Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jokowi adalah Media Darling? Ini Rahasianya!

18 Juli 2013   17:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:21 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1374145676291039491

Awak media juga punya selera. Sekali seorang figur memenuhi kriteria yang cocok dengan selera para awak media, maka besar kemungkinan figur itu bisa menjadi media darling. Sebutan media darling, adalah sebutan kepada seseorang yang menjadi favorit dan populer di kalangan media, sehingga sangat gencar terus-menerus menjadi objek pemberitaan. Namun popularitas Jokowi ini, tak jarang menimbulkan komentar sumbang. Misalnya Gus Ipul, Wagub Jawa Timur, yang menyatakan bahwa Jokowi hanya luar biasa di pemberitaan pers, namun kinerjanya belum teruji.

Saat hasil survei menunjukkan bahwa Jokowi digandrungi kaum hawa, Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan Bambang Wuryanto menilai, wajar jika Jokowi disukai kaum perempuan.  "Jokowi ‘kan media darling, wajar saja," (Kompas, 18/7/2013).

Jokowi (foto: thejakartapost)

Walaupun ada yang berkomentar sumbang, namun faktanya, sejak awal memang Jokowi telah merebut hati kalangan pers. Jokowi berhasil mematahkan pendapat bahwa seorang figur yang popular di kalangan media adalah tokoh flamboyan, menarik secara fisik, wangi, modis, dan semua yang secara kasat mata terlihal ideal. Secara fisik, Jokowi memang tidak memenuhi kriteria ideal, namun jika Jokowi menjadi media darling, rahasianya adalah:

  • ·Kultur feodal menyebabkan selama ini pejabat menempatkan diri sebagai “manusia tak biasa (yang mesti dilayani)”, beda dengan rakyat yang “manusia biasa (yang mesti melayani)”. Sedangkan pada Jokowi, hal ini berbeda. Jokowi tetap membawakan dirinya seperti rakyat biasa sama seperti para wartawan/pers yang juga merupakan representasi rakyat. Hanya saja yang satu adalah rakyat bekerja sebagai Gubernur, dan yang satu adalah rakyat yang bekerja sebagai wartawan. Sehingga antara Jokowi dan pers, terjadi sinergi yang setara. Menempatkan diri sama seperti rakyat lainnya, terlihat saat Jokowi refleks memindahkan gong yang akan dipukul oleh SBY di sebuah acara. Maksudnya agar memudahkan SBY memukul gong itu. Padahal biasanya pejabat umumnya membiarkan ajudan yang melakukan hal-hal kecil seperti itu.
  • ·Bersikap biasa dan apa adanya, adalah ciri khas Jokowi. Karena itu pada saat berkomunikasi dengan pers, ia tidak perlu mengatur citra dirinya secara kaku. Pejabat yang bersikap membaur seperti ini, sangat disukai oleh kalangan pers, mengingat semua wartawan mempunyai insting ingin menulis sesuatu yang unik dan menarik. Dan hal ini selalu saja mampu mereka peroleh dari Jokowi
  • ·Tidak dibuat-buat, sikap tanpa pretensi, dan budaya Jawa, yaitu “eling” (tahu diri) yang melekat pada pribadi Jokowi, membuatnya mampu berkomunikasi secara merakya
  • ·Bahasa tubuh dan kepribadian Jokowi, merefleksikan, “Saya hanyalah abdi rakyat!”

Copyright@Penulis: Walentina Waluyanti

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun