[caption id="attachment_189394" align="aligncenter" width="300" caption="Ruthie, sahabat saya yang sedang membaca buku."][/caption]
Membaca buku dapat dilakukan di mana saja. Di rumah, di sekolah, di perpustakaan, bahkan di terminal.
Ya, di tengah sibuk dan padatnya Terminal Depok, ternyata terdapat sebuah rumah baca mungil. Rumah Baca Panter namanya.
[caption id="attachment_189398" align="aligncenter" width="300" caption="Di dalam Rumah Baca Panter. (1)"]
[caption id="attachment_189401" align="aligncenter" width="300" caption="Di dalam Rumah Baca Panter. (2)"]
Rumah Baca Panter didirikan oleh organisasi Paguyuban Masyarakat Terminal (Panter) sejak bulan November 2011 dan diresmikan tanggal 18 Februari 2012 lalu. Agus Kurnia, atau yang lebih dikenal dengan sapaan Abah Agus, Ketua Rumah Baca Panter, mengatakan bahwa rumah baca ini terbentuk karena keinginan organisasi Panter untuk mencerdaskan masyrakat terminal.
“Di rumah baca ini ditampung anak-anak usia didik, anak jalanan, pengamen, dan sebagainya dan alhamdulillah mereka mau. Jadilah salah satu program Panter ini berjalan hingga sekarang,” tuturnya.
[caption id="attachment_189403" align="aligncenter" width="300" caption="Abah Agus (kiri), Ketua Tumah baca Panter dan Hose (kanan), salah satu anak asuh Rumah Baca Panter."]
“Panter ingin membangun sebuah ruang publik yang santun, ramah, dan tidak ada premanisme. Santun ini harus didapat dari pendidikan, tetapi rata-rata warga terminal ini kan orang yang hidup di jalanan. Nah, melalui rumah baca inilah kita harapkan mereka mendapat pengetahuan baru dan selama ini belum ada kendala besar dalam menjalankan rurumah baca,” kata Andi Malewa, Koordinator Rumah Baca Panter.
Kegiatan utama di Rumah Baca Panter adalah kelas belajar. Kelas belajar ini dibuka setiap hari Senin hingga Jumat. Sejauh ini, Rumah Baca Panter membuka kelas Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Baca Tulis, Matematika, Agama, hingga kelas Perakitan Komputer. Pengajarnya adalah para sukarelawan yang kebanyakan adalah mahasiswa UI, Universitas Pancasila, IISIP, dan sebagainya.
“Peserta kelas belajar ini rata-rata anak-anak terminal yang seusia SD, tetapi kadang sopir-sopir angkutan umum juga ada yang ikut. Pokoknya terbuka untuk semua warga terminal,” terang Rahmat, Bendahara Rumah Baca Panter.
“Alhamdulillah warga terminal antusias dengan hadirnya kelas belajar ini. Kelas yang paling diminati itu Bahasa Inggris, Perakitan Komputer, dan Bahasa Jerman,” sambungnya.
[caption id="attachment_189640" align="aligncenter" width="300" caption="Anak-anak yang asyik membaca di Rumah Baca Panter."]