Mohon tunggu...
kiki muntako
kiki muntako Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Desa Trunyan, Mayat tanpa Dikubur dan Desa Anti Gempa

23 Oktober 2010   04:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:11 10289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dongeng asal-muasal keberadaan desa Truyan saya coba kisahkan dari 2 fersi,entah yang mana yang memiliki kisah dengan mendekati kisay nyata. Walau baru sekali mendatangi tempat tersebut namun keunikan yang di miliki mebuat siapapun yang berkunjung kesana selalu ingin kembali lagi. Desa Truyan kalau di pandang dari diri saya pribadi desa tersebut  memiliki daya pesona yang masih di bilang alami. Cerita ini saya ambil dari beberapa sumber, jika masih terdapat kekurangan sekiranya dapatlah di tambahkan.

[caption id="attachment_300043" align="alignleft" width="410" caption="Desa Trunyan, Bali/Admin (baliindahtrip.com)"][/caption]

Alkisah pada suatu hari beberapa abda yang lalu di puri dalem solo, di pulau Jawa tercium bau yang harum sekali.Bau harum yang luar biasa tersebut menarik perhatian empat orang anak dalem Solo untuk mengembara mencari sumbernya.

Dalam pengembaraan itu akhirnya mereka tiba di pulau Bali. Setibanya di kaki selatan gunung Batur, anak dalem Solo yang wanita berkeputusan untuk tidak melanjutkan perjalanan.Ketiga saudara laki-lakinya melanjutkan pengembaraan mereka menyusuri tepi danau Batur.

Waktu mendengar suara burung karena kegirangan, saudara termuda mereka berteriak .Perbuatan tersebut membuat kakak tertuanya marah,kakaknya menendangnya sampai jatuh bersila.

Sesudah meninggalkan adiknya, kedua saudara tersebut melanjutkan perjalanan.Oleh karena sangat senang bertemu dengan manusia, anak kedua dari saudara itu menyapa orang tersebut.Kelakuan adiknya tersebut membuat si kaka tidak senang, akhirnya ditinggalkan adiknya di tempat tersebut.

Setelah meninggalkan adik-adiknya di desa-desa itu, putra dalem Solo yang sulung melanjutkan perjalanannya ke arah utara.Akhirnya ia tiba disebuah dataran tempat ditemukannya seorang Dewi yang teramat menggiurkan hati mudanya.Dewi ini pada waktu ditemukan berada di bawah pohon taru menyan, sumber bau harum tersebut.yang dicari selama ini.Perasaan birahi jejakanya segera bangkit dan diluar kekuasaannya lagi sang Dewi segera disenggamai.Setelah tersalurkan birahinya,si pemuda petualangan itu pergi menghadap kaka sang Dewi untuk meminang adiknya.Kakaknya menyetujui, akhirnya mereka pun menikah.

Setelah usainya upacara perkawinan mereka,tempat yang mereka diami berangsur-angsur berkembang menjadi kerajaan.Kemudian karena kawatir kerajaan mereka itu akan diserang oleh orang luar, yang terpesona bau semerbak yang keluar dari pohon taru menyan tersebut, maka sang permaisuri memerintahkan untuk menghilangkan bau semerbak itu. Caranya Ia memerintahkan agar jenazah-jenazah orang Trunyan untuk selanjutnya tidak lagi dikebumikan,melainkan dibiarkan membusuk di bawah udara terbuka.Itulah sebabnya, maka sejak itu, desa Trunyan tidak lagi mengeluarkan bau semerbak yang mempesonakan,namun sebaliknya jenazah-jenazah penduduk yang dibiarkan membusuk di udara terbuka di daerah pemakaman sema Wayah tidak mengeluarkan bau busuk.

Kisah yang kedua

Di kisahkan, bau harum taru menyan, memancing Ratu Gede Pancering Jagat mendatangi sumber bau. Di sekitar pohon-pohon hutan cemara Landung, beliau bertemu dengan Ida Ratu Ayu Dalem Pingit [Ratu Ayu Dalem Dasar]. Mereka kemudian menikah dan disaksikan oleh penduduk Desa Hutan Landung yang sedang berburu. Sebelum meresmikan pernikahan, Ratu Gede mengajak penduduk Desa Cemara Landung untuk membuat desa yang bernama Taru Menyan dan lama kelamaan terkenal menjadi Trunyan. Itulah asal kata Trunyan. Akibat adanya Ratu Pancerin jagad, maka masyarakat Trunyan percaya bahwa desanya menjadi satu-satunya desa di dunia ini yang anti gempa. Menurut cerita si tukang boat, Beberapa waktu yang lalu ada gempa yang terjadi di Seririt, Singaraja yang juga dirasakan oeh penduduk kintamani, namun tidak dirasakan di trunyan. Tanda adanya gempa disekitarnya dapat dilihat penduduk Trunyan melalui pancaran mata air yang keluar tidak lurus keluarnya namun bergoyang2. Yup, itulah dunia, banyak sekali keanehanya. Trunyan merupakan satu dari tiga Suku Bali asli [Bali Aga], yaitu suku yang ada dibali sebelum Jaman Majapahit dan sebelum gelombang pengungsian warga kerajaan Majapahit terakhir yang menolak menjadi Muslim [hijrah ke Bali]. Dua suku Bali asli lainnya adalah Suku Tenganan di Karang Asem [Smarapura] dan Suku Yeh Tipat di Singaraja. Trunyan termasuk di lingkup Kabupaten Bangli. Suku Trunyan, punya tiga cara unik menangani mayat, diupacarai yang setara dengan upacara ngaben di tempat lain:

  • Untuk yang meninggal adalah Bayi, maka mayatnya dikubur, lokasinya disebut Sema Muda, kira-kira 200 meter-an ke sebelah kanan lagi namun sebelum desa trunyan dari arah sekarang ini.
  • Untuk yang meninggal adalah orang yang kecelakaan, dibunuh atau bukan karena mati normal. Maka mereka anggap itu mempunyai kesalahan besar. Lokasi mereka di kubur [Sema bantas] adalah di perbatasan antara desa Trunyan dan Desa abang. Letaknya Jauh dari tempat kami sekarang.
  • Untuk yang mati normal, Mayat mereka diberi kain putih dan hanya diletakan dibawah Taru Menyan [Pohon wangi]. Maksudnya mati normal adalah tidak punya salah/kesalahan sesuatu, diluar kreteria di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun