Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa Sebenarnya Perbedaan Antara Doktrin dengan Pengalaman ?

28 Juni 2017   18:46 Diperbarui: 6 Juli 2017   04:17 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua hal ini : doktrin dan pengalaman sangat berperan penting dalam kehidupan beragama seseorang,keduanya ibarat sayap kiri dan sayap kanan dari seekor burung yang membuatnya dapat terbang jauh.betulkah iman memerlukan kedua unsur itu ,.. saya ingin mencoba menelusurinya

Apa sebenarnya perbedaan antara doktrin dengan pengalaman ? 

Doktrin adalah suatu yang datang dari luar dan dapat tersimpan sebagai pengetahuan yang tersimpan dalam memory ingatan, tetapi belum tentu menjadi element dari kesadaran atau belum tentu menyatu dengan kesadaran. sedang pengalaman hadir dalam diri secara aktual-secara langsung dan langsung bersentuhan dengan kesadaran

Sebab itu pengalaman dapat menjadi semacam alat uji sekaligus alat koreksi bagi semua doktrin yang masuk, pengalaman dapat menyangkal suatu doktrin tetapi sebaliknya juga dapat menguatkan kedudukannya.dengan kata lain perbedaan antara doktrin yang benar dan doktrin yang salah sebenarnya dapat diuji melalui pengalaman

Saya pribadi memiliki pengalaman dengan keduanya,diwaktu kecil sebagai orang yang hidup dilingkungan orang beragama maka beragam doktrin keagamaan masuk kedalam memory ingatan saya dan lalu tersimpan sebagai pengetahuan, termasuk doktrin perihal adanya konsep balasan akhirat, sorga-neraka. tetapi kesadaran akan keharusan adanya konsep balasan akhirat itu baru saya rasakan setelah saya memiliki pengalaman dengan dengan beragam jenis kejahatan di dunia nyata. suatu saat saya pernah merasakan sendiri bagaimana sakitnya hati ini menjadi korban kejahatan seseorang sementara sang pelaku mungkin tertawa senang atau tak merasakan sakit apapun dan acuh dengan penderitaan saya, maka saat itu saya baru ingat kepada konsep balasan akhirat

Kesadaran akan keharusan adanya konsep balasan akhirat itu pun datang ketika saya melihat kejahatan yang keji dan kejam dimana mana: perlakuan Hitler pada tawanan Yahudi, kekejaman tentara Serbia, kekejaman tentara Myanmar termasuk rasa marah dan sakit hati melihat keluarga korban kejahatan yang mengamuk di pengadilan akibat vonis hakim yang dirasa tidak adil

Itulah walau saya tidak termasuk korban Hitler, tentara Serbia, rezim Myanmar dlsb. tetapi nurani ini marah dan dendam membara dengan apa yang telah mereka lakukan.dan pengalaman seperti itu membuat kesadaran yang kuat dan mendalam terhadap keharusan adanya konsep balasan Tuhan yang adil di akhirat. dan sekaligus tumbuh rasa marah dihati terhadap orang yang mengingkari nya.karena bila konsep balasan akhirat tidak ada maka otomatis kehidupan akan menjadi tidak adil dan sekaligus menjadi ganjil-sulit masuk akal sehat

Hingga hari ini, terus terang keyakinan akan adanya konsep balasan akhirat itu makin tertancap kuat sebagai akibat dari melihat dan merasakan secara langsung dalam pengalaman efek dari fakta terjadinya banyak aksi kejahatan,mulai dari penipuan, pembunuhan, perkosaan, korupsi dlsb. yang membuat hati dipenuhi oleh kemarahan dan kebencian karena sang pelaku ternyata tak selalu tertangkap atau tak selalu dihukum setimpal, bahkan mungkin keluar dari penjara dengan rencana kejahatan yang baru

Terus terang saya adalah seorang yang sangat sensitif dengan kejahatan walau saya sadari itu sebagai fakta yang tak bisa dipungkiri adanya, tetapi ketika seseorang melakukan kejahatan terhadap saya maka saya tak berkehendak membalasnya karena keyakinan saya terhadap konsep balasan akhirat teramat kuat walau andai orang orang agnostik berkoar koar tentang ketiadaan Tuhan,karena itulah, berdasar pengalaman bagi saya ketiadaan konsep balasan akhirat adalah sebuah ketakmasuk akalan

Itulah, sebagai mana pernah saya tulis, doktrin itu dapat diwariskan secara turun temurun, tetapi pengalaman tidak, ia terjadi secara aktual tanpa dapat direkayasa oleh manusia atau tanpa dapat disetting fihak luar

Dan itulah,kelebihan dari pengalaman dibanding doktrin adalah, ia memberi kepuasan batin yang sempurna bagi hadir serta kuatnya suatu keyakinan dalam jiwa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun