Mohon tunggu...
vivian karamoy
vivian karamoy Mohon Tunggu... -

vamos

Selanjutnya

Tutup

Money

Jangan Sebelah Mata Melihat Seseorang

24 Juni 2013   13:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:30 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Masih ingat Muhammad A.S. Hikam? Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) Republik Indonesia masa jabatan 26 Oktober 1999 – 9 Agustus 2001 ini membuat pernyataan yang menghebohkan Ahad kemarin. Namun sayangnya pernyataannya terlalu tendensius. Dia mengibaratkan Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Hatta Rajasa (HR) seperti komputer jaman dulu. Dengan prosessor generasi pertama yang masih 4 bit, HR dipaksakan untuk mengerjakan tugas abad ke 21. Pastilah yang terjadi adalah sebuah kegagalan sistem alias system failure (kegagalan sistem). Begitulah perkataan Hikam yang menurut saya sangat mengkritik seorang HR yang saat ini tengah giat-giatnya mengabdi kepada negara menduduki jabatan menteri. Entah apa maksud pernyataan Hikam ini.

Awalnya Hikam mengomentari soal kenaikkan harga BBM yang baru saja diumumkan pemerintah. Sebenarnya sangat kecil dan ringan masalahnya. Hikam menyoroti pernyataan HR yang mengatakan adalah tugas negara dalam menaikkan harga BBM. Menurut Hikam, HR tidak mengerti dan membedakan apa itu negara dan penyelenggara negara. Menurut saya sebagai seorang penyelenggara negara memang kewajibannya untuk memberi kesejahteraan kepada rakyat. Itu hanya salah satu tugas saja yang diembannya. Kalau konteksnya adalah pemilihan kata yang kurang tepat rasanya itu masih penuh perdebatan. Intinya saya hanya ingin mengatakan bahwa Hikam sebenarnya agak kurang sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga BBM.

Hatta, sebagai seorang Menko kebetulan saja menjadi objek untuk ‘dihantam’ oleh Hikam. Saya tidak paham apa motif Hikam menyerang dan menyudutkan HR seperti itu. Perlu diingat Hikam bukanlah orang baru di perpolitikan tanah air. Dirinya pun pernah menduduki jabatan Menteri di era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Hatta adalah orang yang menggantikannya sebagai Menristek saat Hikam lengser seiring dengan lengsernya Gus Dur waktu itu.

Barangkali Hikam lupa atau tidak tahu dengan sepak terjang HR selama ini sebagai Menko?. Kalau mau diuraikan tentang loyalitas, dedikasi, dan pengabdian HR kepada negara dalam beberapa tahun terakhir sebelum menjadi Menko akan sangat panjang. Ingat, jarang ada anak bangsa yang menduduki jabatan empat menteri di empat kementerian berbeda pada masa kepemimpinan dua presiden berbeda. Di masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, Hatta Rajasa dipercaya menduduki jabatan Menteri Negara Riset dan Teknologi. Kemudian, pada masa pemerintahan Presiden SBY, Hatta Rajasa dipercaya sebagai Menteri Perhubungan (2004-2007), Menteri Sekretaris Negara (2007-2009), danMenteri Koordinator Perekonomian (2009-sekarang).

Ekonomi Maju

Berikutnya, saya akan katakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini mengalami peningkatan yang positif. Pertumbuhan ekonomi kita meningkat tajam dan mendapat sanjungan dari dunia internasional. Sudah berulang kali negara lain, lembaga ekonomi dunia, pengamat ekonomi internasional yang menyatakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia baik. Indonesia sekarang menurut mereka dianggap sebagai negara dengan dasar ekonomi bagus. Hal ini dibuktikan dengan mampunya Indonesia bertahan dari segala macam krisis ekonomi yang mendera dunia. Tahun 2008 lalu misalnya disaat dunia sedang krisis keuangan Indonesia tidak terlalu signifikan terkena imbasnya.

Ekonomi Indonesia mengalami kemajuan pesat pasca reformasi. Hal ini terlihat dari tingkat pendapatan per kapita, pengangguran dan kemiskinan. Kemajuan bangsa ini pasca reformasi khususnya di bidang ekonomi patut disyukuri. Indikator memperlihatkan dapat terlihat dari penurunan angka pengangguran yang saat ini mencapai 5,92% dari sebelumnya menyentuh level 10% di 2004. Perbaikan juga terjadi dalam hal kemiskinan dari 17% pada 2004 menjadi 11,6% di 2013.

Namun demikian kita pun tidak bisa menafikan bahwa angka kemiskinan masih cukup tinggi, tapi setidaknya ada penyusutan. Sedangkan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia sudah melambung mendekati US$ 4.000 per tahun dibanding 2014 sebesar US$ 1.100.

Proyek Masterplan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) sebagai upaya meletakkan pembangunan yang lebih merata di 6 koridor demi meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia dan konektivitas hingga kabupaten sedang dilangsungkan. Hal ini perlu mendapat dukungan dari seluruh stakeholder dan masyarakat Indonesia. Bila hal ini terwujud, pembangunan infrastruktur ke seluruh daerah atau kabupaten dapat menjaring investasi yang lebih nyata.

Lebih lanjut, ekonomi Indonesia yang tumbuh 6,23% pada tahun 2012, menurut Hatta merupakan bukti bahwa Indonesia mampu betahan dari gempuran krisis. Pertumbuhan ini berhasil mempertahankan angka pertumbuhan ekonomi selalu di atas 6 persen. Hatta sangat optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2013 bisa menembus angka 6,8%.

Catatan gemilang di bidang ekonomi itu dicerminkan melalui tiga hal. Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat di tengah awan kelabu krisis global yang melanda langit sebagian besar negara di Eropa dan Amerika Serikat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Rata-rata pertumbuhan ekonomi pada kurun waktu 2010-2014 sebesar 6,3-6,8 persen.

Target pertumbuhan ekonomi dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 adalah pertumbuhan ekonomi minimal mencapai 7 persen tahun 2014. Kebutuhan terhadap pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan akan mendorong Indonesia menjadi negara 10 besar ekonomi dunia pada 2025.

Kedua, produk domestik bruto (PDB) Indonesia tahun 2011 menembus US$840 miliar. Angka itu menunjukkan pendapatan per kapita telah mencapai US$3.000 per tahun. Diperkirakan, tahun 2025 produk domestik bruto Indonesia di kisaran US$4 triliun. Sehingga, masuk dalam negara dengan penduduk berpenghasilan tinggi dengan pendapatan per kapita US$14.250‘“US$15.500.

Ketiga, pertumbuhan menjanjikan kelas konsumen Indonesia. Tahun lalu, lembaga konsultan McKinsey Global Institute merilis laporan bertajuk The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia‘s Potential. Melalui laporan itu, McKinsey Global Institute memperkirakan, kelas konsumen Indonesia tumbuh menjadi 135 juta orang pada 2030 dari 45 juta orang tahun 2010. McKinsey Global Institute mengategorikan kelas konsumen sebagai penduduk dengan pendapatan per kapita lebih besar atau sama US$3600 per tahun.

McKinsey Global Institute memprediksi pertumbuhan kelas konsumen Indonesia yang sangat cepat akan mendorong akselerasi perekonomian Indonesia sehingga menempatkan Indonesia di posisi tujuh besar kekuatan ekonomi dunia tahun 2030. Menurut estimasi McKinsey Global Institute, dalam kurun waktu 15 tahun mendatang kelas konsumen global akan tumbuh menjadi 1,8 miliar orang. Sebagian besar berada di Asia sehingga turut meningkatkan permintaan terhadap sumber daya dan komoditas Indonesia di masa datang.

Semua peningkatan itu tidak lepas dari kiprah dan sentuhan midas seorang Hatta Rajasa sebagai Menteri Koordiantor yang mampu menjawab keraguan publik soal ekonomi Indonesia. Demikian, yang bisa saya jabarkan untuk paling tidak mengimbangi apa yang dikatakan oleh AS Hikam yang terlalu memojokkan Hatta terkait pernyataannya tentang kinerja Hatta. Jadi, AS Hikam perlu untuk bisa membaca, mendengar, dan melihat capaian-capaian kinerja Hatta di kabinet saat ini. Hikam harus melihat seseorang itu dengan kedua matanya jangan hanya menggunakan sebelah mata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun