Mohon tunggu...
Elisa Dwi Prasetya
Elisa Dwi Prasetya Mohon Tunggu... Dosen - Berkacamata

Pengajar di STTBB, Trainer di 24hProject, tinggal di Bandung

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

"Penerapan" dalam Suatu Karya Tulis

28 November 2019   15:57 Diperbarui: 28 November 2019   16:09 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi via gramedia.com

TAK BANYAK PENULIS yang pada akhirnya mencantumkan bagian "penerapan" dalam tulisan yang dibuatnya. Ada banyak jenis karya tulis, dan memang tak semuanya harus dengan "penerapan" -- pada akhirnya.

Tapi menurut saya, karya tulis yang berakhir tanpa penerapan, seringkali hanya berakhir pada ranah kognitif atau pengetahuan semata. Bolehlah hingga kemudian sampai pada afektif, tapi tanpa 'penerapan', maka seperti seorang tukang yang menempelkan pasir dan air tanpa semen ke bata merah, pasirnya menempel sebentar,  tapi tidak melekat kuat. 

Sebuah karya puisi pun (yang seringkali lebih dipahami sebagai karya huruf daripada makna), jika ada tersirat soal 'penerapan', maknanya seharusnya akan jauh lebih kuat dibandingkan tanpa bunyi 'penerapan' itu.

Apa itu Penerapan?

  1. Sesuai dengan arti kata itu sendiri, penerapan/pe*ne*rap*an/ n 1 proses, cara, perbuatan menerapkan; 2 pemasangan: ~ mesin pembangkit tenaga listrik itu dilaksanakan oleh teknisi Indonesia; 3 pemanfaatan; perihal mempraktikkan (https://kbbi.web.id/terap-2).
  2. Penerapan adalah proses berupa praktik dalam kehidupan nyata, sehingga pembelajar tidak hanya sampai pada pengertian teori saja.
  3. Penerapan membawa pada pengalaman yang diterima, menolong pembelajar berpengalaman langsung melalui praktik yang dilakukan, sehingga ada beberapa aspek sekaligus yang merasakan dampaknya: Diri sendiri, sesama, hingga lingkungan.
  4. Penerapan itu bukan semata olahan kognitif dan afektif, tetapi lebih daripada itu seharusnya proses praktik langsung.

Manfaat Penerapan

  1. Adanya penerapan memudahkan seorang pembaca untuk mengingat suatu kebenaran pokok yang disebutkan dalam suatu tulisan. Kebenaran itu menjadi hidup karena dihidupi oleh pembacanya.
  2. Aspek kehidupan pribadi disentuh, itu baik. Namun hanya dengan penerapan, aspek sesama dan lingkungan yang ikut tersentuh itu, membuat hasilnya jauh lebih maksimal.
  3. Pesan kebenaran dari suatu tulisan akan menyentuh kehidupan pribadi, sesama dan lingkungannya.
  4. Sifatnya menyebar. Jika praktik dilakukan, efeknya berdurasi panjang, bahkan bisa seumur hidup, bahkan turun temurun ke generasi berikutnya. Bagian ini penting, misalnya praktik kasih: Selalu menyisihkan pendapatannya untuk fakir miskin -- maka teladan hidup bisa dilihat, dirasakan sesama, lingkungan, dan berpengaruh terus menerus!

Jika demikian, maka seharusnya seorang penulis harus mengakhiri karya tulisnya dengan penerapan. Tak melulu harus menunggu hingga akhir dari tulisannya, namun bisa pada akhir suatu sub tema/judul. Soal ini akan terlihat pada uraian berikutnya.

Mulai Membuat Penerapan

  1. Uraian pada suatu sub tema/judul seringkali dimulai dari hasil brainstorming yang ditulisnya sebagai kerangka, atau poin-poin sistematika dari runutan yang nanti akan ditulis. Misalnya sub judul: "Tanggung jawab Guru".  Hasil olah pikir yang bisa dijadikan poin-poin kurang lebih: 1) disiplin; 2) waktu; 3) jadwal teratur; 4) komitmen; 5) persiapan mengajar; 6) referensi buku; 7) dst.  Penemuan ini menjadi langkah berikutnya untuk membuat uraian. Poin-poin yang nanti "dipakai" itu jangan dihapus, karena kemudian bisa menjadi salah satu alat untuk memulai membuat penerapan. Misalnya penerapan itu bisa menjadi: Guru membuat jadwal harian berdasarkan skala prioritas selama seminggu/sebulan atau setahun. Penerapan yang kemudian dipraktikkan itu jelas akan menolong Si Guru tersebut sebagai pengajar yang 'bertanggung jawab'.
  2. Jika penerapan itu terletak di akhir suatu karya tulis, pastikan bahwa satu bab tulisan itu tidak memuat lebih dari 3 sub judul. Mengapa? Penerapan akan jauh lebih efektif jika mencakup semua hasil dari tulisan itu. Semakin banyak sub judul, menyulitkan penerapan itu mewakili apa yang dibahas dalam semua sub-sub judul. Bukankah jauh lebih mudah bagi pembaca jika melakukan penerapan itu dengan bertahap? Jika ia disodorkan dengan lebih dari tiga macam penerapan, hampir bisa dipastikan bahwa ia hanya sampai pada satu atau dua penerapan saja.
  3. Adakalanya seorang penulis yang mahir tidak perlu melakukan seperti poin pertama. Kerangka itu sudah ada di kepalanya. Ini jauh lebih memudahkannya mengeksekusi bagian penerapan. Seringkali bagian itu disebut sebagai kebenaran pokok pada suatu tulisan. Dari kebenaran pokok itu, sang penulis membuat penerapannya.
  4. Poin ketiga di atas sebenarnya membuat seorang penulis tak perlu punya catatan (coretan pengingat) yang banyak. Ia hanya memerlukan cara menemukan kebenaran pokok itu saja. Ia dapat menggarisbawahi bagian-bagian dari tulisannya yang sudah jadi yang menjadi kebenaran pokok itu, lalu mulai merangkainya menjadi suatu penerapan.
  5. Poin 1-4 di atas akan menjadi hal yang kemudian tak perlu dilakukan, jika Anda sudah terbiasa membuatnya. Tetapi harus diingat, penerapan itu adalah perbuatan menerapkan. Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktikkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya (dspace.uii.ac.id). Di dalamnya ada proses dan praktik, tidak sebatas tahu teorinya saja.
  6. Penerapan itu harus terukur dan bisa dilakukan. Bagaimana melakukannya? Mulailah dengan pernyataan ini: Penulis yang baik adalah pelaku penerapan. Ya, penulis hanya akan dapat menuliskan bagian penerapan dengan tepat dan tahu batasannya, jika ia sendiri pernah melakukannya.

Seringkali bagian penerapan itu tersirat pada uraian sebuah tulisan. Tanpa pembaca membaca sub judul: Penerapan. Walau tanpa keterangan ini, yang terpenting  adalah pembaca pada akhirnya tetap harus diarahkan oleh tulisan itu untuk mereka dapat melakukan penerapan.

Pada akhirnya, inilah yang harus diingat:

  1. Penerapan tidak sama dengan kesimpulan.
  2. Penerapan tidak sama dengan ujian/test/diskusi/sharing.
  3. Penerapan adalah proses/praktik yang menggerakan pribadi sehingga membawa perubahan bagi diri sendiri, sesama/kelompok hingga lingkungannya.

Mari mulai mempraktikan bagian penting ini dengan tepat pada sebuah karya tulis.

Note: Tulisan ini dibuat khusus untuk para penulis buku-buku pelajaran SM terbitan LLB.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun