Mohon tunggu...
Visca
Visca Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan arsitektur Universitas Indonesia, yang walaupun sudah tak berprofesi arsitek, tetap selalu suka menikmati segala bentuk arsitektur. Pernah tinggal di Maroko, Belanda, Thailand, dan tentunya Indonesia.

Traveler. Baker. Crafter.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Seni yang Menyelamatkan Desa Pelangi

5 Juli 2019   10:10 Diperbarui: 5 Juli 2019   16:24 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum lama ini saya berkesempatan berkunjung ke kota Taichung di Taiwan. Sebagai kota terbesar kedua di Taiwan, Taichung memiliki banyak tempat-tempat menarik untuk dikunjungi. Di pusat kotanya, kita bisa berkunjung ke Chun Shui Tang Tea House, yang konon merupakan tempat lahirnya bubble tea.

Di hari-hari tertentu, kita bahkan bisa mengikuti workshop pembuatan bubble tea di tempat ini. Juga kita bisa menikmati es krim legendaris di Miyahara Ice Cream. Semuanya tinggal jalan kaki dari stasiun kereta Taichung. 

Selain unggul dalam hal kuliner, Taichung juga memiliki banyak tempat menarik, seperti Gaeomei Wetland, dimana kita bisa berjalan di atas lumpur, atau Cingjing Farm, yang keindahannya tak kalah dengan Selandia Baru. Juga ada satu tempat yang menurut saya, sangat menarik untuk dikunjungi, yaitu Rainbow Village (Desa Pelangi).

Rainbow Village adalah salah satu dari kompleks perumahan yang dibangun pemerintah Taiwan bagi tentara Kuomintang yang kembali ke Taiwan setelah kalah dalam perang melawan tentara komunis di daratan Cina pada sekitar tahun 1940-an. 

Perumahan yang dibangun dengan budget terbatas ini memiliki kualitas bangunan yang rendah, sehingga banyak di antaranya yang rusak. Karena rumah tersebut dimiliki pemerintah (para tentara itu tidak memiliki hak atas rumah tersebut), maka pemerintah mempunyai kekuasaan untuk merubuhkan dan menjualnya ke pengembang untuk dibangun apartemen atau bangunan lainnya.

Rainbow Village termasuk salah satu yang drencanakan untuk dirubuhkan. Pihak pengembang menawarkan kompensasi bagi penghuninya untuk pindah. Satu per satu mulai pindah. 

Hingga akhirnya tinggal satu orang yang bernama Huang, yang memilih untuk tetap tinggal di sana. Untuk mengisi waktu, ia mulai melukis dan mencat rumahya dengan cat warna-warni. Kemudian berlanjut ke dinding rumah-rumah yang lain termasuk gang-gang antar rumah.

sumber: dokpri
sumber: dokpri

Lukisannya mendapat perhatian dari mahasiswa seni di Universitas yang berlokasi tak jauh darinya, dan karena publikasi dari mereka, berita tentang Rainbow Village dan rencana perubuhannya langsung menarik perhatian penduduk Taichung dan bahkan Taiwan. Mereka mengajukan petisi untuk pembatalan perubuhannya. Akhirnya, pemerintah pun membatalkan niat untuk merubuhkan Rainbow Village.

Sekarang ini, Rainbow Village menjadi salah satu tujuan wisata utama di Taichung, bahkan Taiwan. Jutaan turis mancanegara berdatangan setiap tahunnya. Kompleks Rainbow Village tidak besar, hanya tersisa beberapa rumah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun