Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Firasat yang Tak Kumengerti

19 September 2017   18:51 Diperbarui: 20 September 2017   04:11 3269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: rebloggy.com

Aku tak mengerti. Mengapa Indri berpikiran pendek. Tak biasanya ia berbuat seperti itu. Banyak cara yang dilakukan orang untuk mengambil keputusan, tetapi tidak sepertinya. Oke, aku mengerti, ia memang ahli strategi, pandai. Tetapi bukan berarti mengabaikan yang lainnya, bukan? Aku bukan tak menyukainya, tetapi aku mempunyai firasat buruk.

Sebenarnya aku tak percaya pada firasat buruk. Tetapi perasaan tidak enak ini selalu mengikutiku, seolah mengatakan bahwa akan terjadi sesuatu padanya. Apakah aku harus mengatakan padanya? Sedangkan aku tak tega untuk mengatakannya? 

***

Keesokan harinya. Seharusnya hari ini kami tidak boleh melakukan kesalahan. Tetapi kenyataannya, pagi-pagi telah terjadi keributan. Proposal tender untuk proyek yang seharusnya selesai hari ini, masih belum bisa dicetak. Masih ada beberapa hal yang kurang. Tentu saja seluruh tim langsung menjadi bete. Semalam suntuk lembur untuk menyelesaikan proposal, tetapi sia-sia. Indri, ya, semua karena Indri. Andai saja keputusan yang ia ambil tepat, pasti tidak akan seperti ini. Indri adalah ketua tim.

"Tahu nggak sih, kalau tugas ini penting banget," kataku. Tetapi yang lain tak bisa berbuat banyak, selain mempercepat tugas yang tertinggal, hanya sedikit lagi.

"Gwen, tetapi aku nggak ngerti, deh. Tiba-tiba aku merasa tak mampu berpikir dan merasakan ngantuk yang luar biasa, tak seperti biasanya." seru Indri sedikit menyesal. Ia juga tak habis pikir, mengapa ia mengalami hal yang sebelumnya tak pernah.

"Mungkin kamu terlalu capek, In. Ada baiknya, kamu berbaring sebentar." saran Odi, anggota tim lainnya. 

"Mana bisa, Di. Tiga jam lagi kita harus berjuang. Aku bakalan tak bisa tidur seperti saranmu. Lebih baik kita mempercepat kerja kita, agar pekerjaan cepat selesai. Semangat!" 

Uufff.... akhirnya selesai juga. Seluruh tim mempersiapkan diri, untuk maju pada acara tender hari ini. Aku menengok ke arah Indri. Hei, mengapa mukanya tampak pucat?

"Kamu sakit, In?"

"Entahlah, Gwen. Badanku lemas tiba-tiba. Aku nggak tahu, apakah nanti kuat memimpin presentasi atau tidak. Tetapi aku berharap, kamu bisa menggantikan, jika terjadi sesuatu padaku,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun