Mohon tunggu...
Vidia Hamenda
Vidia Hamenda Mohon Tunggu... Ahli Gizi - pegawai

suka nulis dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Open Mind, Jangan Merasa Benar Sendiri

13 Maret 2016   21:00 Diperbarui: 13 Maret 2016   21:24 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="daniellestrickland.com"][/caption]Open mind adalah berpikir terbuka. Berpikir tanpa menggunakan kaca mata kuda. Berpikir tanpa melihat suatu permasalahan, dari satu sisi saja. Mencoba membandingkan pendapat pertama, pendapat kedua, kalau masih kurang yakin cari lagi pendapat ketiga. Hal ini penting dilakukan, agar keputusan yang kita ambil tepat, dan tidak merugikan semua orang. Open mind ini, juga bisa diartikan bahwa dalam berpikir, bertindak tidak disertai oleh ego pribadi. Tidak merasa pendapat kita yang paling benar. Karena tidak ada yang paling benar di muka bumi ini, kecuali Allah SWT.

Itulah sekelumit tentang open mind. Dalam kesempatan ini, saya ingin mengingatkan saja, sering-seringlah menjadi pendengar. Dengan menjadi pendengar, kita akan lebih terbuka dengan pendapat orang lain. Dengan menjadi pendengar, kita belajar untuk tidak egois. Dalam AS An Nuh 71 : 7 Allah berfirman, “Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka(kepada iman)agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukan anak jari mereka kedalam telinganya dan menutupi bajunya(kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri.” Sikap tidak mau mendengar selalu dilakukan umat Nabi Nuh ketika itu. Allah SWT akhirnya menghukum mereka dengan mendatangkan air bah.

Menjadi pendengar yang baik, juga dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Meski dicaci, dimusuhi, diomelin, dilempar batu, bahkan mau dibunuh, Nabi tetap mendengarkan ocehan kelompok yang membencinya. Jika Nabi memberikan contoh seperti itu, kenapa kita, manusia yang hidup di era yang serba modern ini tidak mau mendengar pendapat orang lain? Kenapa masih ada orang yang merasa pendapatnya benar sendiri. Bukankah kebenaran itu hanya milik Allah?

Di Jakarta, masih ada sekelompok orang yang merasa benar sendiri. Bahkan, berperilaku tidak baik pun, dianggap benar oleh mereka. Ironisnya, kelompok ini justru selalu menerikaan ayat-ayat Al Quran. Seringkali meneriakkan Allah Akbar. Saya sendiri jadi mikir. Teriak Allah Akbar kok mukul orang ya? Yang satunya teriak Allah Akbar, tapi meledakkan gedung dengan bom. Alasannya, perilaku kekerasan tersebut merupakan bagian dari jihad menuju jalan Allah. Disisi lain, ketika ada orang yang mencoba memberikan nasihat, yang ada justru mendapatkan kekerasan. Bahkan, orang diam saja, bisa diteriaki kafir karena orang tersebut berbeda keyakinan.

Mereka-mereka ini harusnya belajar mendengar. Belajar berpikir terbuka. Kenapa mereka tidak belajar dari Nabi Muhammad SAW? Nabi yang mengerti betul tentang ajaran Allah, tidak pernah melakukan jihad dengan cara kekerasan. Memerangi kelompok kafir yang terjadi ketika itu, tidak bisa disamakan dengan kondisi saat ini. Mari kita belajar agama dengan melihat konteksnya. Bagaimana mungkin orang berbeda keyakinan, masuk kategori kafir?

Yuk, saatnya kita belajar berpikir lebih terbuka. Dengan berpikiran terbuka, tidak hanya akan membuat kita lebih kreatif, tapi akan membuat kita lebih cerdas, lebih memilik jiwa sosial dan lebih terbuka pada pengalaman dan cara pandang yang baru. Hal ini penting, karena generasi muda harus maju. Kita harus mengupdate pemikiran kita dengan berbagai wawasan. Jangan terjebak pada penjara yang telah kita buat sendiri. Dengan akal dan pikiran yang diberikan Allah, membuat kita mampu mengambil sisi positifnya, dan membuang sisi negatifnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun