Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Deskripsi 2 Konsep 'kebenaran' yg Berbeda

28 April 2013   10:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:29 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Siapa yang menguasai text book atas konsep ‘ilmu’ dan ‘kebenaran’ di dunia ini ?

Bacalah buku buku text book yang berbicara tentang deskripsi ‘ilmu’ dan ujungnya tentu berbicara tentang deskripsi ‘kebenaran’ yang tercantum dalam buku buku pengantar filsafat ilmu,kebanyakan selalu cenderung akan menghubungkan konsep ‘ilmu’-‘kebenaran’ dengan segala suatu yang bersifat lahiriah-material,yang  memiliki bukti empirik langsung yang tertangkap dunia indera,yang bisa diverifikasi di laboratorium,setelah berbicara tentang ‘kebenaran empiris’ kemudian beranjak ke berbicara tentang ‘kebenaran logis’-bentuk kebenaran yang dirumuskan oleh akal, tetapi basic nya tetap tak beranjak cenderung mengacu kepada atau berangkat dari hal hal yang bersifat lahiriah-material yang tertangkap oleh pengalaman dunia indera.sedang hal hal yang bersifat abstrak-non materi-gaib cenderung di kotakkan ke wilayah ‘kepercayaan’ bukan dianggap wilayah ilmu,dan atribut yang paling tinggi yang bisa diraih oleh dunia abstrak-metafisik adalah hanya sekedar ‘pengetahuan’ bukan atribut ‘ilmu’.

(sehingga mungkin akan timbul timbul pertanyaan : apakah dunia abstrak-gaib bukan dunia yang bisa difahami secara tertata-konstruktif,apakah akal tidak boleh menelusur dunia abstrak-gaib secara lebih jauh dan merumuskannya kedalam konsep ‘ilmu’ ?)……..

Artinya,dalam buku text book pengantar filsafat ilmu secara garis besar pada dasarnya konsep ‘ilmu’ dan ‘kebenaran’ cenderung selalu diidentikan dengan segala suatu yang berdasar fakta bukti materi langsung yang bisa ditangkap melalui pengalaman dunia indera, sedang wilayah yang bersifat abstrak - gaib selalu cenderung di paralelkan dengan ‘kepercayaan’.

Sehingga, sadarkah anda mengapa di akhir zaman konsep ‘kebenaran’ yang berdasar kepada kacamata sudut pandang yang bernuansa materialistik nampak lebih mendominasi world view atas dunia dan sepertinya bisa  menenggelamkan konsep ‘kebenaran’ versi sudut  pandang Tuhan sebagaimana yang bisa ditelusuri dalam kitab suci (?).

Kunci nya, karena mereka seperti menguasai text book atas definisi pengertian ‘ilmu pengetahuan’ dan ‘kebenaran’,coba saja anda baca buku buku text book tentang definisi pengertian ‘ilmu pengetahuan’ yang tercantum dalam buku buku pengantar filsafat ilmu di manapun di dunia ini, hampir selalu definisi nya mengikuti kacamata sudut pandang yang bernuansa materialistik yang selalu memuara kan definisi pengertian ‘ilmu pengetahuan’ (dan ‘kebenaran’ tentunya) kepada tafsiran-pemahaman yang bersifat materialistik,sehingga kata ‘ilmu pengetahuan’ seolah menjadi konsep yang selalu identik dengan hal hal yang hanya bersifat materialistik atau dengan segala suatu yang bisa tertangkap dunia indera secara langsung.

(sehingga sampai disini pertanyaannya adalah : apakah dunia abstrak-gaib itu tidak dianggap sebagai realitas - tidak dianggap sebagai ‘ada’ dan karenanya tidak harus dimasukkan sebagai obyek ‘ilmu’ ? atau apakah dunia abstrak-gaib itu harus difahami dengan jalan diraba-raba-sekedar dipercayai tanpa perlu tela’ah ilmu atau tanpa harus ditela’ah melalui jalan ilmu pengetahuan yang konstruktif ?)

Kacamata sudut pandang bernuansa materialistik cenderung selalu memparalelkan definisi pengertian kata ‘ilmu’ dengan dunia materi yang bisa tertangkap oleh dunia indera secara langsung dan cenderung menolak bila hal hal-obyek yang bersifat abstrak-gaib dimasukan kedalam wilayah ‘ilmu’ kecuali dimasukkan kepada wilayah ‘pengetahuan’ belaka,artinya mereka beranggapan dunia abstrak-gaib tidak perlu difahami secara tertata-konstruktif (?).

Nah sekarang bandingkan dengan definisi pengertian ‘ilmu’ dan ‘kebenaran’ (sebagai implikasi dari adanya ‘ilmu’ tentunya),menurut kacamata sudut pandang Tuhan (yang bisa ditelusur dalam kitab suci) yang tentunya tidak memparalelkannya dengan obyek material - dengan keharusan untuk selalu secara langsung terbukti secara empirik.walau kitab suci tidak secara baku-teoritis mendeskrisikannya tetapi konsep Tuhan tentang masalah itu sebenarnya bisa kita telusur dalam kitab suci,dan tugas teolog adalah mengungkapkannya kedalam rumusan baku-formal untuk mengimbangi rumusan formal yang bernuansakan kacamata sudut pandang materialistik.

Sebagai contoh, kitab suci memperkenalkan apa itu ilmu hakikat dan ilmu hikmat dan itu adalah dua bentuk ilmu yang berbicara tentang hal yang abstrak yang kebenarannya bisa ditangkap oleh hati dan akal manusia dan tidak menyebut hakikat dan hikmat sebagi ‘pengetahuan’ belaka melainkan mengkonsepnya sebagai ‘ilmu’.

Tetapi ‘textbook’ tentang ‘kebenaran’ versi Tuhan tentu tak tercantum dalam buku buku pengantar filsafat ilmu hanya tercantum dalam kitab suci, dan itupun seperti terselubung sehingga memerlukan kecerdasan tersendiri dalam menggalinya

Bedanya adalah : definisi ‘ilmu’ dan ‘kebenaran’ yang secara resmi tertulis dalam buku buku filsafat ilmu tidak mengenal hierarki, sehingga melalui deskripsi kebenaran versi buku pengantar filsafat ilmu manusia tidak akan mengenal bentuk kebenaran tertinggi dan bentuk kebenaran yang lebih rendah derajatnya,sehingga melalui buku buku text book resmi itu kita tidak akan mengenal bentuk kebenaran yang mengerucut kepada bentuk kebenaran tertinggi.dengan kata lain ilmu pengetahuan-kebenaran dipandang secara ‘datar’.

Sedang dalam kitab suci kita akan mengenal bentuk kebenaran mulai dari bentuk kebenaran terendah hingga ke bentuk kebenaran tertinggi yang ujungnya mengerucut kepada kebenaran versi sudut pandang Tuhan.

Itulah perbedaan mendasar antara deskripsi tentang kebenaran dalam buku buku text book dalam pengantar filsafat ilmu dengan deskripsi tentang kebenaran dalam kitab suci.

Deskripsi tentang ‘ilmu pengetahuan’ dan ‘kebenaran’ dalam buku buku text book resmi tidak menelusur dunia abstrak-gaib,tidak memperlakukan dunia abstrak-gaib sebagai obyek ilmu pengetahuan,sedang kitab suci menelusur dunia abstrak gaib artinya memperlakukan dunia abstrak-gaib sebagai obyek ilmu pengetahuan dan menjadikannya sebagai kerangka-bagian dari konsep kebenaran secara keseluruhan.

Sebagai contoh : kitab suci memperlakukan wujud abstrak seperti Tuhan-saitan-malaikat-alam kubur-pengadilan akhirat-sorga-neraka sebagai bagian dari konsep kebenaran,sehingga dari kitab suci kita mengenal konsep kebenaran menyeluruh yang menyatu padukan realitas (‘ada’) lahiriah-material dan realitas (‘ada’) yang bersifat abstrak-gaib.

Artinya konsep ilmu versi kitab suci menyatu padukan dua realitas yang berbeda dimensi antara realitas lahiriah-material dan realitas abstrak-gaib kedalam kesatu paduan yang bisa difahami secara konstruktif. artinya dua realitas itu dimuarakan kepada sebuah konsep ‘ilmu’ dan ‘kebenaran’,tidak memilah dunia abstrak-gaib dengan dunia lahiriah-material kedalam dua kotak yang terpisah jauh.

Sedang konsep kesatu paduan realitas lahiriah-material dengan realitas yang bersifat abstrak-gaib itu tidak terlihat dalam deskripsi konsep ‘ilmu’ dan ‘kebenaran’ resmi versi buku buku text book pengantar filsafat ilmu,sebab cenderung memisahkan dua realitas yang berbeda itu kedalam dua kotak berbeda  yang terpisah jauh yang seperti tidak bisa disatukan oleh konsep ‘ilmu’,artinya text book pengantar filsafat ilmu menempatkan konsep ‘ilmu’ cenderung hanya di dunia lahiriah-material,dan tidak untuk dunia abstrak-gaib.

Deskripsi tentang ilmu pengetahuan dalam buku buku filsafat ilmu memang ujungnya memuarakan masalah ‘kebenaran’ kepada fikiran manusia,menjadikan manusia sebagai parameter penentu kebenaran,menjadikan ini benar-ini salah mutlak berada ditangan manusia,dengan kata lain memuarakan seluruh problem ilmu dan kebenaran kepada ‘kacamata sudut pandang manusia’.

Sedang deskripsi tentang ilmu pengetahuan dalam kitab suci ujungnya akan memuarakan seluruh problem ilmu-kebenaran kepada konsep Ilahiah-kepada pandangan Ilahiah-kepada ‘kacamata sudut pandang Tuhan’,dan menjadikan manusia hanya sebagai penangkap dan pewaris ilmu Tuhan bukan pembuat konsep kebenaran yang utama.

Saya ingin bertanya kepada anda : bila anda duduk dibangku kuliah dan suatu saat mendapat pelajaran tentang konsep ‘ilmu pengetahuan’ maka cobalah anda dalami apakah pengajaran itu mengantarkan anda kepada memuarakan masalah ilmu pengetahuan kepada pengenalan terhadap Tuhan atau pada ada nya hal hal yang abstrak-gaib, atau sekedar berujung pada memahami dunia lahiriah-material secara tertata-konstruktif belaka ?

Atau apakah pengajaran tentang konsep ‘kebenaran’ sebagaimana tertera dalam buku textbook pengantar filsafat ilmu itu mendekatkan anda pada pintu gerbang pengenalan terhadap Tuhan atau hanyalah membawa anda kepada bagaimana memahami dunia lahiriah-material yang tertangkap oleh dunia inderawi,dan mengkotakkan masalah Tuhan kepada hanya sekedar masalah ‘kepercayaan’ semata ?

Lalu apakah saat ini mata batin anda menangkap adanya ‘perang besar’ antara dua konsep ‘kebenaran’ yang berbeda,antara kacamata sudut pandang bernuansa materialistik ‘bermata satu’ vs kacamata sudut pandang bernuansa  universalistik ‘bermata dua’ ? sebenarnya semua bisa berawal dari pemahaman teoritis sebagaimana yang tertulis dalam buku buku itu……

Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan sebuah pesan agar anda tidak salah faham atau menyangka saya membuat provokasi dalam masalah ‘kebenaran’ :

Kita hidup diantara dua realitas yang berbeda : yang lahiriah-material dan yang abstrak-gaib, menurut anda, apakah keduanya adalah suatu kesatu paduan yang harus difahami secara menyatu padu ataukah harus difahami secara parsialistik sehingga menjadi seolah terpisah kepada dua kotak yang terpisah jauh (?)

Bila anda beranggapan kedua dimensi realitas yang berbeda itu harus difahami secara menyatu padu dalam sebuah konsep ilmu yang tertata secara konstruktif-bisa difahami akal fikiran,maka kemana kita harus mencari jalan jalan menuju ke arah itu ?

Terima kasih..mohon diperbaiki bila ada kesalahan yang tertulis......................

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun