Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Yang Hilang dari Gojek Saat Ini

1 Juli 2019   08:23 Diperbarui: 1 Juli 2019   09:49 1926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Di sana sudah ada Gojek, nggak?"

Pertanyaan itu kini hampir selalu saya lontarkan kepada teman atau kerabat di luar kota saat saya mengabarkan akan berkunjung ke sana. Meski saya juga suka menumpang transportasi umum seperti bis kota atau angkot, tapi demi pertimbangan praktis Gojek sering jadi pilihan untuk menuju langsung alamat yang baru dikunjungi di luar kota.

Demi alasan praktis pula saya biasanya akan mencari tahu zona hijau dan zona merah ojek daring di suatu kota. Misalnya, di stasiun A saya harus berjalan ke arah mana dan berapa jauh untuk sampai di zona hijau? Di terminal B apakah Gojek bisa menjemput di sekitar jalur keluar bus AKAP? 

Kebiasaan semacam itu mungkin kini dirasakan juga oleh banyak orang, terutama konsumen ojek daring. Informasi apakah Gojek sudah "mengaspal" di suatu daerah menjadi informasi berharga yang harus dipastikan sebelum dan saat bepergian ke luar kota. 

Gojek sudah menjadi salah satu hal pertama yang terlintas di pikiran orang-orang saat bepergian ke kota-kota di Indonesia. Paling tidak mulai berkembang opini bahwa kemudahan akomodasi di suatu daerah tidak saja dinilai dari tersedianya hotel, stasiun, terminal, atau bandara, tapi ditambah ada tidaknya Gojek di daerah tersebut.

Meskipun demikian, seiring fenomena dan pergeseran baru yang timbul karena Gojek, ada pula beberapa hal yang menghilang dari Gojek itu sendiri. Paling tidak ada tiga hal yang sudah tidak lagi dijumpai atau jarang ditemukan saat menumpang Gojek saat ini.

Pertama, minta bintang. Saat pertama kali menumpang Gojek pada akhir 2015, sampai 2016 saya mendapati bahwa setiap pengemudi hampir pasti akan mengingatkan atau berpesan agar saya memberinya rating atau bintang. "Kasih bintang lima, ya mas" atau "Bintangnya jangan lupa, ya mas". Ucapan demikian seolah merupakan protokol antara pengemudi dan konsumen Gojek pada saat itu.

Seiring waktu himbauan lisan tersebut tidak lagi terucap. Kini tidak pernah lagi saya menjumpai pengemudi Gojek yang mengingatkan saya agar memberinya bintang setelah menggunakan jasa dan layanannya. 

Kemungkinan besar karena pemberian bintang atau rating sudah menjadi pengetahuan umum yang tak perlu disosialisasikan lagi. Baik pengemudi maupun konsumen pengguna jasa Gojek sudah saling paham. 

Pengemudi menganggap bahwa konsumen tanpa diminta sudah mengerti tentang "keharusan" memberi bintang. Di aplikasi Gojek pun muncul pemberitahuan bagi konsumen untuk memberikan bintang setiap kali usai menggunakan jasa Gojek. Sementara di sisi konsumen sudah terbentuk semacam kesadaran atau perilaku spontan untuk memberi bintang sebagai respon kepuasaan atau ketidakpuasan atas layanan yang diterimanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun