Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Dua Sisi Mata Uang Tradisi Meugang

28 Desember 2018   07:20 Diperbarui: 28 Desember 2018   07:31 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Mate Aneuk Meupat Jeurat, Gadoeh Adat Pat Ta Mita ?"

-Pepatah Aceh-

Meugang atau ma'meugang (bahasa Aceh) merupakan salah satu tradisi yang tidak asing untuk kita dengar. Meugang yaitu sebuah tradisi makan daging untuk menyambut bulan suci Ramadhan, lebaran Idul fitri dan lebaran Idul Adha. 

Meugang adalah tradisi turun temurun yang selalu dirayakan oleh masyarakat Aceh dan sudah ada sejak masa kerajaan Sultan Aceh. Seperti yang kita ketahui perayaan meugang menjadi momen penting bagi keluarga.

Khususnya orang tua untuk berkumpul dengan keluarga. Biasanya pada hari meugang tersebut, anak dan sanak saudara yang merantau atau telah berkeluarga dan tinggal ditempat yang jauh, mereka akan pulang dan berkumpul pada hari meugang tersebut. Secara psikologi, dikenal dengan komunikasi interpersonal, dimana anggota keluarga akan berkumpul dan saling berbagi cerita.

Meugang juga membangun hubungan dan terjalin interaksi antara sesama masyarakat sekitar, meningkatkan rasa peduli antara orang yang mampu dengan fakir miskin dan anak yatim, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi karena terjadi transaksi jual beli dalam jumlah yang besar dan menjadi ajang wisata rakyat. 

Dilihat dari sudut pandang ilmu psikologi hal ini dikenal dengan perilaku prososial, yang mana mencakup tindakan-tindakan seperti sharing (membagi), cooperative (kerjasama), donating (menyumbang), helping (menolong), honesty (kejujuran), dan generosity (kedermawanan). Terakhir yaitu mempunyai nilai relegius karena dilakukan pada waktu-waktu yang dianggap suci bagi umat islam di Aceh. 

Hal ini menggambarkan religius yang dimiliki oleh masyarakat serambi mekkah. Didalam ilmu psikologi religi berasal dari bahasa latin religio yang akar katanya adalah religare yang berarti mengikat, maksudnya religi atau agama pada umumnya terdapat aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan yang semua itu berfungsi untuk mengikat dan mengutuhkan diri seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan, sesame manusia dan alam sekitarnya.

Jelas moment ini adalah moment kebahagiaan, akan tetapi dibalik moment tersebut ada hal lain yang tidak kita ketahui. Dilihat dari ciri khas pada perayaan meugang itu sendiri adalah masak daging atau dalam bahasa Aceh sering disebut "tagun si", tidak semua orang mampu membeli daging apalagi dengan status ekonomi kebawah. 

Pada hari momentum megang ini, orang tua terkhususnya sang Ayah akan berusaha sebisa mungkin untuk dapat membeli daging bahkan walau terkadang perlu mengutang hal ini dapat menjadi beban psikologis pada ayah sebagai kepala keluarga. Begitulah kiranya kesitimewaan meugang pada masyarakat Aceh, bahkan ada yang sebagian akan membeli daging ayam sebagai pengganti daging lembu/ kerbau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun