Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Akal Saya Bertanya Tentang Teori Darwin

13 Maret 2013   14:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:50 3039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebagaimana kita tahu karakter cara berfikir akal itu sistematis,dan selalu berjalan diatas rel dualisme sehingga karakter berfikir akal selalu mencari cari dan selalu berusaha memahami benar-salah,baik-buruk secara konstruktif,jelas dan tertata.sebab itu akal akan selalu kritis terhadap hal hal yang bersifat ganjil-tidak jelas benar-salah nya,sehingga wajar bila akal menjadi bertanya tanya,sebab itulah karakter akal.

Nah artikel dibawah ini bukan hendak berbicara tentang fakta empirik terkini yang dianggap berhubungan dengan teori Darwin yang dianggap telah ditemukan oleh para saintis dari berbagai cabang keilmuan : genetika,geologi,paleontology,zoology dlsb.sebab saya merasa bukan kapasitas saya untuk membicarakannya,sehingga biarlah semua itu menjadi bahan kajian baik fihak yang pro maupun yang kontra dengan teori Darwin.

Jadi yang akan saya bicarakan (dan pertanyakan) disini akan dibatasi yaitu terbatas membicarakan teori Darwin sebatas yang berhubungan dengan anggapan bahwa ‘manusia dan kera itu se keturunan’ atau yang menganggap bahwa ‘manusia itu berasal dari jenis hewan’,dan bukan hendak memperlebar pembicaraan seputar teori Darwin dengan menghubungkannya dengan teori tentang makhluk ber sel tunggal misal,sebab yang jadi inti-pokok perhatian publik yang beragama pada umumnya adalah teori Darwin yang berhubungan dengan masalah ‘hubungan kekerabatan antara manusia dan primata ‘.jadi artikel ini katakanlah salah satu fikiran ‘publik’ yang bertanya,(jangan dianggap artikel yang tengah menerangkan teori Darwin).

Uraian ini juga bukan untuk membicarakan masalah benar-salah teori Darwin secara empirik sebab itu pekerjaan orang yang spesial memggumuli nya,dan untuk sampai ke tingkat itu (mem benarkan atau menyalahkan secara empirik) baik fihak yang pro maupun yang kontra memang sebaiknya harus sama sama memperlihatkan bukti empirik yang se komplit mungkin yang bisa tertangkap oleh dunia indera.(bukti empirik itu sangat perlu baik untuk yang mendukung maupun untuk yang membantah karena keabsahan atau ketidak absahan teori Darwin mungkin bukan suatu yang semuanya bisa diselesaikan oleh tes laboratorium).

Dan uraian dibawah ini pun hanya menggunakan logika yang sederhana saja sesuai dengan kapasitas kemampuan saya,mewakili logika publik pada umumnya.jadi tema nya bukan membahas tentang materi yang berhubungan dengan teori Darwin tapi tentang ‘akal saya yang bertanya’ karena ada hal hal yang tidak saya fahami sehubungan dengan teori Darwin.jadi ini bukan membahas teori Darwin tapi lebih kepada membahas : pertanyaan akal saya perihal yang tidak difahami nya dari teori Darwin.

1.Sebagaimana yang biasa kita (publik) lihat dari buku buku yang membahas teori Darwin adalah selalu ada ilustrasi gambar yang memperlihatkan wujud primata (yang membungkuk dengan tangan yang panjang menyentuh tanah) yang secara gradual - secara bertahap tengah memperlihatkan proses perubahan setahap demi setahap menuju gambaran manusia yang berjalan tegak.

Nah saya sebagai bagian dari publik suka bertanya tanya : kan banyak ditemukan fosil kera dan juga fosil manusia,lalu kenapa tidak ada ditemukan fosil transisi atau fosil perubahan yang menunjukkan wujud primata yang sedang berubah menjadi wujud manusia.mengapa misal museum geologi tidak menjejerkan secara gradual rangkaian fosil mulai dari makhluk primata asli hingga ke menjadi manusia itu secara utuh -komplit,sehingga publik kan suka bertanya : mengapa urutan perubahan gradual-bertahap dari primata ke manusia itu hanya ada didalam gambar saja, kan seharusnya apa yang terlihat digambar itu ada pula faktanya di dalam bukti fosil.artinya fosil yang ditemukan ideal nya mesti sesuai dengan apa yang terlukis dalam gambar.

2. atau pertanyaannya adalah : adakah ditemukan rangkaian fosil yang menunjukkan adanya bentuk peralihan dari kerangka primata (yang berjalan dengan cara berdiri yang condong ke depan,kaki yang pendek dan tangan yang panjang) menuju manusia yang berjalan tegak dengan dua kaki nya ?

3.nah kalau evolusionis ibarat orang yang tengah mengumpulkan potongan potongan mainan puzzle untuk mereka susun menjadi suatu kesatuan utuh maka belum ditemukannya rangkaian fosil transisi ini membuat ‘gambar puzzle’ teori Darwin masih mengalami bolong besar,disebut bolong besar karena fosil transisi adalah sebuah kemestian untuk adanya bila teori ‘manusia berasal dari sejenis primata’ ingin disebut sebagai kebenaran yang bersifat empirik.

4.dan kita tahu evolusionis berupaya menutup bolong besar ini dengan berusaha mencari keterkaitan antara apa yang ditemukan oleh ilmuwan dari berbagai cabang ilmu apakah itu genetika-geology-mikrobiologi dlsb.dengan teori evolusi,tetapi publik tentu tak bisa dibohongi bahwa betapapun evolusionis mencari fakta pendukung kepada apa yang mereka anggap bukti empirik yang mereka temukan dari berbagai cabang ilmu tetapi persoalan fosil transisi sepertinya tetap merupakan bolong besar yang sulit untuk ditutupi dengan cara bagaimanapun.

5. sehingga saya suka bertanya : mengapa terkadang ada orang yang seperti suka memaksa orang lain  untuk menerima teori Darwin sebagai ‘fakta-kenyataan’ padahal bila mengingat kepada belum ditemukannya fosil transisi itu maka syarat utama teori Darwin (tentang evolusi dari primata ke manusia) untuk bisa disebut fakta-kenyataan itu sebenarnya belum lah terpenuhi. sehingga menurut saya adilnya adalah : sementara fosil transisi itu belum ditemukan maka berbesar hati lah untuk menempatkan teori Darwin sebagai baru sebatas ‘teori’ jangan memaksa untuk dianggap sebagai ‘fakta-kenyataan’.

6.kalau soal struktur tengkorak yang seperti ‘mirip’ mah menurut akal saya ada banyak orang yang struktur wajahnya ‘kalau diamati mirip wajah kera’ (maaf) sehingga kalau ia meninggal nanti dan kulit serta dagingnya  terkelupas maka struktur tulang tengkoraknya akan mirip banget dengan struktur tengkorak kera. sehingga bagaimana kalau tengkorak yang mirip kera itu sebenarnya fosil milik manusia yang struktur wajahnya mirip kera itu tadi ? sehingga bila ada tumpukan fosil di museum geologi maka saya mungkin akan berfikir : mengapa tidak dibagi kepada dua bagian saja : fosil hewan dan fosil manusia,sebab yang mana fosil ‘setengah hewan setengah manusia’ (fosil transisi-bentuk peralihan dari primata ke manusia) itu ?. sehingga bila kelak ada ahli yang bisa memilah fosil tengkorak kepada dua kategori : fosil hewan (primata) dan fosil manusia,maka merumuskan kebenaran empirik teori Darwin dari tengkorak saja tentu akan malah menjadi rancu.

Sebab itu untuk menemukan adanya bentuk perubahan gradual dari primata ke manusia itu ya harus ditemukan dan diperlihatkan fosil seluruh badan jangan hanya melihat atau focus ke tulang tengkorak nya saja.bagaimana kalau saintis menemukan tulang tengkorak manusia (yang struktur wajahnya mirip kera) lalu dianggap ‘homo habilis-homo erectus’ tapi bila ditemukan dan diamati kebawahnya ternyata utuh kerangka manusia ? atau bagaimana kalau yang diduga ‘australopithecus’ itu bila ditemukan dan diamati kebawahnya ternyata murni kerangka kera ?

7.paradigma teori evolusi menyatakan bahwa ‘setiap species makhluk hidup selalu berusaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan dimana species itu hidup,jika gagal menyesuaikan diri species itu akan punah’.sehingga yang menjadi pertanyaan adalah : lingkungan yang bagaimana yang membuat keduanya kemudian menjadi berbeda begitu jauh : yang satu tetap sebagai hewan (jenis primata) sampai saat ini dan sebagian ‘meloncat’ demikian jauh  menjadi manusia dengan akal manusia yang jelas berbeda jauh dengan fikiran hewan. apakah ada perbedaan tantangan lingkungan hidup yang sangat mencolok yang membuat keduanya menjadi berbeda demikian jauhnya ?.

Kemudian bila yang ber evolusi menjadi manusia adalah primata yang keluar dari lingkungan hutan misal, maka apakah lingkungan hutan dan luar hutan memiliki perbedaan yang teramat sangat jauh bedanya sehingga dua lingkungan itu melahirkan dua jenis makhluk yang berbeda : hewan dan manusia.apakah tantangan lingkungan hutan tidak memerlukan akal sehingga primata yang lingkungan hidupnya di hutan tidak memerlukan akal sehingga tidak perlu menjadi manusia ? atau mengapa ‘sang kebetulan’ berlaku diskriminatif sehingga tidak membuat keduanya ber evolusi secara sama atau minimal tidak berbeda jauh.

8.bila terjadi evolusi dari hewan ke manusia maka yang ber evolusi tentu saja bukan hanya raga atau fisiknya tetapi juga jiwa-psikis nya.dan sebagaimana kita tahu manusia adalah makhluk yang memiliki ruhani-akal dan rasa nafsu,ciri dari manusia memiliki ruhani adalah memiliki penjiwaan terhadap hal hal yang berhubungan dengan masalah ke Tuhan nan dan binatang kita sebut saja hanya memiliki fikiran dan nafsu.sehingga sejak fase yang bagaimana sang hewan mulai meninggalkan identitas jiwa binatangnya dan mulai beralih menjadi manusia yang memiliki ruhani dan akal ?

9.soal DNA yang dianggap memiliki persamaan antara beberapa hewan primata dengan manusia,atau soal organ babon yang pernah bisa dicangkokkan ke tubuh manusia  :

Karena evolusioner bersandar pada prinsip ‘kebetulan’ maka kalau ‘desain kebetulan’ itu adil maka mengapa banyaknya persamaan fisik diantara primata dengan manusia itu tidak membuat jiwa atau psikisnya minimal nyaris sama atau tidak terlalu jauh berbeda.misal manusia sudah bisa membuat kapal terbang…yah minimal monyet bisa bercelana sendiri lah..atau minimal bisa membuat kursi lah…….

10.bila dimasa silam fikiran hewan bisa ber evolusi menjadi ruhani-akal manusia mungkin percobaan terhadap binatang primata saat ini juga bisa membuat jiwa mereka lambat laun menjadi memiliki ruhani dan akal,sehingga monyet yang kita latih dengan tantangan tertentu kemudian bisa berfikir tentang Tuhan- bisa berfikir tentang benar-salah,baik-buruk sebagai ciri khas akal manusia.

11.adanya berbagai kasus kekeliruan-skandal yang terjadi di seputar teori Darwin membuat kita, publik mesti hati hati menyikapi teori ini dengan selalu memperhatikan pandangan pandangan antara fihak yang pro dan kontra secara berimbang.

12.adanya kasus teori Darwin ini seharusnya menjadi pelajaran tersendiri bagi kita manusia untuk introspeksi diri, agar memisahkan jauh jauh bak langit dengan bumi definisi antara manusia dengan hewan.sebab betapapun manusia melakukan berbagai percobaan dengan hewan atau betapapun hewan kita latih hidup dalam tantangan dunia manusia toh jiwa-fikiran hewan tetap saja tidak akan pernah bisa ber evolusi menjadi jiwa manusia yang memiliki ruhani dan akal.

Mungkin baru sebegini,dan maaf bila bagi sebagian orang mungkin nampak ‘ngawur’,dan pertanyaan yang lain mungkin akan terfikirkan nanti.atau apa yang menjadi pertanyaan akal anda perihal teori Darwin…?          mungkin bisa digabungkan disini…….

Dan sekali lagi mohon maaf yang tertulis diatas hanyalah pertanyaan sederhana yang berasal dari akal salah seorang publik bukan akal dari seorang yang tahu banyak tentang teori Darwin dan segala 'pernak pernik'nya.sebab itu bila ingin mengetahui lebih banyak tentang teori Darwin secara berimbang silahkan pelajari baik dari pihak yang pro maupun dari fihak yang kontra.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun