Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Keberadaan Penulis Remaja di Kompasiana

18 Mei 2012   17:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:07 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_188990" align="aligncenter" width="300" caption="www.examiner.com"][/caption]

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat berdiskusi bersama keponakan saya tentang ekskul (ekstrakurikuler) yang saat ini cukup banyak ragamnya. Kebetulan saja Natasha, ponakan saya, saat ini menempuh pendidikanya di SMA Regina Pacis Bogor. Sekolah favorit ini, menawarkan banyak sekali jenis ekskul, mulai dari seni melukis (gambar manga dan kartun), tarian daerah, tarain hip-hop, teater, orchestra, piano, biola, gitar, paduan suara, bela diri, senam lantai, basket, futsal, ping-pong, badminton, catur, renang, pecinta alaman, komputer, paskibra, KIR (kelompok ilmiah remaja), mading, English Conversation Club , bahasa Belanda, bahasa Jepang, palang merah remaja, fotografi, club matematika, club fisika, club kimia, club biologi, club ekonomi dan akuntansi, broadcast, kolintang dan robotics education.

Saking banyaknya jenis ekskul yang ditawarkan, menurutnya kadang dirinya kebingungan dalam memilih maksimal dua jenis ekskul untuk setiap semesternya. Alhasil, dia terpaksa rembukan terlebih dulu bersama sahabat-sahabatnya, mana diantaranya yang cocok untuk mereka itulah yang dipilih. "gak asik kalo gak ada temen," katanya.

Mendengar antusiasnya menjelaskan masing-masing ekskul, saya iseng bertanya mengapa gak ada ekskul menulis di media sosial atau blogging. Diapun menjawab, kalo hanya ketrampilan blogging secara langsung sih gak ada. Kalo hanya mengasah ketrampilan menulis saja, beberapa ketrampilan yang ada sudah mengajarkan teknik menulis secara khusus, sebut saja untuk club bahasa, club mata pelajaran serta KIR juga melatih siswa untuk menulis katanya.

Diapun menambahkan kalo saja ada ekskul blogging mungkin peminatnya sedikit, lantaran banyak siswa lebih senang memilih ekskul dengan jenis yang berbeda dengan pelajaran sehari-harinya di sekolah. "ini asumsi saya lho om," Katanya

Merespon penjelasanya, saya mencoba untuk menjelaskan beberapa hal seputar dunia bloging. Namun belum juga saya menjelaskannya secara panjang lebar, dia langsung menjawab, "kalo blogging curhat dan fiksi saja sih banyak teman sudah mencoba, tapi ya itu om cuman ikut-ikutan buat blog aja, belum ada yang serius."

Mendengar penjelasannya, saya coba bertanya bagaimana kalau ada kerjasama sekolah dengan para penulis atau penyedia situs untuk kegiatan ekskul blogging. Dia hanya menjawab, boleh saja dicoba kalau pihak sekolah memang mau.

Pertanyaan saya kepada Natasha tentu ada dasarnya, karena saya berusaha membangkitkan semangat menulisnya di Kompasiana. Maklum saja, ketika dulu saya bergabung ke Kompasiana, saya sempat mengajaknya bergabung. Sayangnya hanya satu tulisan dihasilkannya dengan menggunakan nama pena Rena Mikami. Sebuah fiksiserial yang tak pernah diselesaikannya hingga saat ini.

Disaat saya berusaha "merayu" Natasha agar kembali menulis, saya mencoba menunjukan kepadanya beberapa akun anak dan remaja di Kompasiana. Sebut saja Yasmin Nadhira, putri kompasianer Aulia Gurdi. Walau masih duduk di kelas 5 sekolah dasar, Yasmin yang baru berusia 11 tahun ini telah menghasilkan 11 tulisan sejak juni 2011. Tulisan terakhirnya bertema fiksi yang ditulisnya tanggal 12 Mei yang lalu, sangat baik menurut penilaian saya.

Yasmin gak selalu dituntun oleh sang bunda untuk menulis, semuanya karena niatnya sendiri. Hanya pada awal bergabung saja sang bunda mengajarinya beberapa hal termasuk mengingatkannya tentang hal apa saja yang boleh ditulis di area publik.

Kompasianer muda yang lain adalah Christoforus Dennis, 15 tahun, putra sulung Kompasianer Christie Damayanti ini telah setahun bergabung bersama kompasiana dalam rangka mendukung ibunya yang pada saat itu baru memulai terapi menulisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun