Mohon tunggu...
Ucok Mandarin
Ucok Mandarin Mohon Tunggu... pensiun -

bekas polisi yang ingin membersihkan lembaga kepolisian dari kemungkaran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Renungan Ramadhan] Kenikmatan Patut Disyukuri

12 Agustus 2010   03:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:07 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Telah banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita semua, baik nikmat yang langsung terasa ataupun nikmat yang tidak kita sadari karena nikmat tersebut telah kita dapatkan sejak kita lahir, seperti nikmat melihat dengan bola mata, nikmat berjalan dengan kedua kaki yang sempurna, nikmat mencicipi rasa dengan lidah, dan sebagainya. Bahkan banyak nikmat yang kita lupakan akan keberadaannya, yakni air bersih. Orang akan merasakan sengsara jika tidak mendapatkan air bersih, padahal air bersih yang diperoleh dari dalam tanah gratis. Tapi coba kalau kita bayangkan, seandainya Allah memberikan air bersih yang sangat terbatas kepada manusia, maka niscaya air bersih akan sangat mahal sekali harganya. Itulah kenikmatan yang sangat jarang sekali manusia memperhitungkannya.

Terkadang kita hanya berhitung nikmat apabila Allah mengabulkan doa yang kita panjatkan, misalnya doa meminta jodoh, doa ingin punya rumah, dll. Namun apabila Allah belum mengabulkan keinginan kita, maka kita akan lupa akan kenikmatan yang telah Allah limpahkan sebelumnya. Padahal semua kenikmatan atau kekayaan dan kesengsaraan atau kemiskinan adalah ujian dari Allah. Jangan lupa bahwa Allah memberikan kelapangan hidup, memberikan kekayaan yang melimpah itu adalah suatu ujian yang sangat berat. Makanya Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan, tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Allah bagi hamba-hamba-Nya.

Perlu kita renungkan bersama, apabila seseorang diberi ujian kekayaan atau ujian kemiskinan manakah yang paling berat diantara kedua ujian tersebut? Kita lihat jika seseorang ditimpa kemiskinan, kecenderungannya akan mencari perlindungan dari ketiadaan harta yakni dengan banyak berdoa kepada Allah agar segera dijauhkan dari cobaan hidupnya itu. Terkadang doa yang dipanjatkan sungguh khusyuk, yang berarti bahwa saat itu sedang dekat dengan Allah. Masyarakat pun menilai bahwa orang itu telah gagal dalam usahanya akibat jatuh miskin. Namun seandainya seseorang sedang mendapatkan harta banyak, kenikmatan yang berlimpah, kecenderungannya akan melupakan peribadatan kepada Allah, kalaupun beribadah maka hanya sekedarnya dan tidak khusyuk, yang berarti bahwa saat itu sedang jauh dari Allah, dan tidak menyadari bahwa Allah sedang mengujinya. Masyarakat pun menilai bahwa orang itu telah berhasil dalam usahanya karena kaya. Perlu diingat bahwa seseorang makin kaya, makin susah orang itu untuk mengeluarkan hartanya dalam bentuk zakat, infaq, dan shadaqah. Makin banyak harta yang dimiliki makin ingin pula menambahnya, jika manusia telah mempunyai satu lembah emas tentunya ia ingin mempunyai dua lembah, kecuali kematian.

Dibalik ini semua, kondisi apapun yang diberikan Allah kepada kita semua, hendaknya selalu disyukuri dan selalu berjaga-jaga diri bahwa semua itu adalah ujian semata. Sifat buruk manusia diantaranya adalah tidak berterima kasih kepada Allah yang telah memberikan nikmat. Sifat ini dapat dihilangkan dengan cara mensyukuri nikmat, dan Allah akan menambah kenikmatan itu. Tetapi jika kita tidak dapat mensyukuri segala nikmat Allah, maka tunggulah azab Nya.

Realitas kehidupan sekarang sungguh jauh dari hakikat hidup yang sebenarnya. Kita selalu berhitung kekayaan dengan alasan untuk hidup atau untuk sekolah anak atau biaya hidup yang tidak sepadan dengan gaji bulanan, dll. Bahkan masyarakat di negara maju, hidup itu berupa matematika. Hidup merupakan fungsi dari gaji atau penghasilan, jika ingin punya istri dan anak dua maka harus dilihat dulu apakah gajinya mencukupi atau tidak, jika tidak maka anak cukup satu saja, atau bahkan tidak usah punya anak mengingat penghasilan yang tidak cukup untuk membiayai anak-anak kelak. Allah telah memberikan petunjuk kepada manusia bahwa siapa yang bertakwa kepada Nya, maka Allah pasti akan memberikan jalan keluarnya dengan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.

Dengan demikian, sungguh matematika Allah yang paling tepat dan paling teliti dibandingkan dengan matematika manusia. Kunci persoalannya hanyalah tawakal. Allah akan menjamin kepada orang-orang yang bertawakal dalam hidupnya. Jaminan Allah ini melebihi asuransi yang dibuat oleh manusia. Jaminan Allah adalah kekayaan hati, bukan kekayaan harta, karena harta yang merupakan salah satu bentuk rezki Allah akan datang dari arah yang tidak akan pernah disangka manusia. Hakikat ini sudah pasti kita telah mengalaminya. Namun kita sering juga melupakannya. Kekayaan hati ini merupakan kekayaan yang benar, yakni tidak merasa miskin dan kekurangan, selalu dapat merasakan nikmat karunia Allah.

Ada tips yang dapat bermanfaat jika kita diberikan kenikmatan Allah. Apabila kita mendapatkan rezeki yang banyak atau diberikan kelapangan hidup, maka kita harus ingat pula bahwa dibalik kelapangan pasti ada kesusahan. Hal ini untuk mencegah agar kita tidak terlalu berlarut-larut dalam menyikapi harta atau rezki yang berlimpah. Jadi dalam hidup ini akan selalu berlaku keseimbangan diantaranya kesulitan dan kemudahan. Jika manusia dalam kondisi sulit pasti suatu saat akan ada kemudahan, juga sebaliknya, jika kita diberi kemudahan, tunggulah suatu saat akan ada kesulitan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun