Mohon tunggu...
Usman D. Ganggang
Usman D. Ganggang Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan penulis

Berawal dari cerita, selanjutnya aku menulis tentang sesuatu, iya akhirnya tercipta sebuah simpulan, menulis adalah roh menuntaskan masalah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Antara Canda dan Serius

13 Mei 2016   22:23 Diperbarui: 13 Mei 2016   22:37 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Merespon komen-komen dalam internet/usman d.ganggang)

Terkadang dalam berkomunikasi, terjadi salah paham, dan ujungnya, terjadi caci-maki bahkan berkelahi serius lantaran penggunaan sebuah kata atau ungkapan, lalu terjadi salah menafsirkan kehadiran sebuah kata/ungkapan. Sejatinya, sebuah kata atau sebuah ungkapan baru memiliki makna jika diwacanakan. Jadi sebelum diwacanakan, sebuah kata atau sebuah ungkapan tak memiliki bermakna apa-apa. 

Lalu, kesalahpahaman berikutnya terjadi, boleh jadi, ketika berkomunikasi kita tidak berhadapan atau tak saling pandang, terutama dalam komunikasi lisan. Apalagi, kalau kita tidak mendengarkan seseorang dari awal, lalu ambil kesimpulan salah. Jadi, di sini, kita butuh penyimakan yang serius jika memang dalam komunikasi yang serius, dan ketika tidak serius atau bercanda, maka kita pun ikut bercanda.

Nah, kembali ke judul. "Di antara canda dan serius", tentu kita harus berhati-hati dalam memahami sesuatu. Yang jelas, tidak semua kata yang diungkapkan seseorang ditafsirkan sama maknanya. Begitupun dengan ungkapan seseorang, jangan sampai diterjemah-luruskan. Pasalnya, di sana ada kata/ungkapan yang bermakna lugas/makna sesuai makna kamus (dalam ilmu bahasa dikenal dengan istilah makna denotatif)., dan di sana pula ada makna bias/tidak sebenarnya/figuratif (dalam ilmu bahasa dikenal dengan istilah konotatif).

Nah, bagaimana kita menafsirkannya, jika seseorang menghadirkan ungkapan," Apakah aku harus berenang sampai di laut?" Siapa suruh dia jatuh cinta padaku?" Atau "Siapa suruh, aku jadi bupati?" Jawabannya, pasti banyak, tergantung kepada bagaimana mimik seseorang ketika dia berkomunikasi. Lain lagi ketika kita berhadapan dengan bahasa tulis, akan terjawab pada bagaimana pemanaan tanda baca dan struktur kalimatnya.faatan tanda baca dan struktur kalimatnya,

Konkretnya, ketika orang berkomunikasi, perlu dibutuhkan pemahaman, bahwa dalam berkomunikasi, ada "aku' dan ada "dia", selanjutnya di sana ada ;sambung rasa', sehingga komunikasi akan komunikatif. Dengan demikian, pastilah kita akan berujar, bahwa kata/ungkapan seseorang itu, canda atau serius? Pastilah jawabannya, bergantung pada bagaimana "mimik" dan bagaimana "penggunaan tanda baca dan struktur kalimatnya.***)

Kota Kesultanan Bima, 13/5/16

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun