Mohon tunggu...
Wahyu Awaludin
Wahyu Awaludin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

PPSDMS Angkt.V | co-admin @anakuidotcom | Ketua BEM FIB UI 2011 | Tim Ahli BEM FIB UI 2012 | Freelance Writer | Social Media Player | Pembelajar | A Dreamer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Your True Strength

31 Januari 2012   17:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:13 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh Wahyu Awaludin

***

Terbetiklah kabar yang menggegerkan langit dan bumi. Kabar itu berasal dari dunia binatang.  Menurut cerita, para binatang besar ingin membuat sekolah untuk para binatang kecil. Mereka, para bintang besar itu memutuskan untuk menciptakan sebuah sekolah memanjat, terbang, berlari, berenang, dan menggali.

Anehnya mereka tidak menemukan kata sepakat tentang subjek mana yang paling penting. Mereka akhirnya memutuskan agar semua murid mengikuti kurikulum yang sama. Jadi setiap murid harus ikut mata pelajaran memanjat, terbang, berlari, berenang, dan menggali.

Sang rusa yang ahli berlari, hampir tenggelam saat mengikuti mata pelajaran berenang. Pengalaman mengikuti mata pelajaran berenang sangat membuat batinnya terguncang, dia merasa seperti tidak punya potensi lagi. Lama-kelamaan, karena sibuk mengurusi pelajaran berenang, dan harus mengikuti les tambahan berenang, si rusa pun tidak lagi dapat berlari secepat sebelumnya. Karena dia sudah mulai jarang melatih keahlian alaminya itu.

Kemudian ada kejadian lain yang cukup memusingkan pengelola sekolah binatang tersebut. Karakter burung elang yang sangat pandai terbang, ketika mengikuti mata pelajaran menggali, tidak mampu menjalani tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Dan akhirnya, ia juga harus mengikuti les tambahan menggali. Les itu banyak menyita waktunya, sehingga ia melupakan cara terbang yang sebelumnya sangat dikuasainya.

Demikianlah kesulitan demi kesulitan melanda juga binatang-binatang lain, seperti bebek, burung pipit, ular dll. Para binatang kecil itu tidak mempunyai kesempatan lagi untuk berprestasi dalam bidang keahliannnya masing-masing. Ini lantaran mereka dipaksa melakukan hal-hal yang tidak menghargai sifat-sifat asli mereka.

Sumber: http://orangtuabijak.wordpress.com/2008/10/13/sekolah-binatang/


Suatu malam, saat saya merenung, saya menemukan suatu hal yang menarik. Bagaimana ya seandainya Muhammad Iman Usman, pendiri IFL (Indonesian Future Leaders), disuruh menjadi ketua BEM UI? Atau bagaimana ceritanya ya jika Faldo Maldini, Ketua BEM UI 2012, diminta menjadi salah satu pendongeng di Belalang Kupu-kupu, komunitas mendongeng di FIB UI? Bisa saja, tapi saya yakin hasilnya tidak akan maksimal. Mengapa? Karena mereka melakukan apa yang bukan menjadi passionmereka.

Passion..”, tulis Rene Suhardono dalam bukunya #UltimateU, “adalah segala hal yang sangat, sangat, sangat diminati sehingga tidak pernah terpikir untuk tidak mengerjakannya.”[1]

Mari kita telisik. Tenyata mahasiswa-mahasiswa yang mencapai puncak adalah mereka yang bergerak berdasarkan passion mereka. Seorang Faldo bergerak dengan BEM UI-nya karena passion dia, Iman Usman bergerak dengan IFL-nya karena dia memiliki passion di sana.

Saya memiliki seorang teman, Ricky Setiawan namanya. Dia menciptakan bisnis karena dia memilikipassion di sana. Dan siapa yang berani mengatakan Ricky itu mahasiswa apatis dan tidak berkontribusi? Bukankah dengan mengangkat pegawai ia sudah mengurangi pengangguran?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun