Mohon tunggu...
Puji Utomo
Puji Utomo Mohon Tunggu... profesional -

“Panta Rhei Kai Uden Menei”

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ibu, Aku Ingin Belajar Membatik

15 Juni 2012   08:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:57 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13397477061169099371

Ketika mendengar kata BATIK, Apa yang anda bayangkan? Hmmm... ya, batik memang warisan budaya yang sangat spesial bagi bangsa kita. Bahkan saking spesialnya, negara tetangga dengan pede-nya mengklaim bahwa batik adalah warisan budayanya. Ironis memang kalau kita perhatikan, bangsa kita baru rame berkoar-koar mempertahankan klaim bahwa batik adalah warisan budaya asli bangsa kita. Biarlah itu jadi pembelajaran buat para penguasa kita yang memang suka belajarnya kalau sudah rame dan terjadi yang sebenarnya juga tidak lebih dari sekedar bagian skenario Quick Respons untuk pencitraan.

Ngomongin soal batik, pikiran kita akan langsung tertuju pada selembar kain bermotif unik yang sangat spesial. Batik selalu identik dengan malam, canting dan kain tentunya, karena itulah bahan dan alat yang digunakan dalam proses membatik. Agak ribet memang kalau kita membahas bagaimana proses pembuatan batik. Saya pribadi sih, cukup familiar dengan segala sesuatu tentang batik-membatik, karena kebetulan saya adalah anak seorang pembatik yang dibesarkan di lingkungan yang mayoritas perempuannya bisa membatik dan saya bangga dengan hal itu.

Saya cuma bisa bilang bahwa membatik itu tidak sekedar urusan ekonomi, tidak juga sekedar iseng-iseng, tetapi lebih jauh daripada itu membatik adalah proses pembelajaran nilai-nilai menjadi perempuan (yang sesungguhnya). Ada beberapa nilai yang didapati kalau kita benar-benar memahami dan sadar dari kegiatan membatik. Sedikit yang dapat saya dapat dari kegiatan membatik yaitu:

1). Kesabaran Jelas sekali bahwa untuk membatik diperlukan ekstra kesabaran. 2). Ketelitian Dibutuhkan ketelitian dalam menggoreskan canting yang isinya cairan lilin/malam panas itu dan biasanya untuk-ibu-ibu yang sudah sepuh (baca: berumur) sangat diperlukan alat bantu seperti kacamata dsb... 3). Keuletan Pantang menyerah pastinya, karena memang dari proses awal sampai proses finishing sangat sukar. 4). Kecintaan Membatik adalah wujud kecintaan kita terhadap warisan budaya baik lokal maupun secara nasional. 5). Kemandirian Dengan membatik, sudah jelas bisa menjadi sarana mewujudkan kemandirian ekonomi tersendiri dari bagi sang empunya... (batik tulis nilai ekonomisnya lumayan lho...) 6). Kebebasan Membatik merupakan sarana mengaktualisakan diri dengan sebebas-bebasnya kecintaan kita terhadap produk budaya bangsa kita.

Sebenarnya masih seabreg nilai-nilai yang dapat kita gali lagi, tapi yang penting daripada itu adalah melalui post ini saya mau menyampaikan bahwa membatik sangatlah penuh dengan muatan nilai pembelajaran buat generasi penerus kita.

Dengan mengetahui nilai-nilai positif yang terkandung dalam kegiatan membatik, maka sudah sewajarnya kita mengkampanyekan kegiatan membatik kepada anggota keluarga kita, tetangga kita,murid-murid kita dan kepada siapapun untuk lebih mengenal batik dan kegiatan membatik. Akan sangat indah ketika anak atau murid kita berkata: "Ibu, aku ingin belajar membatik".

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun