Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ahok Sedang Menuju RI1 pada 2019

18 Mei 2015   09:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:52 4396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14319148991473490926

[caption id="attachment_366349" align="aligncenter" width="599" caption="Basuki Tjahaya Purnama atau BTP, yang lebih sering dipanggil Ahok, Sang Gubernur DKI yang banyak dimusuhi penjahat negara. Sumber;gambaranehunik.com"][/caption]

Siapa yang tak kenal Ahok, Basuki Tjayaha Purnama, BTP? Sang Gubernur DKI Jakarta yang boleh disebut “Gubernur Preman”, karena gayanya yang urakan, arogan, sombong dan selalu “mencari musuh”, terlepas dari niat baiknya membenahi Jakarta, DKI Jakarta memang perlu tokoh yang tak kenal takut atau pemimpin yang benar, berani, tegas, dan jujur.

Sementara ini, semua lima sifat baik itu masih dimiliki oleh Ahok, makanya Ahok seperti tak kenal takut, karena memang Ahok benar, bukankah pepatah bilang” berani karena benar”, Orang benar memang tak akan kenal takut, karena dengan kebenaran yang dimilikinya adalah modal yang kuat untuk memberantas segala macam kebusukan yang ada. Ibarat sapu, Ahok adalah sapu yang bersih, sehingga mudah membersihkan halaman yang kotor. Kalau sapunya kotor, bagaimana mau membersihkan halaman?

Dalam hal ini tentu kekotoran yang ada di pemerintahan DK Jakarta, yang bukan rahasia umum lagi, contoh sederhana yang paling dirasakan oleh masyarakat kecil adalah ketika mengurus KTP, jelas-jelas tertulis di kantor-kantor kelurahan” semua biaya gratis atau dilarang memberikan apapun pada petugas”, namun riil-nya yang terjadi bisa dibayangkan sendiri. Sesuai prosedur akan lambat, namun bila pakai “jalur khusus” semuanya beres dalam waktu singkat.

Diakui atau tidak, kejadian semacam itu ada, entah sekarang, mungkin sudah tak ada lagi oknum-oknum yang berani “bermain api”, karena jika ketahuan atau dilaporkan ke Ahok, petugas tersebut akan dipecat langsung, walaupun itu pegawai negeri, yang di jaman Orba, seperti tak tersentuh. Kini bukan jamannya lagi berleha-leha “makan uang rakyat” atau sambil ongkang-ongkang kaki “memeras rakyat” kecil, yang memang sudah kecil pendapatannya, masih “diperas” dengan urusan-urusan yang sederhana di kantor-kantor pemerintahan, dan ini sedang dibenahi Ahok.

Lalu apa target Ahok selanjutnya? Sama dengan politikus lainnya, menjadi orang nomor satu di Indonesia alias menjadi presiden, dan itu secara terang-terangan dikatakan oleh Ahok pada acara Kick Andy beberapa waktu yang lalu. Makanya ketika ditanya oleh Andy, “Ahok mau dipanggil apa? Ahok, Basuki, Cahaya atau Purnama?“ Jawab Ahok, ”BTP saja,” dengan alasan ada JFK, Presiden AS yang terbunuh dan SBY, Presiden Indonesia ke-6, siapa tahu dengan tiga huruf tersebut, BTP pun menjadi presiden, ngarep kan boleh kan.” Itu penjelasan singkat Ahok.

Dengan demikian Ahok punya target, sebagaimana target para politikus lainnya, menjadi orang nomor satu di Indonesia, dan itu bagi Ahok bukan mustahil, mengapa? Loh Jokowi saja bisa, kenapa Ahok tidak? Itu pikiran sederhannya, “ Siapa yang nyangka kalau Jokowi akhirnya menjadi presiden? Siapa yang menyangka” wajah kampungan”  atau "wajah ngedeso" bisa menjadi presiden? Jangan lupa “wajah kampungan, wajah ngedeso” itu adalah ungkapan Jokowi sendiri, bukan kata orang, kata tersebut disampaikan beberapa saat sebelum pencapresan 2014, silakan dilihat lagi berita-berita tersebut yang masih tersimpan di internet.

Jadi kalau Ahok punya target selanjutnya menjadi Presiden RI ke-8 atau ke-9, bisa masuk akal, mungkin bagi Ahok itu hal biasa, dan memang cita-cita politikus mana pun, hal itu wajar. Mana ada sih politikus-politikus yang tidak ingin menjadi orang nomor satu, baik di partainya atau di pemerintahan? Semua muaranya menuju ke orang nomor satu, paling tidak tetap berada di pemerintahan dalam arti luas, baik di lembaga Eksekutif, Legislatif, maupun Yudikatif.

Jadi wajar saja Ahok mengincer kursi presiden, dan tentu saja ini akan berhasil bila Ahok berhasil membenahi Jakarta, sukur-sukur satu periode, 2012-2017, tapi kalau masih terasa belum cukup, ya periode berikutnya 2017-2022, dengan demikian Ahok baru akan maju pada Pilpres 2024. Tapi ini akan terasa lama, apa lagi kalau melihat Indonesia misalnya, semakin kusut, wah ada alasan untuk mempercepat langkah menuju presiden ke-8, artinya Ahok akan maju lebih awal, pada Pilpres 2019, bukan 2024.

Bila Ahok maju pada Pilpres 2019, ini akan menjadi menarik dalam perpolitikan Indonesia, bisa jadi Pasangan “ Jokowi –Ahok” akan berkibar kembali pada Pilpres 2019seperti pasangan calon Pilkada DKI 2012, mengapa? Karena kalau Jokowi tetap berpasangan dengan JK, bisa dimaklumi, langkah JK akan semakin lambat, ini bukan apa-apa, hanya karena faktor usia, karena bagaimanapun secemerlang apa pun gagasan dimiliki oleh JK, akan terbatas langkahnya oleh faktor usia tersebut, ini sudah hukum alam yang tidak bisa dipungkiri oleh siapa pun.

Jadi pasangan Jokowi-Ahok pada tahun 2019 bisa saja terjadi, kalau keduanya berhasil pada periode sebelumnya. Jadi Kalau Jokowi berhasil pada periode 2014-2019 pasti Jokowi akan maju lagi, mengapa? Ya itu tadi, Jokowi tetap politikus, belum negarawan, kalau negarawan pasti akan mundur bila sukses, karena kesuksesannya akan tercatat dalam sejarah, karena bagi negarawan yang dikejar bukan kekuasaan, tapi menyejahterakan rakyat, kalau Jokowi maju lagi menjadi RI1 pada 2019,  ya sama saja dengan politikus lainnya, ya sah-sah saja.

Begitu Juga dengan Ahok, kalau Ahok berhasil pada periode 2012-2017 sebagai gubernur, Ahok tentu akan maju lagi, dan itu sudah dikatakan jauh-jauh hari, Ahok akan mengikuti pilkda DKI Jakarta untuk periode 2017-2022. Jelaslah posisi Ahok sekarang, targetnya menuju presiden ke-8 atau ke-9 semakin nyata. Tentu saja saat pelaksanaan Pilpres 2019 Ahok harus dalam posisi Gubernur DKI, kalau tidak,  Ahok akan tenggelam, paling tidak tenggelam dalam pemberitaan. Tentu saja ini merugikan bagi Ahok, karena bisa dilupakan orang.

Dengan posisinya masih jadi gubernur DKI pada Pilpres 2019, itu posisi strategis, persis yang dialami oleh Jokowi pada Pilpres 2014, di mana saat pecempresan Jokowi sedang menjadi Gubernur DKI Jakarta. Dengan demikian Ahok pada posisi gubernur tersebut sudah selangkah lebih maju, dan dengan kekuatan yang dimiliki, seperti integritas dirinya, modal pengalamannya, modal finansial para pendukungnya, maka Ahok bisa maju ke Pilpres 2019, dan sekali lagi Ahok sudah punya tekad itu, dan tidak main-main, bila tak ada partai yang mendukung, Ahok pakai jalur independen, yang kemungkinan saat itu, 2019, sudah dibolehkan dengan UU Pemilu. Kita lihat saja nanti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun