Mohon tunggu...
Anwar
Anwar Mohon Tunggu... Security - Seorang yang tidak akan pernah menyerah untuk terus menulis

Walau tak pandai menulis namun ingin tetap mencoba berkarya. http://www.catinfoku.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perpaduan Seni dan Alam

11 Agustus 2017   23:35 Diperbarui: 12 Agustus 2017   00:13 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Ini gambar kawanmu, datang dari......." Dulu kata-kata pak Tino Sidin ini menjadi ciri khas dalam tayangan acara menggambar distasiun televisi pada jam empat sore. Dan samapi sekarang, kata-kata itu masih terngiang di telinga saya. 

Ketika saya masih duduk dibangku Sekolah Dasar, saya memang suka menonton acara menggambar yang diasuh oleh pak Tino Sidin ini. Saya sangat suka dengan gambar dan khususnya gambar pemandangan, baik itu gambar gunung yang dominan dengan warna hijau ataupun gambar laut yang dominan dengan nuansa birunya. Sungguh, hati saya merasa sangat sejuk bila memandangnya.

Kegemaran saya dengan gambar ini, menimbulkan keinginan dalam hati saya untuk membuat sendiri gambar yang saya inginkan. Apalagi sewaktu orang tua saya membelikan pensil warna beserta buku gambarnya. Keinginan saya untuk menggambar itu saya wujudkan ketika dikelas ada pelajaran menggambar. Dan hasilnya bisa ditebak...... amburadul. Meski demikian, saya tidak pernah merasa bosan. Saya terus belajar menggambar dan gambar yang saya buat, kalau tidak laut, ya gunung, kalau bukan gunung...ya laut. 

Saat itu, pensil warna yang saya gunakan sangat keras dan hasil goresan pada kertasnya pun sangat tipis, sehingga tidak maksimal. Tapi dulu sih saya enjoy aja, yang penting menggambar ada warnanya, tidak terpikir hasilnya bagaimana. 

Suatu ketika, saya melihat gambar dengan objek pesawahan dan ditengahnya mengalir sebuah sungai yang membelah daerah pesawahan tersebut dengan latar belakang gunung yang sangat elok. Saya sangat tertarik dengan gambar tersebut dan saya sempat menyimpan potongan gambar tersebut selama bertahun-tahun. Saya mencoba meniru gambar tersebut berulang-ulang karena saya ingin gambar yang buat itu hasilnya semirip mungkin dengan aslinya. Tapi hasilnya tetap tidak memuaskan saya. Hingga suatu ketika, saya melihat anak tetanga saya yang sedang menggambar. Saya memperhatikannya secara cermat. Ia begitu asyiknya meggores-gores pensil warna yang ia gunakan. Lalu saya dekati dia, dan ternyata ia sedang menggambar sebuah gunung. Saya terus memperhatikannya dan saya teringat gambar yang pernah saya simpan dulu. Saya mencoba menjadi guru menggambar bagi anak tersebut walaupun sampai sekarang, saya tidak pandai menggambar.

Saya mencoba menggambar pemandangan dengan objek laut dan berlatar belakang gunung. Karena nuansa biru sangat dominan, saya coba mengubah tema dengan suasana sunrise. Saya padukan warna biru itu dengan sinar matahari pagi yang baru terbit sebagian dan sinarnya mengarah ke laut. Awan putih saya padukan dengan warna jingga. Saya begitu ayik dengan gambar yang saya buat. Anak itu terus memperhatikan gambar yang sedang saya buat hingga ia lupa dengan aktivitasnya. Gambar selesai saya buat dan saya berikan kepada anak itu. Ia mengagumi gambar buatan saya itu. Saya sendiri kaget dengan karya yang saya buat sendiri. Mungkin itu gambar terbaik yang pernah saya buat meski pengagumnya hanya seorang anak kelas tiga SD.

Tanpa sadar, saya melihat-lihat pensil warna yang saya pakai untuk menggambar tadi. Dan dalam hati, saya berkata ; "pensil ini enak dipakainya, lembut saat digorekan pada kertas dan warnanya bisa diatur, tebal atau tipis sesuai keinginan." dan tanpa sadar pula hati saya membaca tulisan pada kemasan pensil yang saat itu isinya berserakan ; "Faber-Castell". Sampai sekarang anak saya memakai pensil warna itu dengan Faber-Castell....

              ---oo0oo---

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun