Mohon tunggu...
Monica Warih
Monica Warih Mohon Tunggu... Relawan - Personal

Hidup sederhana namun bermakna bagi sesama.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Review] Artikel "The Tragedy of the Commons"

15 September 2017   07:45 Diperbarui: 29 September 2017   08:10 2713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tragedi adalah suatu kejadian yang menyedihkan, tragis. Sedangkan commons adalah lahan milik bersama atau kepemilikan bersama, contohnya adalah padang penggembalaan (padang rumput yang tidak ada pemiliknya). Oleh karena itu, tragedy of the commons dapat diartikan sebagai masalah yang muncul ketika populasi bertambah secara terus menerus, lahan semakin sempit dan akhirnya menjadi rebutan. Tragedy of the commons terjadi ketika lahan milik bersama digunakan secara bebas dan tidak ada aturan penggunaannya, sehingga setiap orang hanya memikirkan kepentingannya sendiri.

 Artikel mengenai thetragedy of the commons ditulis oleh Garret Hardin (1968). Garret Hardin adalah seseorang yang anti bantuan international. Ia tidak setuju dengan bantuan berupa hutang. Ia juga merupakan seseorang yang mendukung adanya aborsi atau pengguguran kandungan dan bunuh diri. Menurutnya, aborsi dan bunuh diri dapat menghambat laju pertumbuhan penduduk sehingga lahan tidak semakin diperebutkan.

Pokok perhatian Hardin yaitu "Kebebasan berkembangbiak tidak bisa diterima". Menurutnya, perkembangbiakan harus dibatasi. Semakin banyak jumlah orang dalam suatu daerah maka semakin sedikit sumber daya yang tersedia bagi setiap orangnya. Jika ongkos untuk membiayai seorang anak rendah, maka banyak orang akan memiliki banyak anak. Jika biaya mahal, maka orang akan berpikir dua kali ketika ingin menambah anak. Asumsinya, anak adalah hal yang bagus bagi orang tuanya, tetapi bagi masyarakat hal tersebut bisa menjadi kebalikannya. Penambahan anak turut menambah jumlah penduduk sehingga jatah setiap masyarakat di daerah tersebut semakin sedikit.

Tragedy of the commons muncul karena adanya kerakusan. Potensi masalahnya adalah kecenderungan setiap orang untuk memaksimalkan keuntungan/profit. Hal ini digambarkan juga dengan pertambahan sapi-sapi di suatu padang rumput. Bagi pemilik sapi, pertambahan jumlah sapi bisa meningkatkan keuntungan karena pemilik sapi itu dapat menjual sapi-sapinya sehingga mendapatkan uang. Tetapi pertambahan sapi juga membuat padang rumput semakin penuh dan pemilik sapi saling berebut lahan untuk menggembalakan sapi mereka yang bertambah banyak. Selain penggembala sapi yang saling berebut, persediaan makanan bagi sapi-sapi di padang rumput itu juga semakin menipis.

Thomas Malthus (1766-1834), seorang ahli politik ekonomi dari Inggris, seperti ditulis dalam Hardin (1968) mengatakan bahwa jumlah penduduk bertumbuh secara eksponen (kelipatan). Sedangkan lahan pertanian tumbuh secara deret hitung. Hal ini memunculkan masalah kelaparan dan perebutan lahan karena pertumbuhan penduduk secara eksponen terjadi sangat cepat dibanding lahan pertanian yang tumbuh secara deret hitung.

Kelebihan jumlah penduduk dan kompetisi untuk mendapatkan pangan berpotensi menjadi masalah. Menurut Garret Hardin, beberapa masalah, termasuk masalah kependudukan tersebut tidak dapat diselesaikan dengan solusi teknis. Beberapa masalah juga tidak dapat diselesaikan dengan ilmu pengetahuan. Karena tidak ada solusi secara teknis, maka solusi yang diberikan berupa solusi politik. Solusi politik adalah solusi yang berasal dari pemerintah. Solusi ini berupa Undang-undang, kebijakan, dan sanksi. Contoh negara yang sudah menerapkan solusi politik untuk mengatasi masalah kependudukan adalah Tiongkok. Tiongkok pernah memberlakukan peraturan mengenai satu keluarga satu anak. Jika satu keluarga memiliki anak lebih dari 1 maka konsekuensi dan sanksi harus ditanggung oleh orang tuanya.

Pada era modern saat ini, permasalahan yang ada pada modern commonsyaitu penangkapan ikan secara besar-besaran menggunakan alat yang dapat merusak lingkungan, polusi yang terjadi pada air, udara, dan tanah, serta polusi suara, misalnya kebisingan. Selain itu, penggunaan taman nasional secara berlebihan juga dapat menimbulkan masalah, misalnya banyak eksploitasi seperti penebangan, pembukaan lahan, dan tambang di taman nasional. Masalah lain yang juga muncul saat ini adalah kelebihan jumlah penduduk yang membuat energi (bahan bakar, listrik), makanan, dan standar hidup menjadi turun.

Menurut Hardin, mengharapkan kesadaran individu dalam menyelesaikan permasalahan kepadatan penduduk tidak bisa diandalkan. Manusia lebih mementingkan keuntungan bagi dirinya dan dengan adanya banyak anak ia akan dapat melanjutkan keturunan serta lebih banyak menguasai lahan. Kepedulian pada penduduk lain pun semakin berkurang, bahkan manusia mulai saling berebut lahan.

The new commons atau bisa disebut lahan baru diperlukan ketika terjadi masalah kepadatan penduduk dan perebutan lahan. Namun, lahan baru itu tidak bisa digunakan seenaknya sendiri. Ada alternatif yang dibuat agar tidak terjadi perebutan lahan lagi. Bentuk alternatif itu misalnya pemaksaan yang dibuat secara bersama-sama. Harus ada pembatasan dengan paksaan karena kesadaran diri tidak bisa diandalkan. Pemaksaan secara bersama-sama dilakukan dengan mengubah commons menjadi private. Lahan milik umum dibuat kepemilikan yang jelas atau ada pembatasan yang disetujui bersama-sama antar pengguna lahan. Misalnya, setiap orang dibatasi memiliki 5 sapi saja sehingga tidak timbul kelebihan, pembatasan emisi kendaraan bermotor, pembatasan penangkapan ikan, dan pembatasan lain yang disetujui bersama termasuk sanksi yang diberikan jika ada orang yang melanggar batas tersebut.

Referensi:

Hardin, G. (1968). Tragedy of the Commons. Vol.162. www. sciencemag.org

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun