Pada tahun 2014, BPS melakukan survei terhadap 75.000 rumah tangga di seluruh Indonesia. Tujuan survei adalah untuk menghitung indeks modal sosial, suatu ukuran kekuatan sosial masyarakat Indonesia yang katanya berjiwa gotong-royong ini. Hasilnya..?
Sebanyak 81,7% responden menyatakan percaya pada aparat desa/kelurahan, 88,2% percaya pada tokoh masyarakat, dan 92,0% percaya pada tokoh agama.
Sebanyak 82,3% responden percaya kepada tetangganya untuk menitipkan rumah dan 64,4% untuk menitipkan anak mereka.
Sebanyak 90,2% responden setuju jika anaknya bersahabat dengan suku berbeda, 70,2% setuju bersahabat dengan agama yang berbeda, dan 71,9% setuju jika anaknya menikah dengan suku yang berbeda. Akan tetapi, hanya 7,9% saja yang setuju jika anaknya menikah dengan pasangan yang berbeda agama.
Sebanyak 67,7% responden setuju jika di lingkungannya ada kegiatan dari suku lain, sementara hanya 42,8% yang setuju adanya kegiatan dari agama yang berbeda.
Sebanyak 61,2% responden menyatakan ada pertemuan warga di lingkungannya, tetapi 14,7% tidak pernah ikut petemuan, dan 36,2% tidak tahu bagaimana proses pengambilan keputusan di pertemuan tersebut.
Hanya 28,9% responden yang menjadi anggota organisasi lingkungan setempat, dan 11,6% di antaranya menjadi anggota tidak aktif.
Sebanyak 61,2% responden siap untuk membantu tetangganya, sementara 57,0% merasa sulit/tidak pasti akan mendapatkan pertolongan dari tetangganya.
Hmmm.... bagaimana jika survei tersebut dilakukan di media sosial? Apakah hasilnya kira-kira akan mirip? Seberapa besar pengaruh perang opini melalui media sosial terhadap nilai-nilai modal sosial di Indonesia? Siapa yang bisa jawab? Hehee...
...
[29/12/2016]