Masih ingat tulisan saya di kompasiana tentang peran PSSI dalam hal kontrak pemain bola? Untuk mengingatnya saya tulis saja linknya http://olahraga.kompasiana.com/bola/2012/05/31/peran-pssi-dalam-hal-kontrak-pemain-bola/
Saya akan mengupas kasus Diego Michels dan Markus Horizon dengan Klub ISL berdasarkan tulisan terdahulu.Kontrak/Perjanjian Kerja antara pemain bola dengan pemilik Klub terjadi karena ada kesepakatan antara kedua belah pihak,dan di wujudkan dalam sebuah penandatangan surat yang didalamnya memuat semua kesepakatan yang sudah di setujui.Semua syarat dan alasan yang dikehendaki kedua belah pihak sudah di masukan dalam surat Kontrak/Perjanjian Kerja secara jelas dan dimengerti oleh kedua belah pihak.
Namun kejadian yang tidak dikehendaki terjadi sewaktu Diego Michels meninggalkan Klub nya Pelita Jaya tanpa takut akan konsekwensi dari perbuatannya terhadap isi Kontrak/Perjanjian Kerja yang sudah dibuat/disepakati,begitu juga dengan Markus Horizon juga meninggalkan Klub nya PSMS ISL, juga sama tidak takut dengan isi Kontrak/Perjanjian Kerja.Kenapa ini bisa terjadi karena ada celah yang menyebabkan ini semua terjadi baik dalam isi dan keabsahan Kontrak/Perjanjian Kerja di hadapan Hukum.Buktinya Diego Michels dan Markus Horizon sampai hari ini tidak ada pihak Klub ISL yang melanjutkanya ke ranah Hukum dan juga APPI tidak bisa berbuat banyak dalam hal ini.Atau berpedoman pada STATUTA PSSI thn 2009 ? tentang Arbitrase dimana perselisihan antara pemain dan klub tidak boleh di bawa ke Pengadilan Negeri.Juga kelihatan tidak bisa melibatkan PSSI dalam kasus tersebut.
Kelemahan secara Hukum dari Kontrak/Perjanjian Kerja pemain bola dengan Pemilik Klub ISL sama sama bisa digunakan oleh kedua belah pihak.Rencana Mogok serta  upaya hukum yang tegas sesuai dengan ketentuan dan hukum yang berlaku, yang akan di lakukan oleh APPI tidak akan membawa pengaruh apapun terhadap Tuntutan pembayaran Gaji,karena PSSI tidak pernah di libatkan, dan secara Hukum juga lemah untuk di lanjuti ke Pengadilan.Ini terlihat dari sesudah melihat dan berpedoman pada kasus Diego Michels dan Markus Horison.
Namun upaya yang masih terbuka adalah upaya Musyawarah dan Mufakat sesuai dengan budaya Timur dan juga merupakan implementasi dari isi Pancasila sebagai dasar Negara.Inilah yang terbaik dilakukan oleh pemain maupun APPI terhadap Pemain ISL yang punya masalah dengan Klubnya.
APPI harusnya adalah wadah tempat dimana semua urusan Pemain dan Klub baik diminta ataupun tidak bisa di komunikasikan ,dikompromikan dan di advokasi agar semua pihak tidak ada kesan di rugikan.Namun kelihatanya APPI tidak pernah akan sampai jadi wadah diatas karena Pengurus APPI sendiri mungkin juga tidak mengerti akan syarat sahnya sebuah Kontrak/Perjanjian Kerja Pemain Bola(Kata BEPE hanya diatas kertas bermaterai saja),apa yang akan dilakukan APPI juga tidak akan berdaya guna.Ini kelihatan dari pilihan pemain ikut dengan Klub ISL yang jelas jelas tidak berada dibawah control PSSI.Akibatnya bermuara pada ketidak jelasan semua hal dan berdampak pada penyelesain masalah yang timbul.Pada tidak jelas semua nya.
Terhadap Tibo juga sama sama kita lihat nanti kelanjutan kasusnya, sedangkan Okto dengan kesadaran sendiri sudah mengembalikan sisa uang Kontrak kepada Klubnya dan terjadi perdamaian kedua pihak.
Semoga APPI serta pemain sepakbola Indonesia bisa memetik pelajaran yang berharga ini dan bisa dijadikan dimulainya suasana baru dalam tubuh pesepakbolaan Indonesia khususnya pada pemain dalam mencapai status Professional.
Apa ini pertanda belum Full Professional nya atau masih Semi Professional Pemain sepakbola Indonesia dan APPI dalam bersikap dan dalam mengetahui/memahami dan menjalan hak dan kewajiban masing masing.
SALAM GARUDA Ku Bukan Burung Perkutut.
