Mohon tunggu...
Vivi Anhar
Vivi Anhar Mohon Tunggu... -

Work Hard, Play Hard

Selanjutnya

Tutup

Politik featured

Freeport Merugikan atau Tidak?

15 Desember 2015   19:47 Diperbarui: 24 Januari 2017   01:39 3228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: video.metrotvnews.com

Siapa atau apa sih sebenarnya PT. Freeport Indonesia ini, sehingga bisa jadi hot news di Indonesia saat ini? Mungkin harus kita bedah dulu sebenarnya dia itu apa.

PT. Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. PT Freeport Indonesia menambang, memproses, melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas dan perak. PT Freeport memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas, dan perak ke seluruh penjuru dunia. Berawal dari ekspedisi lembaga swasta asal Belanda Koninklijke Nederlandsche Aardrijkskundig Genootschap (KNAG) yang ingin menelusuri Papua Barat Daya yang konon menurut catatan Kapten Johan Carsztensz mengenai pegunungan salju yang berada di tanah Papua tersebut. Alih-alih menemukan gunung salju tersebut pada pertengahan tahun 1930, dua pemuda Belanda yakni Colijn dan Dozy, yang merupakan pegawai perusahaan minyak NNGPM yang bercita-cita juga menemukan gunung salju itu malah membuka jalan bagi pembukaan pertambangan pertama di Papua empat puluh tahun kemudian.

Singkat cerita pada awal periode pemerintahan Soeharto, pemerintah mengeluarkan Undang-undang Modal Asing (UU No. 1 tahun 1967). Barulah Langbourne Williams, pimpinan tertinggi Freeport pada saat itu, melihat adanya peluang besar untuk mengembangkan perusahaannya. Lalu perlahan PT Freeport dan pemerintah mulai membenahi Papua yang dimulai pada tahun 1970 dengan membangun rumah-rumah yang layak huni di jalan Kamuki. Kemudian dibangun juga perumahan penduduk di sekitar selatan Bandar Udara yang sekarang menjadi Kota Timika. Lalu presiden Soeharto menamai kota tersebut menjadi Tembagapura. Dari situlah perlahan ekonomi kota yang terpencil dari gemelap ibu kota itu mulai bangkit. Sehingga dibuatlah Bandar Udara yang sekarang menjadi kota Timika.

Sumber: tabloidjubi.com
Sumber: tabloidjubi.com
Lalu apa Freeport masih dibilang merugikan Negara? Lalu sekarang mulai membawa isu-isu nasionalis yang mengharuskan pemerintah tidak memperpanjang kontraknya dengan Freeport. Ini semua salah kaprah. Coba kita lihat lagi dari segala arah, mulai dari sejarah, pengaruh, hingga efek yang ditimbulkan dengan adanya kerjasama dengan PT Freeport ini. Sekali lagi ini murni bisnis. Faktanya Indonesia memang belum mampu mengelola kekayaan alamnya yang butuh modal amat sangat besar ini sendirian. Kita memang butuh sokongan. Sekarang coba kita lihat apa yang kini dialami oleh PT Freeport dengan adanya kasus “Papa Minta Saham”, sahamnya jatuh dari level 11 USD ke level 6 USD. Betapa hebatnya dampak yang Setya Novanto buat.

Sebenarnya Presiden Jokowi telah mengambil keputusan yang bijak dengan menunda perpanjang kotrak dua tahun lagi. Dan beliau juga meminta 5 syarat untuk diajukan demi perpanjangan kontrak yang isinya bagus untuk perkembangan Papua sendiri dan bagi perbaikan perekonomian Indonesia. Sekarang mata rakyat sedang meneriakkan masalah nasionalisme yang akan rusak kalau kontrak ini terus diperpanjang, tapi mereka tidak berpikir dua sisi apa yang akan terjadi jika kontrak ini dihentikan.

Kita lihat dampaknya, pertama Freeport akan rontok sedikit demi sedikit, kedua akan terjadi PHK secara besar-besaran meliputi pegawai dalam negeri terutama rakyat papua, ketiga isu separatisme akan muncul, dan seperti yang kita tahu tanah papua memang rentan dengan isu ini yang bisa berujung pada perpecahan, dan pada akhirnya pemerintah yang diminta bertanggung jawab memperbaiki ini semua, sedangkan mereka belum siap. Tingggal hitung mundur kehancuran Negara jika ini terjadi.

Sebenarnya Setya Novanto memang dari awal tidak berwenang dalam perpanjangan kasus ini yang harusnya memang ditangani oleh legislatif. Sekali lagi dia melangkahi kakinya ke jalan yang tidak seharusnya menjadi lahan dan tanggung jawabnya. Bukannya memperbaiki, malah terbukti mengobrak-abrik semuanya. Jadi sekarang bagaimana tanggapan rakyat Indonesia? Masihkah termakan Nasionalisme jika memang inilah yang sebenarnya terjadi. Kita memang perlahan harus melepas Freeport demi kemajuan Negara sendiri, tapi nanti jika memang pemerintah punya modal yang sangat besar dan kesiapan yang sangat matang. Memang PT Freeport Indonesia ini bisa di kelola Indonesia dan full untuk kepentingan Indonesia, tapi tidak sekarang. Sekarang kenapa Setya Novanto meminta saham? Karena dia memanfaatkan pengetahuan masyarakat kebanyakan yang tahu kalau Papua itu dijajah Freeport. 

Sumber: tabloidjubi.com
Sumber: tabloidjubi.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun