Mohon tunggu...
🍀 Usi Saba 🍀
🍀 Usi Saba 🍀 Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

🎀 Menolak Tenar 🎀

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Sorry & Thank You; Budaya Barat Wajib Tiru

3 Juni 2014   14:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:46 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu hal yang bikin saya heran menikah sama orang Amerika itu, mereka sering sekali bilang "Thank you" dan "Sorry".  Ini dua kata ini saya dapat  lima kiloanlah sehari; andai bisa dikilo. Dua buah kosakata yang jarang saya temui ketika saya hidup di kampung. Kalau tidak  mepet2 amat dan tidak urgent  banget itu dua kata  yang hampir dimuseumkeun di kampung saya apalagi ucapan Terima kasih dan Maaf dari atasan ke bawahan, orang tua ke anak, dari kakak ke adik, atau orang-orang yang berada di hierarki tinggi kepada yang berada dibawahnya. Dua kata yang lumayan mahal.

Bahkan ada bibi saya yang mertuanya dan keluarga mertuanya itu katanya anti mengucapkan maaf. Mentang2 mereka bekas ningrat dulunya katanya.  Catat; bekas ningrat bukan masih ningrat. Ningrat itu artinya orang kaya di tempat saya.  Saking sombongnya karena kekayaan sampai2 ogah mengucap maaf. Bibi saya sampai ketawa waktu suatu Idul Fitri suaminya meminta maaf. Padahal itu cuma lewat telpon dan karena sehari sebelumnya dia bikin salah. Katanya suaminya ini gak pernah minta maaf.

Umumnya kata sorry atau maaf baru keluar dan berhamburan hanya ketika Idul Fitri. Sebagian karena terpaksa malah keluarnya. Tapi disini, lha setiap saya bikin teh dan sarapan buat suami saya, bahkan ngasihin handuk ke tangannya ketika mau mandi, kata thank you selalu meluncur dari bibirnya. Saya pikir itu sesuatu yang enteng dan merasa sudah menjadi kewajiban saya.

Tiada hari tanpa thank you dan sorry pokoknya. Saya sampai bosen ngedengernya. Saya bilang di Indonesia itu bilang maaf kalau Idul fitri saja dan masak itu sudah dirasa  kewajiban istri, jadi gak usah bilang terima kasih.  Tapi malah lidah saya jadi kebawa kebiasaannya.  Suatu hari saya pernah bercanda sama suami soal sorry ini karena saking bosen ngedengernya.

"Ayang, save your sorry for Idul Fitri" kata saya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun