Mohon tunggu...
Vania Dianti Lestari
Vania Dianti Lestari Mohon Tunggu... -

Mahasiswi S1 Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Milet dan Masa Depan Konsumsi Protein Anak di Indonesia

18 Desember 2014   16:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:03 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Kekurangan Energi Protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena konsumsi energi dan protein dalam asupan sehari-hari yang tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Masalah KEP masih sering ditemui di Indonesia. Menurut Departemen Kesehatan (2006), angka prevalensi KEP pada tahun 2002 adalah sebesar 27,3% dan angka ini meningkat menjadi 27,5% dan 28% pada tahun 2005.

Rendahnya tingkat konsumsi balita akan protein dapat disebabkan oleh faktor internal anak, seperti: selera anak terhadap makanan yang disajikan serta kurangnya kesadaran orang tua akan keseimbangan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan anak. Faktor sosial-ekonomi juga merupakan salah satu faktor rendahnya konsumsi protein. Dibandingkan dengan bahan makanan sumber karbohidrat, biaya yang harus dikeluarkan untuk bahan makanan sumber protein relatif lebih mahal.

Milet adalah salah satu nama serealia yang mungkin masih terdengar sangat asing di telinga orang Indonesia. Serealia ini merupakan makanan pokok di sebagian besar negara di Afrika dan Asia Timur. Produk olahan milet yang cukup sering ditemui adalah Awaokoshi yang berbentuk seperti sereal bar. Produk olahan lainnya adalah bubur milet yang mirip seperti sereal.

Milet memiliki waktu tumbuh yang singkat pada kondisi kering dan suhu tinggi. Milet juga memiliki kadar protein yang sebanding dengan gandum, sekitar 11% berat keringnya. Milet kaya akan vitamin B, kalsium, besi, potasium, magnesium, dan zinc. Kandungan nutrisinya ini membuat milet cocok dikonsumsi oleh anak-anak yang masih memerlukan jumlah nutrisi yang relatif tinggi untuk pertumbuhannya. Milet juga cocok bagi para penderita alergi gandum karena tidak menimbulkan efek alergi. Pembudidayaan atau penanaman milet di Indonesia masih belum banyak, bahkan relatif sangat sedikit. Dengan kondisi iklim, dan kebutuhan akan konsumsi protein Indonesia yang semakin tinggi, milet dapat menjadi salah satu solusi pemenuhan konsumsi protein bagi anak di Indonesia.

Milet sejajar dengan buckwheat dan quinoa sebagai salah satu biji-bijian dari dunia lama. Tetap saja, bagi banyak orang, milet hanya mengingatkan mereka akan satu hal: makanan burung. Memang benar, tanaman ini biasanya digunakan sebagai pakan ternak di Amerika Serikat dan Eropa. Tetapi di beberapa bagian Tiongkok, India, dan Afrika, milet yang kaya protein dan hanya membutuhkan sedikit air untuk tumbuh merupakan sumber nutrisi yang penting, dan bisa jadi sumber makanan bagi populasi global yang semakin besar. Milet mampu bertahan dalam kekeringan dan panas yang ekstrem sehingga menjadi tanaman yang ideal dalam perubahan iklim, ungkap ilmuwan pertanian Hari Upadhayaya. Terlebih lagi, biji-bijian yang rasanya mirip kacang-kacangan ini tumbuh cepat dan tahan hama. –Catherine Zuckerman dalam NGI November 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun