Salam Sepakbola Nasional,
Mungkin tidak banyak yang mengenai Negara bernama San Marino, kalaupun mengenal mungkin dari berita sepakbola yang melibatkan Timnas San Marino dikancah kualifikasi Piala Eropa atau Piala Dunia. Karena Tim ini termasuk tim gurem yang akrab dengan berbagai macam kekalahan telak.
San Marino. Negeri kecil diselatan Eropa dan berdekatan dengan Negara Italia yang memiliki motto “libertas/ freedom” dan berpenduduk 32,404 jiwa (2012) dengan luas 61.2 km2. Memang secara sejarah negara yang resmi melakukan debut pertandingan internasional di Eropa 14 Nopember 1990 dengan kekalahan 0-4 dari Swiss, tidak memiliki catatan prestasi yang mengesankan dalam pertandingan kualifikasi Piala Eropa ataupun kualifikasi Piala Dunia.
San Marino pun mempunyai rekor kekalahan terbesar 0-13 dari Jerman (6 September 2006) dan hanya mampu menang sekali saat mengalahkan Liechestein 1-0 saat partai ujicoba internasional (25 April 2004) sehingga wajar kalau Timnas San Marino selalu menjadi lumbung gol bagi lawan-lawannya.
Tetapi pada artikel ini, saya hanya ingin mengulas sisi lain dari Tim Sepakbola San Marino, karena ternyata dibalik prestasinya yang belum dikatakan bagus dalam setiap pertandingan yang mereka jalani mereka juga hanya terdiri para pemain yang sebagian hari-harinya diisi dengan berbagai profesi dan saat ada agenda pertandingan internasional para pemain yang multi profesi tersebut baru memulai latihan, itupun dengan waktu yang jauh dari maksimal. Tapi inilah sisi unik dan humanisnya Tim Sepakbola San Marino yang coba saya share ke rekan Kompasiana kanal bola.
Ada 3 orang pemain professional yang memperkuat Timnas San Marino saat ini, yang lainnya bukanlah pesepakbola professional yang menggantungkan hidupnya sebagai pemain bola. Tetapi memiliki profesi yang berbeda –beda seperti Mahasiswa. Juru tulis, Intyruktur Fitness.
Mereka “they play for gas money” dan latihan hanya 3 hari seminggu dimulai jam 9 malam, setelah mereka menyelesaikan pekerjaan mereka masing-masing. Sedangkan Pelatih San Marino sendiri, Giampolo Mazza merupakan guru olahraga yang tidak menerima bayaran untuk tugasnya melatih Timnas San Marino.
Ada beberapa cerita unik yang coba penulis tampilkan yang diperoleh dari berbagai sumber/literature:
6 September 2012, jelang persiapan San Marino melawan Swedia, tim berperingkat 18 dunia dan diperkuat salah satu penyerang termahal dunia yang bermain di PSG , Zlatan Ibrahimovic. San Marino menghadapi masalah dengan cidera yang dialami oleh Kiper utama mereka, Aldo Simoncini yang bermain di klub Seri B Italia, Cesena. Sehingga memaksa coach Mazza untuk memanggil kiper cadangannya Federico Valentini.
“Ini merupakan kesempatan untukmu,” ungkap Giorgio Leono Koordinator Teknik San Marino kepada Valentini.
Valentini pun menerima undangan dari Federasi sepakbola San Marino tersebut melalui telepon saat sedang menyelesaikan pekerjaan sehari-harinya disebuah Bank.
Dengan persiapan yang minim, Valentini tetap dan mampu tampil baik untuk menahan serangan –serangan Timnas Swedia hingga menit 53. Tetapi akhirnya bek-bek San Marino tak mampu menghadang serangan Swedia yang memang secara teknis diatas mereka dan sisa 40 menit pertandingan Swedia mampu menggelontorkan 5 gol ke gwang Valentini untuk mengakhiri pertandingan dengan skor 5-0.
“Dia telah tampil memukau selama pertandingan,” ungkap kapten San Marino Andy Selva (pencetak gol terbanyak untuk San Marino , 8 gol)
“Kita mengatakan kepadanya bahwa pemanggilan kepadanya dilakukan setiap menjelang pertandingan dilakukan,” lanjut Andy Selva
Sebagai Pelatih Timnas San Marino, Giampolo Mazza mungkin tidak pernah menerima bayaran layaknya pelatih Timnas dinegeri manapun , tetapi dia tidak menghadapi tekanan hebat seperti pelatih Timnas lainnya. Walaupun San Marino mengganti “head of state” tiap enam bula, Mazza tetap menjadi Pelatih Timnas San Marino selama 14 tahun lebih.
“Jika saya kalah tiga atau empat kali, saya tetaplah Pelatih Timnas,” ungkap Mazza
“Jika Fabio Capello kalah dalam empat pertandingan untuk Timnas Inggris, mereka akan berusaha “membunuhnya”,” lanjut Mazza
Untuk meningkatkan level sepakbolanya, FSGC yang merupakan federasi sepakbola San Marino sedang membangun sebuah system pembinaan pemain muda serta pembenahan kompetisi serta mengirimkan pemain-pemain muda usia 13 sampai 18 tahun untuk meningkatkan kemapuan dan teknik sepakbola mereka dikompetisi Liga Italia (semua level kompetisi)
“Prinsip dasarnya, tujuan kami adalah menunjukkan kepada dunia bahwa kami memiliki gengsi/martabat,” ungkap Giorgio Crescentini, presiden FSGC
“ Saya pikir kami masih dalam trek yang benar,” ungkapnya
Berkaitan dengan naturalisasi pemain seperti yang berkembang sekarang termasuk di Negara ibu mereka , Italia.
“Kita tidak mungkin mengambil/menaturalisasi pemain Brazil karena itu tidak mungkin,” kata Crescentini
“Kita tidak ingin menyimpang dari aturan yang ada,” lanjut ketua FSGC itu.
San Marino memang memiliki aturan yang sulit dalam mengangkat masyarakat diluar San Marino “naturalisasi” karena itu membutuhkan waktu lebih dari 30 tahun untuk mengurusnya.
Daftar pemain & profesi mereka, untuk yang dicetak tebal merupakan pemain yang diturunkan oleh Pelatih Giampaolo Mazza saat tampil melawan Inggris di Stadion Olimpico Serravalle (nama, umur,klub, profesi)
Kiper
Mattia Manzaroli, 21, San Giovanni – Pekerja kantoran
Aldo Simoncini, 26, A.C. Libertas - Akuntan
Federico Valentini, 30, S.P. Tre Penne – Petugas Bank/Clerk
Bek
Simone Bacciocchi, 35, Sporting Novafeltria – Pekerja Rumah Sakit
Gianluca Bollini, 32, Sporting NovaValmarecchia - Wirausaha
Cristian Brolli, 20 - Mahasiswa
Alessandro Della Valle, 30, Scot Due Emme – Petugas Bank/Clerk
Marco Muraccini, 21 - Mahasiswa
Mirko Palazzi, 25 – Pemain professional di Rimini Calcio
Davide Simoncini, 26, Santa Giustina – Akuntan
Damiano Vannucci, 35, La Fiorita – Pemilik Gym
Fabio Vitaioli, 28, S.S. Murata – Wirausaha
Gelandang
Fabio Bollini, 29, S.S. Murata - Wirausaha
Lorenzo Buscarini, 21, Cailungo - Mahasiswa
Michele Cervellini, 24, Juvenes Dogana – Mahasiswa
Enrico Cibelli, 25 – Pekerja Bar
Matteo Coppini, 23, Atletico Montecchio – Pekerja perusahaan minyak
Alex Gasperoni, 28, S.P. Tre Penne - Wirausaha
Pier Filippo Mazza, 24, Sant'Ermete Calcio - Mahasiswa
Marco Rosti, 23, S.P. Tre Penne - Mahasiswa
Matteo Vitaioli, 22, San Marino Calcio – Pemilik Bar
Penyerang
Alessandro Bianchi, 23, Folgore/Falciano – Penjaga Toko
Manuel Marani, 28, U.S. Russi – Pekerja perusahaan minuman
Danilo Rinaldi, 26 – Pekerja perusahaan furniture
Akhirnya Timnas San Marino pun tidak mampu mengimbangi permainan Timnas Inggris, walaupun mereka bermain dikandang sendiri Stadion Olimpico Serravalle dan didukung 4,900 penonton tetap tidak membuat mereka terhindar dari kekalahan telak 0-8 (melalui gol Della Valle b.d , Chamberlain, Defoe (2 gol), Ashley Young, Lampard, Rooney, Sturridge ) dan hanya mampu menguasai 17% bola berbanding 83% milik Inggris. Sedangkan dipartai semalam (27/03) Timnas San Marino kembali bertekuk lutut 0-5 dari tuan rumah Polandia yang menjadi pemuncak klasemen diatas Inggris kualifikasi Piala Dunia 2014
Tetapi tetap tidak membuat para pemain Timnas San Marino, mereka akan tetap memberikan yang terbaik untuk Negara mereka walau mereka sendiri murni bukanlan pesepakbola professional yang waktunya habis untuk bermain diklub yang membayar mereka.
Mereka tetap akan datang setiap kali ada undangan untuk tampil membela negaranya, ada sebuah kebanggan tersendiri dapat memberikan kemampuan melawan Negara terbaik di Eropa walau mereka sendiri sudah tahu bahwa San Marino bukanlan Tim dengan prestasi yang bagus, bayangkan hanya menang 1 kali, seri 2 kali dan kalah 106 kali dengan hanya memasukkan 17 gol dan kemasukan 468 gol (atau kebobolan 4 gol/pertandingan)
Giamapaolo Mazza selaku Pelatih Timnas San Marino juga menunjukkan kesetiannya kepada negaranya dengan tetap melatih lebih hampir 14 tahun menukangi Timnas San Marino walau tanpa menerima bayaran sedikitpun dan belum mampu menorehkan prestasi yang maksimal untuk negaranya dipentas Eropa ataupun kualifikasi Piala Dunia.
Apa yang bisa kita petik dari Timnas San Marino yang memiliki pemain yang multi profesi, bahwa tiada keniscayaan untuk sebuah pengharapan walaupun tidak didukung dengan sumber daya yang cukup tapi tetap tidak membuat ciut nyali para pemain Timnas San Marino. Walaupun mereka pasti akan kalah setiap kali menghadapi Timnas yang memang levelnya diatas permainan mereka, tetapi mereka tetap akan datang ke stadion dan bermain untuk negaranya dengan hati bahagia dan tersenyum. (mungkin dalam hati mereka berkata, kapan lagi bisa berhadapan dan beradu skill dengan Ibrahimovic, Rooney, Sneijder, Gerrard, Klose, dan lain-lain)
Teruslah bermimpi Timnas San Marino, perlu ndak yach Timnas Indonesia latih tanding ke San Marino (di Jakarta atau di San Marino)?? walau poin yang diraih kecil kalau kita menang tetapi juga dapat mengukur kemampuan kita terhadap tim berperingkat 208 FIFA.
Salam Sepakbola Nasional,
Wefi
(sumber: dari berbagai sumber/literature)