Mohon tunggu...
Usamah Zaki
Usamah Zaki Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Teknik Kimia ITB. Mencari perjalanan yang menyenangkan dan membawa hikmah besar. sedang menekuni bidang kemasyarakatan dan social enterprise.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Konversi Biogas Kalangan Peternak : Misi Lingkungan dan Penghematan Elpiji

17 Agustus 2017   22:19 Diperbarui: 17 Agustus 2017   22:28 1452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Skema biodigester BIRU (www.biru.or.id)

"Zaman batu berakhir bukan karena sudah tidak ada batu, begitu pula zaman minyak bumi nanti akan berakhir bukan karena minyak habis"

Indonesia merupakan negara agraris, memiliki lahan yang luas dan tumbuh beraneka ragam mahluk hayati. Potensi agraris mengisyaraktan bahwa pertanian dan peternakan merupakan tonggak utama kegiatan masyarakatnya di era julukan itu masih berlaku. Sektor peternakan menjadi sektor yang vital dalam menyumbang protein untuk konsumsi anak-anak bangsa. Salah satunya adalah sapi perah, penghasil susu sekaligus membuang kotoran banyak setiap harinya. Tuntutan untuk menghasilkan susu yang banyak didukung dengan makanan ternak mengandung nutrisi khusus, ampas tahu, dan ampas singkong. Kotoran sapi perah selama ini dijadikan biogas, pupuk, atau dibuang begitu saja pada sungai terdekat.

Potensi kotoran sapi menjadi biogas menjadi hal yang penting untuk diperahatikan. Pada data peternakan Badan Pusat Statistik tahun 2016, jumlah sapi perah di Indonesia dapat mencapai 519.000 ekor. Sapi tersebut kebanyakan diternak oleh peternak rumahan dan dikandangkan. Sapi perah dewasa rata-rata dapat mengeluarkan kotoran per hari sebanyak 20-29 kg per sapi (Wahyuni, 2011). Kotoran sebanyak itu apabila ditumpuk berpotensi menghasilkan metana dari hasil fermentasi anaerobik (Deublin dan Steinhauser, 2008; El-Halwagi, 1986). Apabila kotoran tersebut dibuang ke sungai maka akan menambah nilai COD dan BOD perairan, sehingga akan membunuh mahluk hidup yang aerobik pada perairan tersebut.

Kotoran sapi merupakan umpan reaktor biogas yang memiliki keunggulan banyak keunggulan. Rasio C/N pada kotoran sapi berkisar antara 20-30, yang menandakan cocok sebagai tempat berlangsungnya aktivitas bakteri fermentasi anaerobik. selain itu, kandungan air pada kotoran sapi mencapai 90% dari berat, membuat kebutuhan air untuk pengenceran lebih sedikit air yang ditambahkan. Pada proses pembentukan metana, proses hidrolisis, acetogenesis, acidogenesis berjalan secara mandiri melalui mikroba pada kotoran sapi.

Biogas dari kotoran sapi mulai dilirik oleh pemerintah melalui program kerjasama Kementrian ESDM dengan NGO asal Belanda yaitu EnDev dan kedutaan besar Norwegia pada tahun 2008. Tim dari Belanda melakukan survei potensi dan membaca potensi pemasangan reaktor biogas di Indonesia mencapai 1 juta unit (website BIRU). 

Akhirnya melalui koperasi-koperasi susu dan dengan bantuan pendanaan dari pendanaan dari kementiran luar negeri Belanda, Norwegia, UKAID, dan Australia Aid program pemasangan reaktor biogas ditawarkan dengan sistem cicilan kepada para peternak. Program ini sudah berhasil membangun reaktor biogas sistem beton berjumlah 20.150 unit tersebar di 10 provinsi di Indonesia. Jumlah ini direncanakan terus berkembang hingga 41.500 unit pada tahun 2020. Reaktor biogas terbuat dari beton dan membutuhkan lahan minimal 4x4 meter untuk reaktor dan penampung slurry.

Selain melalui program BIRU, produksi reaktor biogas juga dilaksanakan oleh pengusaha-pengusaha swasta pribumi. Salah satu produknya yaitu Reaktor Biogas Fiber Tenari, produksi PT Cipta Tani Lestari Lembang. Biogas ini mempunyai keunggulan penggunaan yang memakan lahan lebih kecil, minimal 2x2 m2. Selain itu reaktor tersebut dapat dipindahkan, apabila peternak ingin memindahkan kandang mereka.

Gambar 2. Skema biodigester fiber tenari
Gambar 2. Skema biodigester fiber tenari
Keuntungan Carbon Credits dan Penghematan Elpiji

Kotoran sapi yang tertumpuk dalam kondisi lembab berpotensi menghasilkan metana. Tentunya fenomena ini harus dihindari mengingat metana memiliki efek rumah kaca 28x lebih besar dari CO2. 1 kg kotoran sapi perah dapat menghasilkan 0,018-0,022 m3/kg. Seandainya semua potensi sapi perah di Indonesia dapat dikonversi menjadi biogas, maka biogas yang dapat diperoleh sebanyak 207.600 m3 biogas per hari. Sesuai literatur, kandungan metana pada biogas berkisar 50-70% (Deublin dan Steinhauser, 2008). 

Metana yang dihasilkan sehari dengan asumsi semua biogas terhasilkan dapat mencapai 221210 kg CH4. Pada dunia internasional, terdapat kebijakan carbon credit, yaitu istilah untuk sertifikat atau izin yang dapat diperdagangkan yang mewakili hak untuk mengemisikan satu ton karbon dioksida atau gas rumah kaca lain setara karbon dioksida. Program biogas dapat dijual sebagai carbon credit sebagai ekivalensi CH4 ke CO2. Menurut perhitungan sederhana mengacu pada website gold standard untuk carbon pricing maka pendapatan dana per hari yang bisa didapatkan dapat mencapai 19,1 juta dolar AS.

Penulis melakukan kerja praktek di perusahaan biogas PT Cipta Tani Lestari pada juni dan juli 2017 dan melakukan perbandingan konsumsi biogas dengan elpiji. Setelah dilakukan percobaan, didapatkan 1 m3biogas sebanding dengan 0,4 kg gas elpiji. Maka dari itu penghematan yang dapat dilakukan sehari berjumlah 83.040 kg gas. Setiap kg elpiji 3 kg, terdapat subsidi pemerintah Rp5250. Maka dari itu total subsidi yang dihemat dapat mencapai 436 juta dalam sehari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun