Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pilihan Hijrah Saya untuk Kebaikan yang Lebih Banyak

2 Juni 2017   13:50 Diperbarui: 13 September 2017   06:07 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya kini menabung di bank syariah (dok. pri).

Senin (29/5/2017) siang, pada hari ketiga puasa Ramadan 1438 H, saya datang ke sebuah bank syariah di Jalan C. Simanjuntak, Kota Yogyakarta. Mendapat antrean nomor 86 mengharuskan saya menunggu karena pelayanan baru sampai nomor 71. 

Awalnya saya berpikir jika datang mendekati jam 13.00 di hari puasa, maka bank akan lebih sepi. Ternyata saya salah. Untungnya saya tidak terlalu lama menunggu karena tiga dari empat counter teller yang ada terus melayani nasabah.

Saat nomor antrean 86 dipanggil, saya berjalan menuju teller nomor dua. Seorang wanita bernama Hanik menyambut dengan senyum ramah sambil mengucap “Assalamualaikum”. Setelah membalas salam, saya menyodorkan buku dan uang tabungan. Ini adalah kedua kalinya saya menabung di bank syariah sejak membuka rekening pada 26 Mei 2017. Iya, saya memang nasabah baru bank syariah.

Timbul Tenggelam

Menabung di bank mungkin hal yang biasa dan mudah. Tapi bagi saya yang sudah belasan tahun menabung di bank konvensional, memutuskan memilih bank syariah membutuhkan waktu dan pemikiran yang tidak sebentar.

Saya pertama kali tertarik pada bank syariah pada 2015, ketika dalam sebuah kesempatan seorang teman dari Magister Akuntansi (MAKSI) UGM menyinggung tentang perbank syariah. Ucapannya yang paling saya ingat adalah, “menabung di bank syariah nggak banyak potongan”. 

Pelayanan menabung di bank syariah yang profesional seperti bank konvensional (dok. pri).
Pelayanan menabung di bank syariah yang profesional seperti bank konvensional (dok. pri).
Percakapan ringan itu membuat saya mulai berpikir untuk menabung di bank syariah. Tapi ada sejumlah pertanyaan yang muncul bersamaan. Apakah bank syariah terpercaya? Apa bedanya dengan bank konvensional? Apakah pelayanannya setara dan mudah seperti bank konvensional? Lalu bank syariah mana yang layak dipilih?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut menimbulkan keraguan yang perlahan membuat saya mengurungkan niat untuk berbank syariah. Padahal, sebenarnya tidak sulit bagi saya mencari tahu tentang bank syariah karena kakak saya telah lama menjadi nasabah bank syariah. Adik saya juga bekerja di sebuah bank syariah. Bukankah hal itu adalah “kebetulan” yang sangat ideal?

Tapi nyatanya saya tidak langsung mantap untuk berbank syariah. Selain masih ragu, faktor utamanya adalah karena saya “terlanjur nyaman” menabung di bank konvensional. Selama 12 tahun terakhir memiliki rekening di bank konvensional saya merasa “baik-baik saja”. Oleh karena itu, meski keinginan berbank syariah beberapa kali muncul, pada akhirnya hasrat itu kembali tenggelam.

Hijrah

Kompasiana Nangkring bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Perbankan Syariah pada 25 Maret 2017 di Yogyakarta memantik kembali minat saya kepada bank syariah. Pemaparan Aprilia Palupi (Kepala Pengembangan Produk dan Edukasi, Departemen Perbankan Syariah OJK) serta Sukma Priardi (Area Manager Bank Syariah Mandiri Yogyakarta) mulai mengatasi keraguan saya selama ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun