Mohon tunggu...
nana undus
nana undus Mohon Tunggu... Guru - pencinta pendidikan daerah pedalaman

Nama Lengkap : Viktor Sekundus Juru Tempat Tanggal Lahir : Detusoko, 10 Oktober 1992 Menyelesaikan Sekolah Dasar Pada Tahun 2004 Di SDK Marsudirini Detusoko. Sekolah Menengah Pertama di SMPK Marsudirini Detusoko. Melanjutkan Studi ke SMA Seminari St. Yoh. Brekmans Mataloko. Tamat pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Ende tahun 2011. Pada Tahun 2011, sempat mengenyam pendidikan di Universitas Flores. Pada Tahun yang sama, melanjutkan studi S1 ke Universitas Negeri Makassar. Pada Tahun 2016 mengikuti program pendidikan profesi guru. Saat ini mengabdikan diri sebagai Guru Garis Depan di pedalaman Manggarai Timur. Suka dengan hal-hal unik yang dilakukan oleh anak didik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengajar, Seni dan Tantangannya

3 Desember 2019   08:01 Diperbarui: 4 Desember 2019   03:47 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengajar adalah seni (foto dokpri)

Mengajar adalah seni. Mengajar bukan sebatas ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah bahan mentah yang harus dimiliki oleh seorang guru. Seorang guru tidak menunjukan seni menampilkan kepintaran di hadapan para murid. 

Kepintaran seorang guru hanya akan sebatas rasa kagum dari para murid. Sedangkan yang dibutuhkan oleh para murid adalah kekaguman atas kepintarannya sendiri. Ini akan jauh lebih bertahan dalam diri anak didik. Kepintaran guru adalah motivasi bagi kepintaran anak didik.

"Belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup" mestinya menjadi credo yang dijalankan di setiap pembelajaran. Bagaimana anak dapat belajar sepanjang hayat? Anak dapat belajar sepanjang hayat hanya dengan cara mengajari mereka cara-cara belajar. 

"Mengajar adalah seni. Mengajar bukan sebatas ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah bahan mentah yang harus dimiliki oleh seorang guru."

Mereka belajar bukan untuk menghafal. Mereka belajar bagaimana berpikir. Ingatan anak didik akan lebih bertahan dengan apa yang mereka konstruksikan sendiri melalui proses berpikir. Apa yang dikatakan guru dalam kelas, bisa saja akan berakhir bersamaan dengan bel pulang sekolah.

Focus dan perhatian pembelajaran di kelas tertuju pada bagaimana cara belajar bukan untuk apa belajar. Hal yang penting dalam pembelajaran adalah murid harus berpikir sendiri. 

Anak didik adalah masa depan, mengajar adalah menyentuh masa depan. Memberi tahu mereka sebuah informasi adalah cara mengajar konvensional. Menyentuh masa depan berarti mengajari mereka menyerap informasi dan berpikir secara kritis terhadap informasi yang diterima. 

Informasi baru adalah konstruksi pengetahuan baru. Informasi baru akan menjadi sebuah pengatahuan apabila disaring, diolah dan ditarik manfaat untuk kehidupan mendatang.

Tidaklah susah mengajari anak didik untuk tahu cara-cara belajar. Mengutip pendapat John Dwey pakar psikologi pendidikan "anak adalah pembelajar yang aktif". 

Sebagai orang tua dan guru, kita menemukan fakta empiris atas pemikiran Dwey. Mereka akan bosan mendengarkan penjelasan yang bertele-tele dari orang dewasa. 

Mereka akan lebih banyak mencari tahu dengan bertanya dan mencoba sendiri hal-hal baru yang mereka temukan. Berilah mereka "hal baru" itu dan biarkan mereka bertanya dan mencobanya sendiri. Itulah proses mengajar yang efektif, menjadikan anak berpikir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun