dan Pelatihan Hidroponik" oleh Tim KKN Universitas Negeri Malang adalah kain flanel. 

sumber: www.google.com
sumber: www.google.com
Sistem lain yang dikenalkan oleh Tim KKN Universitas Negeri Malang pada Kader Desa Asrikaton adalah sistem dinamis, yaitu DFT (Deep Flow Technique) yang dikembangkan dari sistem NFT (Nutrient Film Technique). Pada sistem DFT dan NFT, air nutrisi pada tampungan air dipompa untuk mengaliri seluruh tanaman, proses ini terjadi secara siklus. Perbedaan sistem DFT dan NFT terdapat pada perbedaan ukuran pipa penghubung. Pada sistem DFT, pipa penghubung yang digunakan memiliki ukuran yang berbeda dengan pipa utama, sedangkan pada sistem NFT, pipa penghubung yang digunakan berukuran sama dengan pipa utama, sehingga jika listrik mati, maka nutrisi akan tertampung pada pipa utama bagian bawah, akibatnya tanaman pada pipa utama bagian atas akan mati, disebabkan oleh tidak adanya nutrisi yang diterima oleh tanaman tersebut. Sedangkan pada sistem DFT, jika listrik mati, maka pipa utama pada setiap barisnya akan memiliki simpanan nutrisi.

sumber : www.google.com
sumber : www.google.com
sumber : www.google.com
sumber : www.google.com
Adapun alat dan bahan utama yang digunakan oleh Tim KKN Universitas Negeri Malang pada "Penyuluhan dan Pelatihan Hidroponik" untuk membuat hidroponik menggunakan sistem DFT adalah sebagai berikut,

1. Pipa paralon ukuran 2 dan 1,5 dengan panjang 2m dan tinggi 2m

2. Pompa aquarium dengan tinggi 3m (lebih tinggi dari pipa paralon, agar air dapat mengaliri pipa)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun